Resensi Film: “The Expandables 3″, Gandengan Tangan Antar Generasi

THE Expandables, tim tentara bayaran yang sering disewa oleh CIA ini masih tetap di bawah komando Barney Ross (Silvester Stallone). Dalam seri ke-3, tim berhadapan dengan Conrad Stonebanks (Mel Gibson).
Stonebanks ternyata dedengkot The Expandables. Dulunya, ia bersama Barney mendirikan The Expandables. Kisah ini pada seri 1 dan 2 belum diungkapkan. Stonebanks sekarang merupakan oposan pemerintah dengan bergerak di bidang bisnis senjata perang. Stonebanks memiliki rasa tidak puas pula dengan Pemerintah Amerika dalam obrolan-obrolannya.
Sebenarnya kurang masuk akal alasan Barney dalam membereskan Stonebanks mesti membentuk tim baru yang terdiri atas “anak-anak ingusan.” Kesannya kehebatan anggota tua sudah basi. Tentu keputusan Barney ini mengagetkan Doc (Wesley Snipes), Lee Christmas (Jason Statham), Jensen (Dolph Lundgren) dan Toll (Randy Couter).
Barney mengumpulkan tim yang segar dan lebih akrab dengan kemajuan teknologi. Namun tim baru ini gagal meringkus Stonebanks. Akhirnya tim lama berinisiatif untuk bergabung sehinggaThe Expandables dengan menjadi tim besar.
Perbaduan generasi tua dan generasi muda berhasil menghabisi Stonebanks dan pasukannya. Jangan kerja sendiri-sendiri. Jangan menyepelekan yang masih muda. Jangan menertawakan yang sudah tua. Singkatnya, kerjasama tim ini yang kemudian bisa disuguhkan sebagai pesan dasar film ini.
Antiklimaks
Apa yang bisa saya katakan tentang The Expendables 3 arahan Patrick Hughes ini? Dibanding seri 1 dan 2, film aksi yang dipenuhi dengan adegan tembak menembak ini mengalami antiklimaknya pada seri ke-3. Silvester nampaknya kehabisan ide untuk membuat kisah yang lebih menggetarkan. Juga Avi Lerner sang produser gagal untuk mengekpose kecanggihan senjata mesin dan cerita yang makin cetar membahana.

Aksi perang yang datar-datar, setting tempat yang monoton, dan beberapa jalan cerita yang kurang logis. Kegagalan The Expendables makin kelihatan karena dipenuhi dengan aktor-aktris hebat untuk mendongkrak daya jualnya.
Saking banyaknya maka keunggulan masing-masing tokoh tertelan oleh gebrakan massal. Untunglah aksi Doc pada bagian awal film ini bisa menyelamatkan akting para tokoh. Selanjutnya sudah selayaknya film perang lainnya.
Di tengah-tengah adegan perang dan aksi perkelahian, saya merasakan bosan. Persis seperti pengalaman ketika menonton Transformers: the Age of Extinction atau Godzilla, adegan aksi justru kehilangan bobot bila tidak memiliki pesan kemanusiaan yang kuat. Ini sangat berbeda dengan pengalaman menonton Lone Survivor yang syarat dengan sikap terhormat sang prajurit atau Dawn of the Planet of the Apes yang penuh dengan pesan moral nan luhur.
Obat kangen
Lepas dari lemahnya pesan si penulis dalam film tersebut, bila ingin menonton film ini, pastikan Anda telah menonton The Expendables 1 dan The Expandables 2 sebelum menonton The Expandables 3. Hal tersebut akan mempermudah Anda menemukan ikatan cerita dan perkembangan peran para aktor-aktris dan cerita dari film yang setiap 2 tahun dirilis ini.
Film pertama dikeluarkan pada tahun 2010, lalu yang kedua pada tahun 2012. Pada tahun 2014,The Expandables 3 sejak akhir Juli sudah beredar di banyak bioskop.

Saya merasa menonton The Expandables 3 sekedar untuk mengobati rasa kangen saya kepada pemeran Rambo, the Commander, atau Braveheart yang sekarang harus mulai pensiun.
Apalagi Harrison Ford dan Jet Li yang mendadak dimunculkan dalam film ini semakin mengobati kerinduan akan akting para bintang tua yang sudah agak lama tidak nongol di film.***
Baca juga Resensi Film: “4 Minutes Mile”, Capailah Garis Finish

Popular Posts