Resensi Film: “Close Circuit”, Rahasia Intelijen di Tangan Remaja Cerdas

DINAS Rahasia Inggris spesialis anti-teror MI5 punya gawe besar. Aksi pemboman di pusat keramaian Borough Market di jantung kota London membawa lembaga telik sandi antiteror dalam negeri ini dalam kesulitan besar. Farroukh Erdogan (Denis Moschitto) –peletup aksi pemboman dengan korban tewas 120 orang ini—telanjur ditangkap Scotland Yard, korps polisi Inggris dan segera berkasnya masuk ke pengadilan.
Padahal, diam-diam tanpa diketahui banyak orang Erdogan sebenarnya agen ganda MI5. Ia sengaja disusupkan ke kelompok teroris bawah tanah guna memancing pentolan kelompok teroris ini “terdeteksi” MI5. Maka dari itu, MI5 sangat berkepentingan agar jejak Erdogan jangan sampai terekspose oleh media Inggris dan aparat penegak hukum lainnya. Padahal, sejatinya jejak kiprah Erdogan di jaringan intel dan kelompok teroris bawah tanah sudah terlacak media  sejak terjadi pemboman di Jerman yang menewaskan beberapa serdadu AU Amerika
Laporan media massa internasional sudah menyebutkan, Erdogan sebenarnya hanya nama alias. Nama aslinya tersembunyi, hingga akhirnya pengacara Martin Rose (Eric Bana) berhasil mendeteksi sepak terjang Erdogan di kelompok teroris radikal yang berhasil dia masuki.
Yang pasti, aksi pemboman di Borough Market itu ‘didanai’ oleh MI5 guna memancing pentolan teroris keluar. Tapi pertanyaannya sekarang, dimana posisi strategis Erdogan dalam insiden ini? Apakah ia telah memperdaya MI5 dan kemudian menyeberang ke kelompok teroris ini ataukah kelompok teroris ini berhasil memperdaya Erdogan dan kemudian mengkhianati MI5?
Saling berhubungan tapi jaga jarak
Di sepanjang film suspense dengan citarasa sangat Inggris ini, tak ada satu tembakan pistol terdengar. Yang ada hanyalah kisah rumit tentang bagaimana dua pengacara yakni Martin Rose dan Claudia Simmons-Howe (Rebecca Hall) berusaha membongkar siapa sebenarnya Erdogan ini.
Karena sama-sama membela Erdogan –namun dengan setting yang berbeda—keduanya dalam posisi sulit, ketika jajaran peradilan mengetahui kisah asmara mereka sebelumnya. Claudia diperintakan Jaksa Agung untuk membela Erdogan dalam proses peradilan tertutup dengan bukti-bukti ‘sangat rahasia’ yang tidak boleh diakses keluar. Sementara, Martin membela Erdogan dalam peradilan terbuka.
Namun, upaya mereka ‘melindungi’ kepentingan Erdogan kandas. Mereka seperti membentur tembok tebal, yakni MI5 yang juga berkepentingan agar ‘kedok sandi’ Erdogan sebagai agen ganda MI5 jangan sampai terbuka ke publik. MI5 pasang syarat: ia boleh selamat, tapi mengaku salah sehingga peran MI5 bisa tak terendus publik.
Jurus MI5 tak kebal oleh endusan media. Koresponden The New York Times Joanna Reece (Julia Stiles) telah mengendus permainan kotor MI5 ini. Hanya saja, jauh sebelum rahasia permainan jajaran telik sandi ini terungkap, nyawanya sudah amblas kena sapu badai gerakan MI5 yang mulai main besi. Nyawa Martin dan Claudia pun terancam.
Kini, saksi kunci atas semua permainan ini adalah remaja pintar Emir, anak kandung Erdogan. Tanpa diketahui ayahnya, remaja pintar ini justru menyimpan bukti-bukti forensik atas semua kiprah ayahnya sejak di Jerman maupun di Inggris. Termasuk aktivitasnya berhubungan dengan kelompok garis agama garis keras di Inggris yang mendesain pemboman Borough Market.
Lepas kendali
Di sini menjadi jelas, setelah bergabung masuk ke sel-sel kelompok teroris, ternyata MI5 malah “kehilangan” Erdogan dan agen ini menjadi tidak bisa dikendalikan lagi. Maka dari itu, MI5 sangat berkepentingan Erdogan bisa dijerat dengan hukuman seumur hidup atas aksi mendalangi pemboman di Borough Market. Tapi, ketika kedoknya sebagai agen ganda MI5 sudah mulai dienduas oleh kedua pengacara ini, MI5 berkepentingan lebih jauh: membunuh Erdogan dan melenyapkan kedua pengacara ini.
Maka dari itu, film intrik telik sandi ini kemudian diberi judul Close Circuit. Semua gerak-gerik kedua pengacara, Erdogan di balik sel, dan anaknya dipindai oleh kamera intai MI5. Dan roh film Close Circuit ini akhirnya diketahui justru berada di remaja –anak Erdogan—yang punya bukti forensik atas peliknya permainan MI5. Karena itu tak ada gunanya lagi mempertahankan hidup Erdogan; ia kemudian dibunuh oleh agen MI5 dan kemudian pembunuhan itu disamarkan sebagai tindakan bunuh diri di dalam sel.
Di ujung cerita, parlemen Inggris pun heboh dalam perdebatannya yang membahas kasus pemboman di Borough Market itu sebagai kasus yang mencoreng sistem peradilan Inggris yang dikenal mengutamakan: keadilan, kejujuran, ketidakberpihakan, kebenaran, dan transparansi.
Namun, di Close Circuit itu, semua prinsip itu telah dilanggar guna bisa menyelamatkan muka MI5 yang telah bermain kotor di panggung terorisme dengan mengorbankan Erdogan.***
Baca juga Resensi Film: “The Homesman”, Tiga Kritik untuk Lelaki

Popular Posts