Resensi Film: “A Merry Friggin’ Christmas”, Mencari Makna Natal

MENYAKSIKAN film yang dibintangi almarhum Robin William mengingatkan saya kepada tema Natal 2014: “Berjumpa dengan Allah dalam keluarga”. Betapa tidak, film A Merry Friggin Christmas mengisahkan bagaimana sebuah keluarga merayakan natal yang indah dan sang ayah berusaha membuat hari natal tersebut menjadi hari yang berharga untuk anaknya.

Santa Klaus
Kisah mengangkat sosok Santa Klaus yang diyakini hanya cocok untuk anak-anak di bawah umur. Sementara bagi orang telah beranjak dewasa, santa Klaus itu fiktif.
Doug (Pierce Gagnon), anak dari Byod Mitchler (Joel McHale) sangat mengharapkan bisa bertemu santa Klaus. Ia percaya kalau setiap malam natal orang yang biasa berbaju merah, dengan jenggotnya putih melambai dan badannya yang tambun akan datang dan memberikan hadiah.
Mengetahui harapan Doug, Byod tidak ingin mengecewakan anaknya. Byod menyiapkan hadiah istimewa untuk si buah hati. Namun sayang, kado tersebut ketinggalan di rumah mereka di Chicago. Karena tidak ingin membuat anaknya sedih maka Byod nekad dari Wisconsin, rumah orang tuanya, mengendarai mobilnya ke Chicago. Byod ingin anaknya tahu bahwa santa Klaus memang ada.

Pergulatan keluarga
Sembari menunggu kado diambil, mulailah film ini menguak kehidupan keluarga besar Mitchler. Keluarga besar ini tengah berkumpul di kediaman Mitch Mitchler untuk merayakan malam natal dan pembaptisan anak dari Nelson (Clark Duke), adik dari Byod. Berkali-kali ibunda Byod mengatakan bahwa natal yang indah adalah saat bisa berkumpul dengan semua anggota keluarga.
Namun pertemuan keluarga besar ini justru membuka mata tentang pergulatan semua anggota keluarga. Byod selama ini kurang memiliki hubungan harmonis dengan ayahnya Mitch Mitchler (Robin William). Mitch acap kali meledek Byod dan sebaliknya. Lalu Byod dan istrinya juga memiliki persoalan ranjang karena Byod gila kerja. Keponakan-keponakan Byod yang berperilaku aneh menampilkan kurangnya perhatian orang tua.
Ketika pagi datang, saat dimana anak-anak menyerbu kado di sekitar pohon natal, Byod diselamatkan oleh santa Klaus gadungan yang gemar mabuk dan tanpa segaja ketabrak mobil Mitch dalam perjalanan pulang dari Chicago untuk mengambil kado. Santa Klaus menyelamatakan Byod. Ia membawakan kado untuk Doug.

Makna Natal
Jika penonton perhatikan, natal yang ditampilkan dalam film ini lebih menggarap momen kumpul keluarga. Film ini jauh dari membahas soal kelahiran di Betlehem atau warta keselamatan dalam peristiwa inkarnasi.
Natal merupakan momen keluarga besar berkumpul, makan bersama, ngobrol tentang aktivitas, dan menyenangkan anak-anak dengan hadiah. Sementara tradisi pohon natal dan santa Klaus dihadirkan untuk tidak menghilangkan nuansa kristiani.
Ada baiknya pula belajar dari film drama keluarga dan komedi ini. Kendati sangat terkesan sekular, film ini justru mengangkat esensi dari natal. Natal menjadi saat bagi Allah memasuki setiap keluarga. “When God steps in, miracle happens,” demikian iman kita.
Ketika keluarga mempersilahkan Yesus hadir maka keluarga menjadi sakramen sukacita dan kegembiraan. Keluarga merasakan sukacita karena bisa berbagi, makan bersama, menyelesaikan percekcokan, dan melihat anak-anak bertumbuh. Bukankah itu salah satu hal yang esensi dari hidup keluarga? Maka benar dalam peristiwa natal, kita bisa berjumpa Allah dalam keluarga.
Memang penonton harus berani memaknai lebih jauh tentang santa Klaus dalam film tadi. Lepas dari soal fiktif atau real, santa Klaus sebagai ikon natal di seluruh dunia, mengajak kita menyadari kemurahan hati Allah. Allah itu gemar berbagi. Allah tidak pelit untuk memberikan sukacita. Bahkan memberikan anaknya sepada kita.

Popular Posts