Resensi Film: “Let’s Be Cops”, Justru Turunkan Pamor Polisi
KETIKA saya masih kanak-kanak, bermain polisi-polisian itu menyenangkan. Tetapi setelah menginjak remaja, apalagi usia sudah di atas kepala dua, bermain polisi-polisian itu sangat memalukan.
“Absurd banget!,” komentar anak muda sekarang.
Polisi gadungan
Tetapi itu tidak berlaku untuk Justin (Damon Wayans, Jr.) dan Ryan (Jake Johnson), dua pemuda dari Los Angeles. Justin dan Ryan, keduanya tengah mengalami masa karir yang seret.
Justin sebagai desainer suatu perusahaan video game, tengah porak-poranda harga dirinya karena game karyanya dipandang sebelah mata oleh bosnya. Ini berbeda dengan Ryan mantan pemain football Amerika. Ia masih terobsesi untuk menjadi bintang lapangan sampai-sampai menggunakan anak-anak untuk memuaskan obsesinya sebagai bintang lapangan. Namun anak-anak pun mengabaikannya.
Hilangnya rasa percaya diri dan harga diri inilah yang menyebabkan kedua pemuda ini mengangkat bendera sebagai loser, alias pecundang. Tanpa disengaja mereka memakai kostum polisi Los Angeles Police Department (LAPD) untuk menghadiri reuni SMA. Dan mulailah seri baru dalam hidup mereka. Kostum atau seragam itu memberikan ‘harga diri dan percaya diri’ yang tengah hilang dari diri mereka.
Orang lain mendengarkan perintah mereka. Preman gentar dengan mereka. Tetangga mengangkat topi untuk mereka. Tentunya, mereka mendapat keuntungan lain berkat kostum itu. Justin didekati gadis pelayan suatu kedai. Ryan dianggap sebagai detektif. Itulah berkat sebagai polisi gadungan.
Demikianlah kemudian film komedi yang berjudul Let’s be Cops berkutat dengan dua pribadi pemuda yang sebenarnya tengah membutuhkan penegasan kalau mereka bukan pecundang.
Pertempuran mereka dengan gang pemeras dari Rusia, menjadi jalan pembuka bagi Justin dan Ryan untuk menguculi topeng pecundang itu. Dua polisi gadungan ini akhirnya menemukan hidup mereka yang sejati. Ryan melanjutkan ke jalur pendidikan kepolisian. Justin sukses dengan karya video gamenya.
Belajar dari polisi Gadungan
Film komedi sedikit wagu karena kelucuan-kekonyolan yang dibuat oleh Justin dan Ryan sangat garing. Namun karena alur ceritanya dicampuri dengan aksi perkelahian dengan gang Rusia dan bumbu romantik maka tontonan selama 104 menit ini terselamatkan.
Hal yang memang mesti dikritisi ialah perilaku polisi gadungan yang benar-benar ngawur dalam cerita. Seperti saat mereka mengisap ganja, lalu perilaku kasar yang ditontonkan terhadap anak-anak, sikap melecehkan wanita dan kata-kata tidak pantas mengisi adegan-adegan film ini.
Maka dapat dikatakan komedi Let’s Be Cops benar-benar gagal mengajak orang untuk respek kepada pihak keamanan. Citra buruk lebih dijadikan parodi dalam film ini. Mungkin itu mirip dengan realita yang dihadapi oleh para polisi entah dimanapun berada. Citra buruk banyak ditempelkan pada mereka karena aksi mereka yang lebih meresahkan masyarakat ketimbang mengayominya. Dalam arti tertentu film ini berani memparodikan kritik terhadap polisi.
Pembelajaran lain dari film ini adalah: Penonton tidak dapat menutup diri bahwa siapapun dia, ketika tengah mengalami krisis harga diri dan kepercayaan diri, dapat menjadi siapa-apapun yang sangat buruk dalam kehidupannya. Pesan ini menyentil penonton untuk secara kreatif menghadapi persoalan personality.***
Baca juga Resensi Film: “Big Hero 6″, Baymax Sang Bintang
Baca juga Resensi Film: “Big Hero 6″, Baymax Sang Bintang