Resensi Film: “The Homesman”, Tiga Kritik untuk Lelaki
TOMMY Lee Jones, aktor kawakan ini menawarkan sebuah film klasik berjudul The Homesman. Ia menghadirkan setting seputar akhir abad ke-18an dimana peradaban awal Dunia Barat di Amerika sedang dimulai. Film ini bertutur tentang komedi kehidupan yang begitu kontradiktif tentang peran laki dan perempuan.
Coba kita simak kisahnya.
Mary Bee Cuddy (Hilary Swank) digambarkan sebagai wanita mandiri, bermartabat, dan taat beragama. Namun di usianya yang sudah berkepala tiga, ia belum mendapatkan jodoh. Hal ini menyebabkan tekanan batin. Hebatnya, di tengah kurun waktu zaman dimana lelaki mendominasi percaturan hidup, Mary Bee menyediakan diri untuk melaksanakan misi dari komunitas gerejanya berupa memindahkan tiga wanita gila.
Misi ini bukanlah misi yang mudah. Selain membawa tiga wanita yang perilakunya tak terkontrol, misi ini akan melintasi gurun pasir yang akrab dengan bandit, suku Indian dan binatang buas. Inilah kritik pertama untuk para lelaki: justru wanitalah yang berinisiatif menolong orang lain di lingkungan yang liar, sedang para lelaki malah berpangku tangan.
Represi kaum pria
Tiga wanita ini Arabella Sours (Grace Gummer), Theoline Belknapp (Mirando Otto), dan Gro Svendsen (Sonja Richter) sungguh mengalami hidup yang malang. Umumnya mereka tertekan karena perlakuan suaminya seperti ditampilkan dalam sex abuse dari suami kepada istri.
Seorang dikisahkan gila karena kematian anak-anaknya. Tetapi itu pun karena suami kurang terlibat mengurus keluarga. Sampai-sampai si wanita membuang bayinya. Lainnya karena kurang mampu beradaptasi dengan hidup di dunia Barat yang begitu berat dan menantang. Inilah kritikan kedua untuk kaum lelaki: kaum pria terkesan tidak skilfull mengurus keluarga, bahkan cenderung terkesan menjadi penyebab kegilaan para wanita.
Namun dalam perjalanan itu, khususnya setelah Cubby gantung diri, terjadi pergantian peran.Ketiga wanita gila ini mesti dipindahkam karena masyarakat Barat kala itu belum memberi tempat untuk orang-orang semacam itu. Misi Cuddy membawa mereka bertiga dari Nebraska ke Iowa sejauh dua pekan perjalanan. Tanpa disengaja, Cuddy mendapatkan mitra untuk tugas ini. Ia membawa serta George Briggs (Tommy Lee Jones) yang telah ditolongnya.
Cuddy sang misioner diganti posisinya oleh George. Hingga akhirnya dengan melewati beberapa tantangan, George berhasil menghantar tiga wanita gila itu ke Altha Carter (Meryl Streep) istri dari pengkotbah dan pemimpin komunitas kristen di Iowa. Inilah kritik ketiga, diawali oleh Cubby tetapi dipuncaki oleh George, lelakilah yang seolah-olah menjadi hero-nya.
Mengembalikan kepada yang berhak
Kendati terkesan pada bagian akhir George sebagai pahlawan, namun kalau penonton jeli, Tommy Lee Jones akhirnya tetap memberikan apa yang menjadi hak wanita dalam film ini. George menyerahkan tiga wanita gila itu bukan kepada si pendeta, tetapi kepada istri pendeta. Altha Carter lah yang kemudian menerima tiga wanita gila itu.
The Homesman tetap mengembalikan apa yang seharusnya menjadi hak wanita dalam kisah itu: memang wanita adalah kunci kisah ini. Hanya wanitalah yang bisa menolong secara total kesembuhan tiga wanita yang sakit tadi.***
Baca juga Resensi Film,: “John Wick”, Pembunuh pun Sadar akan Arti Cinta
Baca juga Resensi Film,: “John Wick”, Pembunuh pun Sadar akan Arti Cinta