Resensi Film: “Hummingbird”, Masa Lalu Jadi Energi Kehidupan
PUNYAILAH mimpi agar kemudian bisa merancang masa depan. Begitu kurang lebih
isi ceramah para motivator masa kini untuk menggenjot semangat orang merancang
masa depannya. Mimpi atau impian tentang masa depan menjadi semacam energy
batin untuk melakoni kehidupan dan orang pun dibuat menjadi semangat karenanya.
Namun Hummingbird justru bicara tentang masa
silam yang kelam.
Senafas dengan genre serie noire film Eropa –termasuk Inggris—maka Hummingbird pun lalu dikemas serba kelam. Masa lalu yang kelam tidak hanya
membekas di lubuk hati dan pikiran Joseph “Joey” Jones (Jason Statham),
melainkan juga meludahi kehidupan Suster Cristina (Agata Buzek), seorang
biarawati yang aktif bergerak dalam pelayanan sosial di kalangan tuna wisma.
Masa silam kelam
Joey adalah tentara desertir. Ia menjadi
pesakitan dan dikejar-kejar oleh polisi militer Inggris sepulang dari tugas
operasi militer di Afghanistan. Ia punya masa lalu kelam. Sebagian karena
merasa bersalah, karena gagal melindungi tentara Inggris yang dibantai musuh di
Afghanistan. Sebagian lagi dinyatakan bersalah karena telah membantai rakyat
sipil; juga di Afghanistan.
Suster Cristina pun dibebat oleh masa silam
yang kelam: diperkosa berkali-kali oleh guru senamnya saat masih berusia sangat
muda di Warsawa. Mungkin karena masa lalu inilah, dia lalu ‘menebus’ kekelaman
itu dengan menjadi seorang biarawati.
Namun, masa silam yang kelam itu pula yang
membuat baik Joey dan Suster Cristina menjadi punya ‘daya juang’ untuk
membangun hidupnya kembali di atas puing-puing masa lalu. Itulah sebabnya, Joey
berhasil membenamkan dirinya setelah tanpa sengaja bisa ‘ganti rupa’ menjadi
orang lain yang kaya raya.
Dalam sekejap, Joey menjadi Sinter Klas di
kalangan para tuna wisma di London dan menjadi pecinta sejati dengan siapa
akhirnya Suster Cristina secara sekilas menikmati hubungan batinnya sebagai
seorang perempuan dalam satu ranjang dengan seorang pria.
Hummingbird besutan sutradara Steven Knight
sama sekali tidak bicara tentang dar-der-dor seorang Joey, sekalipun dia mantan
anggota pasukan khusus Inggris. Film serie noire ini hanya sekilas menayangkan
jenis burung kecil –semacam prenjak di Jawa—yang boleh dibilang suka
ribut namun indah suaranya.
Hummingbird lebih bicara soal manusia yang
sepi, namun punya daya juang hidup justru karena punya masa silam kelam. Inilah
indahnya sebuah film ketika harus bicara tentang hidup manusia yang ‘terlempar’
ke masa silam tanpa dia bisa memilih sendiri kemana akhirnya hidup selanjutnya
harus ditata dan direncanakan.***
Baca juga Resensi Film: “Unknown”, Problem Identitas Diri “Dimakan” Amnesia
Baca juga Resensi Film: “Unknown”, Problem Identitas Diri “Dimakan” Amnesia