Resensi Film: “4 Minutes Mile”, Capailah Garis Finish

INI filosofi lari .
“Berlari itu bukan hanya soal cepat, tetapi juga penguasaan pikiran.”
Demikian Coleman (Richard Jenkins) memberi wejangan kepada Drew Jacobs (Kelly Blatz). Untuk menjadi pelari yang andal, seseorang mesti mampu menguasai pikiran dan mengatur emosi. Kecepatan berlari seseorang merupakan perpaduan dari kekuatan fisik dan kekuatan mental. Coleman yang secara sukarela mendedikasikan waktunya untuk melatih Drew bermaksud untuk mendidik Drew secara fisik dan mental.

“Lomba lari itu pun bukan soal menang-kalah tetapi soal mengalahkan rasa takut.” Kurang lebih itu pula yang hendak disasar oleh Coleman. Ia melihat kemampuan Drew yang tidak perlu diragukan. Akan tetapi latar belakang kehidupan Drew membelenggu kemampuan berlarinya.
Sejak kecil Drew berada di bawah bayang-bayang kekuasaan kakaknya yakni Wes (Cam Gigandet) yang suka memerintah. Ditambah lagi ketika dewasa, hidupnya ditanggung oleh kakaknya baik untuk biaya makan maupun sekolah.
Dalam banyak hal Drew sebenarnya tidak setuju dengan perilaku kakaknya yang terlibat dalam pengedaran obat terlarang demi kelangsungan hidup keluarganya. Namun sekali lagi ia terpaksa menekan perasaan-perasaannya. Ia harus menerima hal-hal yang ia tolak.
Coleman berharap Drew mampu keluar dari sangkar ketakutan itu. Berlari seolah-olah dijadikan kanal katarsis. Seandainya hal itu terjadi, Drew akan semakin menjadi pelari tercepat dan terampuh.
Pentingnya totalitas
Demikian beberapa petikan pelajaran dari film 4 Minute Mile.  Film yang diangkat dari tulisan Josh Campbell dan Jeff Van Wie mengangkat dunia lari sebagai menu utamanya. Cabang olahraga lari memang kurang banyak diekspos dalam banyak film jika dibandingkan dengan rugby atau American soccer (bandingkan misalnya dengan Facing the Giant, Remember the Titans, Draft Day, dsb).

Namun dalam film ini, lari rupanya begitu mempesona.
Lewat olahraga lari, seluruh upaya dan hasil sangat bergantung dari si pelari sendiri. Tidak seperti olahraga lainnya yang bersifat kelompok. Film 4 Minute Mile bukan pertama-tama meracik soal team building melainkan optimalitas individu dalam mencapai suatu tujuan.
Lihat saja Coleman sang pelatih yang ternyata pincang. Untuk berjalan saja kesulitan, tetapi ia melatih seseorang untuk menjadi super cepat.
Rasa-rasanya kok kontradiktif. Justru itulah yang menarik dari film yang juga dibintangi oleh Kim Basinger sebagai Claire ibunda Drew.
Keberhasilan seorang pelari begitu bergantung dari totalitas dan optimalitas individu. Pribadi-pribadi lainnya hadir sebagai rangsangan yang memicu potensi diri bertumbuh.
Sampai garis finish
Pada menit-menit terakhir film ini, disajikan secara paralel Drew yang berlari di dermaga dengan sang juara bertahan yang berlari di arena lomba. Mereka berlari di arena yang berbeda. Drew menempuh 1 mile dalam waktu 3 menit 57 detik. Sedangkan sang juara di arena lomba menempuhnya dalam 4 menit 2 detik.

Setahun kemudian, Drew bergabung dalam lomba lari. Lalu siapakah juaranya?
Spontan film ini mengingatkan penulis pada seruan St. Paulus kepada umat beriman. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Tim 4:7).
Hidup para pengikut Kristus pun bagaikan pelari. Para pelari iman ini akan terus berfokus pada tujuan akhir (janji Allah). Berjuang dijalurnya (tidak aneh-aneh/moral). Mengerahkan totalitasnya. Sampai akhirnya mencapai garis finish, hidup mulia bersama Allah Tritunggal.

Mudah-mudahan para penonton dengan menyaksikan film ini terinspirasi untuk menjadi pelari iman yang lebih total dan optimal.***
Baca juga Resensi Film: “The Calling”, Ritual Pembebasan

Popular Posts