Resensi Film: “X-Men: Days of Future Past”, Yang Luar Biasa Menakutkan Manusia

MUTANT, mahkluk ‘aneh’ hasil kreasi pikiran dan kreativitas manusia pada akhirnya menjadi sosok-sosok yang menakutkan bagi umat manusia. Karena itu, Departemen Pertahanan AS memerlukan Dr. Bolivar Trask yang mengembangkan projek robot pembunuh anti mati: Sentinels.
Namun, robot-robot mesin pembunuh hasil kreasi Dr. Trask ini pun sebenarnya bisa ‘mati’ karena dikendalikan oleh otak dan kreasi manusia juga. Buktinya terjadi ketika Presiden AS yang sekilas mirip-mirip Richard Nixon ingin menggelar perhelatan besar yakni peluncuran projek Sentinels.
Yang mestinya menjadi berita besar, malah menjadi petaka besar. Kali ini, bad newssungguh menjadi good news bagi para awak media. Namun, opo tumon, seluruh awak media pun sudah lenyap ditelan keganasan kaum mutant.
Yang menarik bagi saya dari film sekuel X-Men ini justru dialog-dialog di babak akhir film sepanjang hampir dua jam lebih ini. “Manusia,” bunyi dialognya, “sering dibuat takut oleh hal-hal luar biasa yang sebenarnya merupakan hasil karyanya sendiri.”
Kalimat-kalimat bijak itu sepertinya memberi gambaran nyata tentang dua sisi penemuan besar kreasi manusia di zaman modern ini: nuklir.
Kalau dipakai untuk tujuan ‘baik’, maka nuklir menjadi sumber energi luar biasa. Itulah sebabnya, kapal-kapal induk Angkatan Laut AS sudah memanfaatkan nuklir sebagai tenaga penggeraknya. Bisa dibayangkan, berapa juta kilo liter BBM mesti dikonsumsi oleh kapal induk dalam seharinya? Nuklir mengeliminasi pemborosan BBM.
Namun, jangan tanya kalau nuklir dipakai untuk tujuan ‘tidak baik’: memusnahkan umat manusia dalam perang nuklir. Untuk tujuan baik pun, nuklir ada risiko bahaya besar: kebocoran radiasi nuklir di pusat reactor nuklir. Kisah seram di Bhopal (India), Fukushima (Jepang) dan Chernobyl (Uni Soviet) sudah memberi gambaran jelas mengenai hal itu.
Saya terhibur menonton X-Men: Days of the Future Past karena melihat film ini dari perspektif ini. Bagi orang lain, mungkin saja film absurd ini sangat menghibur karena sound effect dan tampilan gambar yang mempesona: mahkluk aneh-aneh yang dengan secepat kilat bisa berganti rupa dan fisik, pesawat yang bisa mengudara layaknya jet tempur Harrier.
Saya lebih melihat dari sudut pandangan lain, karena sekuel-sekuel sebelumnya tidak saya tonton.
Alur ceritanya menjadi sedikit rumit dengan minimnya ‘pengetahuan’ tentang sekuel-sekuel sebelumnya. Namun, dengan perpektif ‘moral’ di atas X-Men: Days of the Future Past dengan durasi di atas 120 menit lebih tidak membuat saya tertidur di bangku bioskop.***
Baca juga Resensi Film: "Tokarev", Terlambat Putuskan Rantai Kematian

Popular Posts