Resensi Film: “Cold in July”, Membunuh Anak Sendiri untuk Putuskan Rantai Kejahatan
SANG ayah itu tega meletuskan peluru ke tubuh anaknya. Hal ini terjadi karena itulah satu-satunya pilihan terbaik untuk menghentikan semua rantai kejahatan yang dibuat anaknya.
Peristiwa bermula dari peristiwa Richard Dane (Michael C. Hall) yang untuk membela diri harus membunuh seorang pemuda. Polisi lokal mengindentifikasi jenasah itu sebagai Freddy (Wyatt Russell). Kemudian diketahui kalau pemuda itu bukan Freddy.
Ben Russel (Sam Shepard), ayah dari Freddy muncul untuk meneror Richard atas kematian anaknya. Namun kemudian Ben bersahabat dengan Richard bahkan berkolaborasi karena terbukti bahwa Richard tidak pernah membunuh anaknya. Ini kesalahpahaman yang disebabkan oleh ketidakjelian pihak polisi yang korup.
Dalam kondisi penasaran akan kebenaran fakta, datanglah Jim Bob Luke (Don Johnson). Ia penyelidik federal, mungkin lebih tepatnya detektif pribadi. Ia membantu Ben dan Richard untuk membongkar teka-teki ini. Senyatanya, Freddy masih hidup dan beberapa kali menghilangkan identitasnya dengan cara seolah-olah telah mati.
Malangnya, Ben mengetahui anaknya terlibat dalam sindikat film porno dan kekerasan. Dorongan untuk mencari anaknya berubah menjadi dorongan untuk memberi pelajaran pada anaknya.
Dan akhirnya Ben, Richard dan Jim berhasil membongkar sindikat tersebut dan menghabisi semua pelaku kejahatan dan industrinya. Pada saat itulah Ben harus meletuskan senapannya ke anaknya untuk menyelamatkan Richard.
Jadul
Film Cold in July menyajikan suguhan drama kriminal. Ada kesan dalam film ini terdapat dua kisah yang berbeda namun diintegrasikan. Pertama kisah keluarga Richard Dane dan kedua tentang petualangan tiga jagoan memburu Freddy.
Kisah pertama hanya dijadikan lompatan latar belakang Richard dan Ben bertemu. Setelahnya bagian itu ditinggalkan.
Namun demikian film benar-benar mampu membuat penonton tercekam. Bukan hanya oleh situasi tahun 80-an yang masih menggunakan kaset video, senapan laras panjang, dan mobil tuanya, melainkan juga penampilan jadul para tokoh.
Cold in July juga menyodorkan konsep minimalis. Pengarah film Jim Mickle membuat penonton berfokus pada keahlian berperan aktor-aktor yang cowboy banget. Kendati terlihat kuno dan minimalis, namun roh dan misteri kisah mampu menyeret ke dalam pusaran imaginasi sang penulis film.
Singkatnya, di tengah-tengah tawaran film bernuansa futuristik dan scientifik, Cold in July bisa memberi opsi zaman dulu alias jadul.***
Baca juga Resensi Film: “High Crimes”, Jujur Itu Sangat Mahal
Baca juga Resensi Film: “High Crimes”, Jujur Itu Sangat Mahal