Resensi Film: “Tarzan, The Legend Starts Here”, Orang Hutan Penyelamatan Lingkungan
AKHIRNYA film Tarzan, the Legend Starts Here(2013) dibuat dalam versi yang lebih apik dengan teknologi animasi yang manis. Lebih dari itu, Tarzan arahan Reinhard Kloos ini memiliki pesan yang sangat jelas: memelihara lingkungan hidup.
Sebenarnya kisah Tarzan sangat sederhana dengan susunan alur yang tertebak. Film diawali dengan John Greystoke bersama istri-anak dan rekannya yang tengah melakukan penelitian di pedalaman hutan di Afrika. Greystoke kecil, anak si ilmuwan, pun terbiasa dengan hutan sekitar secara batin.Mereka berusaha untuk mencari sumber energi alam yang dapat dikembangkan untuk revolusi industri modern. Hingga suatu hari dalam suatu perjalanan dengan helikopter, setelah menemukan sumber energi alam, terjadilah kecelakaan helikopter.
Hanya Greystoke kecil yang selamat.
Cerita kemudian dapat ditebak. Greystoke kecil dipelihara oleh sekelompok primata, oranguutan. Greystoke bertumbuh menjadi pemuda hebat, namanya Tarzan. Dia tak kalah dengan saudara-saudarinya, orangutan dalam urusan bergelantungan.
Lewat rangkaian cerita yang sederhana ini, film Tarzan, the Legend Starst Here (2013) mulai berkotbah tentang kejahatan dunia industri yang rakus mencamplok kekayaan alam. Pengusaha William Clayton tiba-tiba muncul ke tengah hutan dengan memanfaatkan Jane porter, untuk menindaklanjuti penelitian yang 20 tahun silam telah dimulai oleh Greystoke.
Tujuannya satu: menarik keuntungan dari sumber energi itu.
Pertarungan Tarzan dan Clayton semacam pertarungan conservationist dengan capitalist. Tarzan mewakili perjuangan mereka yang hendak menyelamatkan bumi dengan segala isinya dari pengrusakan orang-orang tak bertanggungjawab. Clayton menggambarkan kekuatan korporasi internasional yang menjajah penduduk lokal dan alam yang lemah. Tarzan bermodalkan sebilah pisau dan solidaritas. Clyton bermodalkan senjata laras panjang dan kekuasaan uang. Tarzan bergadengan tangan dengan alam dan binatang. Sedangkan Clyton bergandengan tangan dengan tentara bayaran. Benar-benar pertarungan yang tidak seimbang.Potret globalisasi tergambarkan dalam film animasi ini. Tidak ada satu tempat pun yang tidak lepas dari serangan capitalist. Bahkan, dalam film itu, di pedalaman di Afrika, dimana belum berkembang peradaban, terkena ekspansi pemilik modal.
Tarzan dan keluarga besarnya diceritakan berhasil mengusir Clayton dan crew-nya. Tetapi itupun karena bantuan kekuatan alam. Maka film Tarzan ingin meninggalkan pesan kepada pemirsa bahwa memelihara kelestarian alam hanya mungkin kalau manusia berteman dan mengenal geliat alam itu sendiri. Jelas sekali bahwa visi ecologis ini yang disodorkan kepada para pemirsa.
94 menit terasa singkat selama menikmati suguhan animasi film Tarzan. Diselingi kekocakan para orang hutan, romantisme Jane-Tarzan membuat film ini asyik. Dan Lions gate Production memang membuat film ini untuk kalangan anak-remaja maka unsur gamblang dan tidak berbelit-belit sangat kentara dalam cerita.
Kendati diproduksi tahun 2013, tetapi film ini baru beredar musim panas ini. Dan mungkin akan ada kelanjutan dari seri Tarzan ini karena dari judulnya sudah terbaca, “Tarzan, the legend starts here.”
Bagaimana kelanjutannya? Kita tunggu saja nanti.***
Baca juga Resensi Film: “The Edge of Tomorrow”, Ambil Untung dari Perang
Baca juga Resensi Film: “The Edge of Tomorrow”, Ambil Untung dari Perang