Resensi Film: “The Factory”, Pabrik Anak di Bawah Kendali Polwan

DUA orang psikopat dengan dua “baju dinas” berbeda berkeliaran dengan sangat bebas di Buffalo, New York, Amerika Serikat. Satunya berprofesi sebagai koki sebuah perusahaan catering dan mendapat tugas kerja di sebuah rumah sakit. Satunya lagi malah berbaju dinas seorang detektif polisi perempuan (polwan). Sang reserse polwan ini menjadi rekan kerja Detektif Michael “Mike” Fletcher (John Cussack). Namanya Kalsey Walker.
Bersama koki misterius bernama Gary Carl Gemaux ini, Kalsey juga sama-sama mengidap sindrom pengalaman batin masa lalu: keinginan punya anak, namun entah mengapa tidak pernah berhasil.
Yang terjadi kemudian justru keduanya terlibat dalam aksi penculikan gadis-gadis pelacur jalanan untuk kemudian disetubuhi agar kemudian melahirkan bayi-bayi. Rumah penyekapan gadis-gadis muda yang hidup di bawah tekanan dan kendali psike akibat dosis obat inilah sejatinya kisah pokok film anyar dengan judul The Factoryalias Rumah atau Pabrik Anak.
Mike Fletcher –sang detektif polisi—sudah beberapa tahun terakhir ini selalu dibuat pusing oleh ulah psikopat berbaju koki ini. Setelah sekian lamanya  tidak berhasil mendapatkan barang bukti untuk menjerat penjahat tak waras ini, barulah Mike dibuat terperangah hebat ketika Abby –anaknya yang remaja—menjadi korban penculikan. Ia membabi buta memburu penjahat khusus penculik gadis-gadis pelacur jalanan ini.
Untuk keperluan itu, Mike mendapat bantuan teknis dan operasional dari polisi sejawatnya yakni Kalse. Namun tak dinyana di kemudian hari, ternyata justru Kalse Walker-lah (Jennifer Carpenter) yang menghantar nyawanya ke tubir kematian. Ini terjadi persis sebelum Mike berhasil menyelamatkan Abby dari ruang penyekapan The Factory yang dikelola oleh Gary Carl Gemaux (Dallas Robert) –penjahat psikopat spesialis menculik PSK jalanan di Buffalo.
Film ini terlalu njlimet untuk menjelaskan hal sederhana: pengalaman batin menyesakkan di masa lampau yang membebat hebat baik di dalam sanubari Kalse dan Gary. Keduanya terlibat dalam sebuah petualangan asmara secara tak sengaja di masa lampau. Kalse diposisikan sebagai korban nafsu Gary hingga kemudian menaruh ‘dendam’ pada setiap perempuan muda dan menaruh ‘ambisinya’ untuk menanamkan benih kehidupan (baca: anak) di rahim para perempuan muda yang diculik Gary –mantan pacar pemerkosanya ini.
Dibandingkan dengan film sejenis yang baru beredar Frozen Ground tentang drama penculikan,The Factory sepertinya kalah pamor. Kurang intens dengan alur cerita yang tidak mudah dicerna karena shot-shot pendek berpindah-pindah “suasana” sering terjadi.
Yang menarik, di Frozen Ground Jack Cussack justru menjadi penjahat kelamin yang diburu detektif polisi Alaska (Nicholas Cage). Namun di The Factory peran polisi justru diberikan kepada John Cussack.***
Baca juga Resensi Film: “Captain Phillips”, Diplomasi Sekoci Tundukan Perompak Somalia

Popular Posts