Resensi Film: “Jack Ryan: Shadow Recruit”, Hanya yang Berani dan Pintar Laku bagi CIA
USAI Perang Dingin yang melanda Blok Barat (AS dan Eropa Barat) melawan Blok Timur (Uni Soviet dan Eropa Timur) berakhir, para sineas agaknya harus mencari celah baru untuk mempertemukan bagaimana kedua negara super power (AS dan Rusia) ini bisa saling bermusuhan lagi. Karena itu, segera diciptakanlah setting geopolitik dunia dimana AS dan Rusia saling berseberangan kepentingan dan berupaya saling menelingkung lawan untuk kemudian menaklukannya.
Diimbuhi dengan bumbu terorisme internasional yang mengancam daratan AS, maka sempurnalah sutradara Kenneth Branagh membuat plotting geopolitik baru yang mempertemukan AS dan Rusia dalam sebuah setting permusuhan di balik selimut. Resminya saling oke dalam hubungan bilateral, namun diam-diam antara Moskwa dan Washington secara intensif berupaya saling menjatuhkan untuk merebut posisi kuat dalam geopolitik dunia.
Bersahabat tapi juga bermusuhan
AS yang sudah lama berjaya memimpin perekonomian dunia menjadi senewen, ketika tiba-tiba Rusia bekerja sama dengan Turki untuk membuat jalur pipa minyak dan gas menyeberangi kawasan panjang guna menguasai pasar minyak di Eropa. Ini jelas membuat AS ketar-ketir (cemas), karena sumber energi Eropa akan jatuh dalam kekuasaan Rusia.
Ini mencemaskan Langley, markas besar dunia telik sandi Amerika yakni CIA, selain potensi serangan terorisme internasional. Atas potensi bahaya yang bisa menerjang daratan AS pasca serangan teroris yang menabrakkan pesawat ke Menara Kembar World Trace Center di New York tahun 2001, komandan lapangan CIA Thomas Harper (Kevin Costner) lantas melirik Jack Ryan (Chris Pine) untuk segera merekrutnya menjadi agen CIA bidang ekonomi.
Jack dipilih atas dua alasan. Dia cerdas karena belajar di London School of Economics (LSE), meski berhenti di tengah jalan karena bencana di World Trade Center yang membawanya masuk bergabung dengan US Marines Corps. Jack juga berani, karena dia berhasil menyelamatkan dua anak buahnya di Afghanistan ketika helikopternya kena tembak musuh.
Usai menjalani perawatan medis di bawah pengawasan dokter Cathy Muller (Keira Knightley) yang rupawan, Jack berhasil disusupkan oleh CIA untuk masuk dalam sebuah perusahaan swasta bergerak di bidang ekonomi di Wallstreet. Pekerjaan rahasia inilah yang membawanya pergi ke Moskwa dan kemudian terlibat baku-tembak melawan korporasi bisnis Rusia pimpinan Cheverin (Kenneth Branagh).
Jack Ryan: Shadow Recruitmelibatkan Kenneth, sutradara yang membesut film thriller berbau intelijen ini. Ia juga melibatkan anaknya Alexander sebagai ‘pengantin’ –teroris siap mati bunuh diri—dalam sebuah rencana serangan massif dengan truk bermuatan bom high explosive untuk melumatkan Wall Street di Manhattan, New York.
Wall Street
Wall Street yang menjadi pusat perdagangan bursa saham AS juga menjadi simbol dunia bisnis korporasi jual-beli dengan nilai transaksi milyaran dolar seharinya. Pusat korporasi bisnis dan perdangan saham internasional inilah yang ingin diporak-porandakan oleh Rusia melalui dua jalur. Membuat Wall Street luluh lantak akibat serangan bom oleh Alexander adalah jurus pertama. Jurus kedua mengepak AS dalam peti mati secara ekonomi dicapai dengan cara menggoreng saham perusahaan Cheverin pasca serangan bom yang membuat panic hysteria massal di Wall Street.
Nah, untuk tugas menggagalkan dua jurus mematikan mengepak AS dalam peti mati ekonomi inilah Jack Ryan menjadi andalan utama CIA. Untuk bisa membujuk Jack masuk CIA, maka Thomas Harper menjadi operator lapangannya. Syaratnya dua macam: Jack harus menyelesaikan doktoralnya di LSE dan kemudian masuk perusahaan bursa saham di Wall Street mewakili kepentingan CIA dan perusahaan swasta korporasi ini.
Diadaptasi dari novel intel besutan Thomas Clancy, Jack Ryan: Shadow Recruit jelas film intel yang amat menawan. Bukan saja karena keempat bintang utamanya merupakan aktor-aktris Hollywood dan Inggris papan atas, melaikan karena ramuan ceritanya yang membesut konflik kepentingan AS vs. Rusia pasca Cold War berakhir.
Cantiknya Keira Knightley
Jack Ryan: Shadow Recruit tidak hanya mengandalkan cantiknya Keira Knightley dan indahnya mata biru Chris Pine serta macho-nya Kevin Costner. Film besutan sutradara Kenneth Branagh ini juga bermain cerdas dalam mengolah situasi geopolitik global saat ini dimana sumber energy minyak menjadi isu penting bagi komunitas internasional. Tentu saja, bagi AS terorisme internasional juga menjadi concern yang signifikan tidak hanya bagi CIA dan FBI, melainkan juga bagi White House.
Itulah sebabnya, ending kisah Jack Ryan: Shadow Recruit ini berakhir di Gedung Putih dimana Komandan Operator Lapangan CIA Thomas Harper dan Jack Ryan diterima oleh Presiden AS lantara berhasil menggagalkan aksi bom bunuh diri yang diotaki Alexander, putra kandung Cheverin yang lama berhasil diselundupkan masuk AS.
Kalau harus menyebut titik lemahnya Jack Ryan: Shadow Recruit ini, maka yang perlu ditonjok adalah kisah upaya Jack Ryan untuk menggagalkan aksi bom bunuh diri Alexander di Manhattan. Ia berjibaku menaklukkan Alexander lebih karena urusan personal yakni ambisi menyelamatkan Cathy Muller. Semestinya, seperti bunyi sumpahnya sebagai prajurit US Marines Corps di awal film, Jack berjibaku karena demi Stars and Stripes dan bukan semata-mata demi Cathy Muller yang memang menawan hati.***
Baca juga Resensi Film: “Zero Dark Thirty”, Mencari Kunci Pembuka Enigma
Baca juga Resensi Film: “Zero Dark Thirty”, Mencari Kunci Pembuka Enigma