Resensi Film: “Hercules”, Saatnya Bertindak Lazimnya Manusia Setengah Dewa

GARA-gara tergoda oleh iming-iming berupa hadiah emas sebanyak berat badannya, maka Hercules (Dwayne Johnson) berangkat menuju Tracea. Objektivnya hanya ingin membantu Raja Cothys (John Hurt) mengalahkan Rheseus (Tobias Santelmann) yang dianggap menyengsarakan rakyat Tracea.
Padahal, sejatinya justru Raja ini yang diam-diam menaruh ambisi pribadi ingin berkuasa dalam-dalam di lubuk hatinya agar tidak diketahui rakyat banyak. Termasuk juga oleh kelompok ‘tentara bayaran’ pimpinan Hercules.
Namun apa lacur, sudah kepalang basah. Rheseus dan pasukannya sudah berhasil dia kalahkan dan musuh ini sudah menjadi tawanan di kastil Raja. Barulah ketika urusan pembayaran hendak dilakukan, sesuatu yang ganjil terjadi.
Emas memang akhirnya dibayarkan. Namun, di balik kisah sukses menghancurkan Resus dan pasukannya, ternyata kedigdayaan Hercules dimanfaatkan Raja untuk membangun imperium baru bersama kongkalikongnya: Raja Eurystheus (Joseph Fiennes).
Emas tak menggoyahkan niat Hercules untuk “meluruskan” apa yang bengkok-bengkok dalam urusan ini. Apalagi setelah Ergenia (Rebecca Ferguson) –putri Raja Cothys— dengan terang-terangkan tidak setuju perbuatan ayahnya mengalahkan Raja Rheseus, karena toh sejatinya bukan Rheseus lah yang membuat onar Kerajaan Tracea.
Ambisi Raja Cothys ingin membentuk imperium baru inilah yang ditentang oleh Raja Rheseus. Namun, di hadapan Hercules, Rheseus dikasting sebagai musuh penghancur tatanan sosial di Tracea.
Manusia setengah dewa
Konflik baru muncul, setelah Raja Cothys mengancam akan menghabisi cucunya sendiri karena ketidakpatuhan Ergenia. Di sinilah Hercules memainkan perannya sebagai anak setengah manusia dan dewa.
Sebelumnya, Hercules lebih memposisikan dirinya sebagai anak manusia yang perkasa. Soal trah dirinya sebagai putra Zeus, ia hampir tak mempedulikannya.
Barulah, ketika berhadapan dengan kekuasaan yang tamak, Hercules menyadari dirinya: inilah saatnya harus bertindak melawan ketamakan dan tidak lagi tergiur iming-iming emas.***
Baca juga Resensi Film: “The 7.39”, Menjual Perselingkuhan

Popular Posts