Resensi Film: “Big Hero 6″, Baymax Sang Bintang
BIG Hero 6 merupakan produksi ke-54 animasi perusahaan Walt Disney, dibesut sutradara Don Hall dan Chris Williams.
Film ini sebenarnya termasuk tokoh komik Marvel yang beken dengan super hero seperti Iron Man, Hulk, Captain American, X-Men, Thor, dan Spider Man. Ini pertama kalinya Disney memroduksi film animasi dengan tokoh superhero Marvel setelah Marvel Entertainment diakuisisi oleh Disney di tahun 2009 dengan harga $4,24 milyar atau setara 46,64 trilyun rupiah.
Lalu, menariknya apa film kategori anak-anak ini?
Remaja sotoy
Ini kisah tentang persahabatan seorang anak genius yang telah lulus SMA pada usia 13 tahun dan awalnya menolak untuk melanjutkan ke universitas karena merasa ‘sudah tahu semua’ alias sok tahu (sotoy). Hiro Hamada, sang tokoh utama, lebih suka memanfaatkan waktunya di arena pertarungan robot dengan tujuan memenangkan pertaruhan yang sebenarnya praktik ilegal. Maka dia pun mencicipi dibui sebelum dibebaskan tante Cass yang punya bakery beken di kota khayal San Fransokyo – kota hybrid antara San Fransisco dan Tokyo.
Hiro akhirnya terpicut masuk universitas setelah dibawa abangnya mengunjungi kampusnya. Ia mencurahkan kepintarannya merancang microbot yang hasilnya berhasil mengundang decak kagum semua yang menghadiri eksibisi tahunan universitas teknologi tersebut. Ia juga mendapatkan tiket untuk masuk jurusan robotik seperti yang diidamkannya.
Tapi kisah bahagia di titik tersebut menukik tajam menjadi kepiluan mendalam bagi Hiro. Kesedihan ditinggal abang dan profesor yang dikaguminya membuatnya apatis. Sampai akhirnya tanpa sengaja dia mengaktifkan kembali Baymax, si robot kesehatan pribadi.
Baymax, sang bintang
Sosok Baymax sebagai robot dari bahan vinil, kikuk dengan badan super gede inilah bintang dari film tersebut. Dulu setiap teaterikal teaser-nya diputar, pasti terdengar suara tawa para penonton. Walau tidak semua adegan di teaser muncul di film, tetap banyak hal yang menarik untuk ditonton dari si Baymax.
Kita diajak tertawa melihat kekakuan gerak robot serupa balon putih tersebut. Penonton juga akan mengagumi dedikasi Baymax pada tugasnya melayani Hiro yang awalnya merasa terganggu dengan kehadiran robot canggung yang berusaha membantu mengatasi masalah kesehatan baik raga maupun jiwanya. Baymax akan aktif ketika mendengar teriakan kesakitan seseorang dan hanya akan selesai bertugas ketika orang yang dibantu tersebut jelas mengatakan bahwa ia telah merasa puas terhadap pelayanan Baymax.
Segala kenaifan dan kekonyolan yang dimunculkan Baymax yang baik hati itu menjadikannya bintang dalam film animasi ini. Bagaimana dia segera melaksanakan tugas yang sebenarnya tidak dimaksudkan oleh Hiro dengan bergegas keluar rumah, menyeberang jalan tanpa berhenti, membuat penonton, paling tidak, tersenyum dan suka Baymax.
Apalagi postur tubuhnya serupa Po si Kungfu Panda yang mengundang dipeluk, dijamin akan menjadikan boneka merchandise Baymax sebagai salah satu hadiah Natal favorit tahun ini.
Lalu, selain kelucuan yang dipamerkan di sepanjang film, seperti film-film animasi Disney lain yang selalu digarap serius, tersisip nilai kemanusian yang bisa dipahami anak-anak.
Jangan balas dendam
Kejahatan jangan dibalas dengan penghancuran. Ketika Hiro yang berkobar dendamnya terhadap penjahat memerintahkan Baymax menghancurkan orang tersebut, keempat temannya mencegahnya. Penjahat memang harus ditangkap tetapi dengan prosedur yang benar, bukan menyampingkan rasa kemanusiaan.
Pengorbanan diri untuk menyelamatkan teman ditunjukkan di akhir film oleh Baymax. Tetapi jangan khawatir, film animasi anak-anak ini tetap happy ending.
Kalau berencana menonton film ini, jangan terlambat karena sebelumnya ada bonus suguhan film kartun singkat menarik berjudul Feast yang mengisahkan hidup Winston, anjing terrier yang jagoan makan. Film pendek garapan Disney ini dimaksudkan mengajarkan anak-anak (dan orang dewasa yang membawa mereka) untuk sayang terhadap binatang peliharaan.
Walau filosofinya tidak sedalam Up, Kungfu Panda, dan Frozen film ini akan menjadi tontonan yang menghibur bagi keluarga.***
Baca juga Resensi Film: “Interstellar”, Anomali Kehidupan dalam Absurditas Waktu
Baca juga Resensi Film: “Interstellar”, Anomali Kehidupan dalam Absurditas Waktu