Resensi Film “Cold Eyes”, Perempuan Paling Jago Soal Rasa dan Kesetiaan

JANGAN remehkan perempuan, kalau mesti bicara soal citarasa dan kesetiaan mengemban tugas.
Memang barangkali sudah ‘dari sono’nya, kaum perempuan itu mahkluk paling setia dengan tugasnya meski berat dan melelahkan. Lihat saja, mesti menggotong kesana-kemari jabang bayi dalam kandungannya selama 9 bulan. Berikutnya, mesti mengasuhnya selama bertahun-tahun hingga mandiri. Semuanya  gratis dan perempuan tak pernah menuntut balas budi kepada anaknya, selain  punya sikap tahu diri dan berterimakasih.
Gadis muda di bidang intel
Pun pula, dalam dunia intelijen kaum perempuan juga boleh dibilang setia. Bahkan tak jarang juga berani nekat, bilamana sudah menyangkut harga diri dan pengorbanan. Inilah yang ditunjukkan Han Yoon-joo, gadis muda ingusan yang baru belajar menjadi intel  reserse kriminal kepolisian metro di jantung kota Seoul, Korsel.
Awalnya ia tampak sangat gagap dan dianggap kurang punya greget ketika menjejak buronan polisi, yakni penjahat papan atas spesialis ahli perampokan bank. Namun, lantaran training keras yang dilakukan Chief Hwang yang menjadi komandan regu intai polisi, akhirnya Yoon-joo diterima sebagai anggota reserse.
Itu yang membuat dia bangga diri. Namun, tantangan lapangan segera menguji nyali sekaligus kesetiaannya dalam tugas memburu buronan. Kali ini, sang buronan adalah penjahat kelas kakap spesialis perampokan bank. Kerjaannya sangat rapi dan boleh dibilang teknik kamuflasenyaciamik, karena tidak pernah meninggalkan jejak.

Cowok klimis
Oleh para reserse kepolisian  ini, ia dijuluki The Shadow lantaran dia sendiri tidak pernah ‘turun ke lapangan’, melainkan cukup memberi komando perintah dari atas atap bangunan tingkat. Hanya dengan bermodalkan keker dan transmisi radio untuk mengecoh polisi dan petugas keamanan, The Shadow (Jung Woo-sung) ini berhasil memimpin operasi perampokan bank.
James –demikian nama lapangan The Shadow– sendiri termasuk pria klimis. Cakap, namun ganas dalam urusan kerjaan. Kalau target meleset dan prosedur perampokan menyimpang, ia tak segan membungihanguskan anak buahnya sendiri. Senjatanya pun unik: pisau tajam dalam rupa pulpen. Sasarannya adalah leher korban dan menyayat jalur nadi darah yang vital di bagian leher manusia.
Berkat kejelian Hyoo-joo inilah akhirnya komplotan James berhasil dibekuk satu per satu, meski sebelumnya The Shadow ini berhasil melumpuhkan Lee Junho yang melakoni peran sebagai reserse dengan nama sandi Squirrel.
Inilah film action dengan citarasa Korea. Reserse cowoknya dimainkan oleh cowok-cowok manis, sementara reserse perempuannya pastinya lebih manis lagi seperti sosok Han Hyoo-joo ini. Ia gadis muda, rupawan, bahkan boleh dibilang girly sekali.
Namun di balik sosok kegadisannya yang inosen ini, muncullah ketegaran luar biasa untuk tanpa henti memburu The Shadow, cocok super ganteng nan klimis dengan cirikhasnya suka membunuh korban tanpa rasa sesal.
Citarasa Korea
Merupakan fim daur ulang produksi Hongkong bertitel Eye in the Sky produksi tahun 2007, filmCold Eyes besutan sutradara Korea ini tetaplah berkelas. Dirilis tahun 2013 lalu, film ini termasuk box office dimana-mana, kecuali di Indonesia.
Tapi yang namanya Korea dalam balutan film, tentulah Cold Eyes ini dipenuhi oleh cowok-cowok klimis dan cewek super girly. Bahkan komandan polisi Jin Kyung yang memainkan peran sebagai Perwira Lee pun lebih cocok sebagai model daripada bos unit reserse.
Kalau harus menyebut kekecualian, maka sosok Han Yoo-joo adalah contohnya. Di balik parasnya yang imut dan tingkah lakunya seperti ABG menjelang dewasa, namun ia keukeuh hati dalam bertugas. Bahkan dalam kondisi menyerempet bahaya pun, dia lakoni.
Sekali lagi, dalam Cold Eyes ini berlakulah apa yang sering diomongkan para aktivis geraka persamaan jender: jangan pernah remehkan perempuan, karena di balik kelemahlembutannya di situ ada ketegaran dan kesetiaan.***
Baca juga Resensi Film “Reclaim”, Bisnis Bencana

Popular Posts