Resensi Film: "Sherlock Holmes", Kecerdikan Lawan Kejahatan
SHERLOCKHolmes adalah sebuah legenda tentang kecerdasan seorang detektif partikelir yang hidup di Eropa pada akhir abad ke-19. Holmes dikenal sebagai seorang yang nyentrik, trengginas dan cerdik. Ia tidak gampang percaya dengan apa kata koran dan polisi.
Ia menganalisis sendiri fakta dan bukti lapangan, menghubungkan yang samar, dan menyusun rententan peristiwa bagai puzzle untuk mengungkap kaitan dari satu peristiwa dengan peristiwa lain. Dari penelusurannya akan serangkaian serangan bom dan pembunuhan terhadap tokoh terkemuka Eropa, ia sampai pada satu nama yang akan menjadi tokoh yang ia yakini sebagai dalang semua kekejian itu. Dialah sang antagonis dalam film ini, Profesor James Moriarty, seorang yang amat berpengaruh secara politik lagi kaya raya karena diam-diam si profesor juga menjalankan bisnis gelap jual beli senjata.
Moriarty lihai memakai kedok akademisi kampus yang rajin memberi seminar dimana-mana padahal ia punya rencana jahat mengompori perang antara negara Eropa supaya ia bisa menangguk untung dengan berdagang senjata dan amunisi.
Holmes dan Moriarty pun berada dalam satu jalur dengan arah yang berlawanan. Holmes mau menciptakan perdamaian dengan mengungkap dalang kejahatan, Moriarty mau menciptakan perang dengan mengadu-domba lewat pembunuhan dan konspirasi serangan bom.
Bagi Holmes, investigasinya mengungkap kejahatan sang profesor maniak itu menjadi perang pribadinya setelah pujaan hatinya, yang kebetulan bekerja menjadi kurir Moriarty, dibunuh setelah gagal menjalankan suatu misi. Holmes patah hati. Ia pun bertekad melawan sang profesor yang lalim.
Moriarty mengancam Holmes bahwa ia akan menyingkirkan juga orang-orang terdekat Holmes jika si detektif tetap bersikukuh menghalangi rencana gilanya.
Adalah dokter pribadi Holmes, Dr. John Watson, yang menjadi sahabat sang detektif sekaligus menjadi teman yang terseret ke pertempuran penuh maut hanya karena Holmes menjadi pendamping pria dalam perkawinannya.
Cerita selanjutnya adalah ibarat catur. Adu strategi, adu cerdas, adu perhitungan.
Holmes harus berjibaku melawan Moriarty yang didukung para pembunuh bayaran terbaik. Ia pun harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk menjauhkan teman dokternya dari serdadu Moriarty.
Jalan cerita menjadi tak terduga karena justru si dokter yang dianggap menjadi titik lemah Holmes justru menjadi titik kuat sang detektif.
Karena kedekatannya dengan Holmes, Dr Watson bisa menyerap kemampuan Holmes untuk selalu waspada terhadap hal-hal kecil yang terjadi di sekitar dan menghubungkan setiap pernik-pernik kecil detail menjadi sebuah logika yang masuk akal.
Pada saat kritis ketika Holmes tertangkap dan disiksa oleh Moriarty, si dokter malah berhasil menyelamatkan Holmes.
Bahkan si dokter yang punya kelemahan fisik pincang itu justru menjadi penentu kehancuran seluruh rencana jahat sang profesor untuk menciptakan perang Eropa.
Penonton film ini akan disuguhi adegan laga penuh desing peluru dan dentum meriam. Tapi yakinlah, film ini lebih banyak adegan lucu menghiburnya karena tingkah polah Holmes. Holmes pintar menyaru, termasuk menjadi seorang wanita atau kalau perlu berpakaian sama dengan warna kursi sofa dalam penyamarannya.
Si detektif boleh hebat dalam banyak hal, namun ia punya satu kelemahan memalukan. Ia takut pada kuda tanpa alasan yang jelas. Itulah yang membuat cerita film mengenai sang detektif menjadi dinamis.
Mungkin sesekali kita akan perlu mengernyitkan dahi karena dialog cerdas dan cepat sehingga butuh kelincahan memahami derap film ini atau urutan-urutan logika yang dibiarkan berupa pertanda tanpa penjelasan gamblang. Namun, entah bagaimana kita akan segera memahami alurnya dan mentertawakan kelucuan yang terjadi sepanjang pemutaran film yang berdurasi 129 menit ini.
Singkatnya, pergilah menonton film ini jika Anda sedang suntuk. Dan jika Anda keluar bioskop tanpa tertawa-tawa, mungkin anda perlu segera ke dokter jiwa.***
Baca juga Resensi Film: “Machine Gun Preacher”, Kitab Suci di Tangan Kiri, Bedil Menyalak di Tangan Kanan
Baca juga Resensi Film: “Machine Gun Preacher”, Kitab Suci di Tangan Kiri, Bedil Menyalak di Tangan Kanan