Resensi Film: “Winter’s Tale”, Pertarungan Abadi di Dunia

FILM Winter’s Tale produksi Warner Bros dibintangi oleh Colin Farrell sebagai Peter Lake, Russell Crowe sebagai Pearly Soames, dan Jessica Brown Findlay sebagai Beverly Penn.
Sebagai film fiksi scientis, film ini mengajak orang berfikir tentang nasib, cinta, keajaiban, semesta, dan hukum moral.

Durasinya 118 menit terasa singkat karena potongan-potongan kisah bergerak tanpa henti membuat penonton menahan nafas untuk menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Walau sesekali penonton agak dibingungkan dengan plot yang terasa kurang rasionalis.
Baik vs. jahat
Diawali dengan masa bayi Peter Lake. Dia dihanyutkan dalam kapal mainan oleh ayahnya (1895). Peter Lake bertumbuh sebagai maling di kawasan New York. Peter bermaksud melepaskan diri dari kekuasaan Pearly Soames, si pemimpin gang yang sebenarnya adalah pengejawantahan roh jahat.

Pertarungan antara dua tokoh tersebut, Peter Lake dan Pearly Soames menggambarkan perang antara kekuatan baik dan kekuatan jahat di dunia ini. Peter memiliki kekuatan untuk hidup abadi dan dilindungi oleh kuda sembrani poni putih. Pearly Soames membangun kerajaan penjahat dengan restu dari Lucifer (Will Smith), malaikat neraka.
Adaptasi Winter’s Tale tentang si baik dan si jahat cukup konvensional. Si baik terlihat lemah dan terbatas kekuatannya. Dia ditampilkan dalam pribadi yang inosen namun penuh harapan. Sedang si jahat memanifestasikan diri dalam wajah yang cerdas dan keji. Sebagai misal Lucifer, si malaikat dari neraka ini tampil dalam wajah yang manis dibawakan oleh Will Smith. Tetapi saat memamerkan kekuatannya, daya kematian dan kemarahan terasa sekali. Winter’s Tale seolah-olah ingin mengatakan bahwa si baik dan si jahat atau si terang dan si gelap, dari waktu ke waktu selalu tampil dengan wajah yang baru tetapi esensinya sama.
Pesan cinta
Di sela-sela pertarungan tersebut, muncullah kisah roman antara Peter dengan Berverly yang punya kebiasaan tidur sambil melihat langit malam. Beverly mengatakan pada Peter bahwa setiap orang dilahirkan dengan keajaiban di dalam dirinya. Beverly percaya ketika dia meninggal dia akan menjadi salah satu bintang di angkasa. Beverly juga percaya keajaiban yang dibawa oleh Peter akan terus tinggal dan berdaya guna.

Memang kisah cinta dua pribadi ini tergolong singkat karena buru-buru masa romantisme mereka terhenti karena Berverly diracun. Pada titik inilah film terasa berhenti dan selesai.
Tetapi mendadak tampil babak baru dengan zaman baru di tahun 2014 dan Peter Lake masih hidup dengan impiannya akan bintang hidupnya. Lompatan waktu yang panjang ini mesti dipahami dalam konteks transendensi cinta sehingga waktu tak perlu didiskusikan. Karena pada hakekatnya, selama cinta dan harapan itu masih hidup dalam diri Peter, maka keajaiban terhadap kehidupan akan selalu terjadi. Demikian pula tentang umur yang dimiliki oleh Peter. Ini mungkin karena cinta dan harapan.
Hal ini sangat tidak disukai oleh si jahat. Tugas si jahat ialah menghentikan kekuatan itu. Setelah mengetahui Peter masih hidup dengan cinta dan harapan itu, Pearly Soames berencana menghentikan kemungkinan terjadinya keajaiban hidup. Si Jahat tidak pernah akan membiarkan setiap kebahagiaan terjadi pada manusia.
Selalu kebaikan menjadi jawara
Peter oleh nasib dipertemukan dengan banyak pihak yang membantunya untuk menyelesaikan misinya, mewujudkan keajaiban hidup. Peter bertemu Abby yang karena serangan kanker membutuhkan obat yakni keajaiban hidup. Willa adik dari Beverly ternyata kemudian menjabat bos dari sebuah majalah pun masih hidup untuk memberi jawaban atas kebingungan Peter. Singkatnya, semesta selalu memberi petunjuk bagi mereka yang akan melakukan keajaiban hidup.

Pearly kembali berhadapan dengan Peter. Pearly akhirnya kalah. Film diakhiri dengan adegan Peter menunggangi kuda ajaibnya terbang ke angkasa menuju langit dan menjadi bintang bersatu dengan Beverly.
Di situlah kemudian Winter’s Tale meninggalkan pesan, “Entah dimana pun berada, entah dalam dunia macam apapun, kebaikan senantiasa menjadi jawaranya.”
Harus berimajinasi

Winter’s Tale menggabungkan unsur kekuatan magis, dunia real, keyakinan agama tertentu, dan background historis. Disitulah film ini menarik untuk menyampaikan pesan tentang kehidupan. Film-film dari dunia Barat lainnya seperti Maleficent, Cinderella, Sleeping Beauty, Looney Tunes, Narnia dan lain sebagainya juga memiliki unsur yang sama. Film dengan kemasan semacam itu selalu menarik semua umur.

Oleh karenanya jika Anda ingin menonton Winter’s Tale, pertama-tama harus berfikir bebas bagaikan anak-anak. Cara menonton film yang tidak dibatasi oleh kategori orang dewasa yang hitam-putih, melainkan berani untuk berimajinasi melintasi hukum-hukum alam.***
Baca juga Resensi Film: “Boys of Abu Ghraib”, Pengakuan Tentara Perang Irak

Popular Posts