BRAMARA MANGUN LINGGA
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti tawon/kumbang membangun lingga. Lingga dapat diartikan
sebagai pertanda (monument/tetenger/prasasti), arca, tugu, kelamin pria
(pelanangan), pepunden, wujud (fisik) badan.
Dalam konteks ini
bremara mangun lingga dimaknai sebagai kumbang (lambang laki-laki) membangun
atau mewujudkan menjadi baik lingga (kelelakiannya) atau pendeknya menebar
pesona kelelakiannya. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan tentang seorang
pria yang selalu atau senang menebar pesona (jual tampang dan jual lagak) di
hadapan lawan jenisnya. Bahkan cara menebar pesonanya juga kelihatan demikian
mencolok atau bahkan agak berlebihan.
Hal ini bisa dilihat
dalam pergaulan masyarakat sehari-hari. Misalnya dalam sebuah pesta, hajatan,
atau pertemuan besar kemudian ada pria yang sok SKSD (sok kenal sok dekat)
dengan gadis tertentu, bunga pesta, dan seterusnya.
Pepatah bramara mangun lingga biasanya ditujukan untuk orang-orang yang
sudah punya istri namun masih suka menebar pesonanya di kalangan wanita.
Biasanya pria demikian ingin selalu dikagumi, digandrungi, disanjung, ingin
lebih menonjol dibandingkan pria lain, dan seterusnya di kalangan wanita.***
Baca juga CEBOL NGGAYUH LINTANG