Resensi Film: “Captain Phillips”, Diplomasi Sekoci Tundukan Perompak Somalia
KALAU saja para awak kapal sipil boleh membawa senjata dan membalas setiap ancaman dan apalagi serangan bersenjata, sudah barang tentu gerombolan perompak Somalia tidak akan sebegitu besar nyalinya menyandera tanker dan awaknya demi segepok uang. Namun, aturan pelayaran internasional merekomendasikan, kapal-kapal sipil sebaiknya tidak dipersenjatai. Tapi, itulah yang membuat kapal kargo Maersk Alabama pimpinan Kapten Phillips menjadi incaran mengasyikkan bagi para perompak Somalia.
Film bagus dengan titel Captain Phillips besutan sutradara Paul Greengrass mau berkisah tentang upaya negosiasi yang dilakukan Kapten Phillips dengan gerombolan perompak Somalia yang berhasil masuk ke Maersk Alabama yang dia komandani. Alih-alih bisa melawan mereka, ternyata ketiadaan senjata membuat para awak kapal ini terpaksa menyerah kalah di bawah ancaman moncong senjata kaum perompak Somalia.
Barulah ketika kondisi keselamatan Kapten Phillips dan ke-16 awaknya dalam bahaya, Angkatan Laut Amerika baru bertindak. Singkat cerita, pasukan Navy Seals berhasil melumpuhkan kelompok perompak Somalia tersebut setelah sekian lama diplomasi dan negosiasi di atas kapal sekoci nyaris gagal.
Radikalisme perompak Somalia
Captain Phillips ini menarik, bukan saja karena bintang utamanya sekelas Tom Hanks. Melainkan juga pemilihan karakter para perompak Somalia yang digambarkan sungguh mencerminkan kondisi psikis dan politik kawasan Somalia yang miskin dan karena itu mengincar kapal-kapal kargo dan para awaknya untuk dijadikan tameng sandera dalam bernegosiasi guna bisa mendapatkan uang tebusan milyaran dolar.
Kondisi itu tergambarkan dengan jelas dalam beberapa tampilan gambar dan gerak tubuh para aktor yang memerankan tokoh-tokoh kunci para perompak Somalia ini. Setidaknya, wajah-wajah mereka menunjukkan kekerasan hati dan ambisi besar –untuk tidak mau mengatakan mereka sudah terbakar oleh sebuah ‘ideologi’ kekerasan yang telah hidup lama di dalam lubuk kesadaran mereka.
Remaja Somalia yang menjadi perompak merampok kapal-kapal kargo asing ini hidup dalam kemiskinan. Meski bertubuh kerempeng dengan raut muka ‘nyuklun’ miskin, namun anak-anak muda ini sangat radikal dalam menggelorakan semangat jihad untuk mendapatkan uang tebusan milyaran dolar bilamana aksi penyanderaan para awak kapal kargo ini berhasil.
Lebih menjadi menarik lagi karena Captain Phillips hasil besutan sutradara Paul Greengrass ini diangkat dari kisah nyata. Captain Phillips dibuat atas dasar sebuah buku berjudul A Captain’s Duty: Somali Pirates, Navy SEALs, and Dangerous Days at Sea (2010), tulisan Kapten Richard Phillips dan Stephan Talty.
Kapten Richard Phillips yang menjadi komandan kapal kargo Maersk Alabama masih hidup hingga kini. Setahun kemudian setelah tragedi perompakan di perairan Somalia tahun 2009 yang nyaris mengancam nyawa dan ke-16 awak kapalnya, dia akhirnya memutuskan berlayar kembali.
Film Captain Phillips mengisahkan secuil kisah menegangkan di perairan Somalia itu. Meski tidak selengkap seperti apa adanya hingga banyak menimbulkan kontroversi –antara pujian dan cacian–, namun toh gambaran umum kondisi perairan Somalia yang rawan dengan perompakan tampil begitu nyata di film ini. Menariknya film ini bukan terjadi karena aksi tembakan tim Navy Seals yang berhasil menembak mati secara tepat dan pas ketiga perompak di kapal sekoci Maersk Alabama. Lebih karena dialog-dialog yang terjadi antara Kapten Phillips dengan Abduwali Muse (Barkhad Abdi), pemuda kerempeng Somalia yang menjadi ‘kapten’ kelompok perompak Somalia ini.
Kata-katanya ganas disertai sorotan matanya yang begitu tajam, membuat radikalisme Muse sangat mencolok terasa dalam film sepanjang 134 menit ini. Tom Hanks sepertinya kalah pamor dibandingkan dengan Muse yang nyaris menguasai ‘suasana ketegangan’ dalam film ini. Intensitas dialog sepanjang film lebih banyak dikuasai oleh Muse dengan radikalismenya memperjuangkan Somalia bangkit dari kemiskinan sekalipun dengan cara merompak kapal-kapal kargo.
Keunggulan Tom Hanks seperti dalam film Saving Private Ryan dan Forrest Gump yang membawanya sukses memborong Oscar saya rasakan justru pada totalitasnya menjiwai karakter seorang kapten kapal kargo yang stres, namun sekaligus tetap mengutamakan keselamatan kapal dan awaknya daripada hidupnya sendiri. Saya pribadi sangat menikmati film Captain Phillips ini. Kepuasan saya dipicu oleh dua hal yakni totalitas seorang Tom Hanks dalam bermain karakter dan radikalisme para remaja perompak Somalia yang radikal sekaligus ‘culun’ namun tak gentar melaksanakan ambisi mereka yakni mendapatkan tebusan milyaran dolar AS dengan taruhan nyawanya sendiri.***
Baca juga Resensi Film: “Gravity”, Kacaunya Omongan dan Ngawurnya Cerita
Baca juga Resensi Film: “Gravity”, Kacaunya Omongan dan Ngawurnya Cerita