SUARA DARI AMAZON


Pembelaan atas Kehidupan, Kebudayaan, dan Segenap Ciptaan

Sinode Amazon, sebuah peristiwa penting dalam karya kepausan Paus Fransiskus, menandai bagaimana kepemimpinan Gereja secara khusus memberi dukungan penuh pada upaya pembelaan sebuah kawasan. Tentu tak dapat dipungkiri adanya sisi romantis dari pilihan kepada Amazon, serupa dengan dukungan Paus Yohanes Paulus II untuk pembebasan Polandia dari komunisme, namun setidaknya bagi saya, fokus kepada Amazon menunjukkan prioritas kokoh pastoral Paus Fransiskus pada kaum marginal (khususnya masyarakat adat), lingkungan, dan kebudayaan. Amazon adalah laboratorium pastoral, tugu orientasi, sekaligus pernyataan sikap keberpihakan Paus Fransiskus. 

Bagi Gereja, Amazon adalah titik temu yang sangat penting antara misi dan kehadiran Gereja yang sangat dalam di Amerika Latin, hegemoni kapital dan rejim politik, lingkungan hidup, dan kebudayaan asli. Pilihan pada Amazon memberi model pastoral bagaimana Gereja seharusnya melakukan kerja-kerja profetik riil di masyarakat. 

.

Membaca Amazon

Jauh sebelum Sinode Amazon digelar 6-27 Oktober 2019, kepedulian terhadap wilayah Amazon dan masyarakat adatnya telah mengakar dalam sejarah Gereja Katolik, tentu, tidak selalu tanpa kontroversi. Misionaris sudah hadir berabad-abad, membawa iman Kristen tetapi juga membawa dampak sosial, ekonomi, budaya yang rumit.

Kesadaran lebih kuat tentang hak-hak masyarakat adat dan pentingnya pelestarian lingkungan muncul di abad 20. Hasil Konsili Vatikan II (1962-1965) menekankan pentingnya menghargai budaya lokal dan kebutuhan untuk berdialog dengan dunia modern. Gerakan teologi pembebasan di Amerika Latin dekade 1970-an dan 1980-an mengarahkan kita pada penderitaan kaum tertindas, termasuk masyarakat adat yang sering menjadi korban eksploitasi dan marginalisasi.

Paus Yohanes Paulus II di beberapa kesempatan menunjukkan kepedulian pada Amazon, menyerukan perlindungan pada lingkungan hidup dan penghormatan terhadap budaya masyarakat. Tetapi inisiatif Paus Fransiskus melalui Sinode Amazon menandai langkah yang lebih terstruktur dan komprehensif_ dalam menanggapi tantangan unik di wilayah ini.


Urgensi dan Persiapan Sinode

Arti penting Sinode Amazon muncul dari serangkaian faktor yang saling terkait:

a. Kerusakan Ekosistem yang Mengkhawatirkan: Deforestasi yang merajalela akibat pembukaan lahan untuk pertanian, peternakan, pertambangan, dan proyek infrastruktur mengancam keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya dan berkontribusi pada perubahan iklim global.

b. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Masyarakat Adat: Masyarakat adat Amazon seringkali menghadapi kekerasan, penggusuran paksa dari tanah leluhur mereka, diskriminasi, dan kurangnya akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan.

c. Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Tidak Berkelanjutan: Pengeksploitasian sumber daya alam yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab mengancam keberlanjutan ekosistem dan kehidupan masyarakat lokal.

d. Tantangan Pastoral Gereja: Gereja Katolik di wilayah Amazon menghadapi tantangan pastoral yang unik, termasuk jarak geografis yang luas, kurangnya imam dan tenaga pastoral, serta kebutuhan untuk berdialog dan berinkulturasi dengan beragam budaya masyarakat adat.


Persiapan Sinode Amazon melibatkan proses konsultasi yang luas dan mendalam. Paus Fransiskus mendengarkan suara para uskup, misionaris, pekerja pastoral, perwakilan masyarakat adat, dan para ahli dari berbagai bidang. Dokumen kerja (Instrumentum Laboris) sinode mencerminkan realitas kompleks dan mendesak di wilayah Amazon :

a. Kehidupan yang Terancam: Instrumentum Laboris menyoroti ancaman terhadap kehidupan di Amazon akibat kerusakan dan eksploitasi lingkungan, serta pelanggaran hak asasi manusia masyarakat adat.

b. Seruan Bumi dan Kaum Miskin: Dokumen ini mencatat bahwa Amazon saat ini adalah "keindahan yang terluka dan cacat, tempat penderitaan dan kekerasan." Kekerasan, kekacauan, dan korupsi merajalela.

c. Wilayah Harapan dan "Hidup Baik": Masyarakat adat Amazon memiliki banyak hal untuk diajarkan. Selama ribuan tahun mereka telah menjaga tanah, air, dan hutan mereka.

d. Masyarakat di Periferi: Instrumentum Laboris juga menganalisis situasi Masyarakat Adat dalam Isolasi Sukarela, yang rentan terhadap ancaman dari pengedar narkoba, proyek mega infrastruktur, dan kegiatan ilegal terkait dengan industri ekstraktif.

e. Masyarakat Amazon Bergerak Maju: Dokumen ini menyoroti bahwa Amazon adalah salah satu wilayah dengan mobilitas internal dan internasional tertinggi di Amerika Latin.

f. Gereja sebagai Sekutu: Inti dari Instrumentum Laboris Sinode adalah seruan Amazon yang meminta Gereja untuk menjadi sekutunya dalam menjangkau semua orang, terutama kaum miskin.

g. Ekologi Integral: Dokumen kerja ini menekankan isu-isu yang berkaitan dengan ekologi integral.

h. Jalan Baru Evangelisasi: Jalan baru evangelisasi harus dibangun dalam dialog dengan kearifan leluhur di mana benih-benih Sabda diwujudkan.


Pelaksanaan dan gagasan kunci dalam sinode

Sinode Khusus Para Uskup untuk Wilayah Pan-Amazonia berlangsung di Vatikan dari tanggal 6 hingga 27 Oktober 2019. Pertemuan ini mempertemukan 180 uskup dari sembilan negara Amazon (Brasil, Peru, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Venezuela, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis), bersama dengan perwakilan dari masyarakat adat, organisasi masyarakat sipil, dan para ahli. Diskusi membahas isu krusial terkait kehidupan masyarakat adat, pelestarian lingkungan, tantangan pastoral, dan peran Gereja di Amazon. Kehadiran dan partisipasi aktif perwakilan masyarakat adat menjadi ciri khas sinode ini, memberikan perspektif langsung dan otentik tentang realitas yang mereka hadapi.


Beberapa gagasan dan konsep kunci dalam Sinode Amazon ini adalah :

a. Ekologi Integral: Konsep inti dalam ensiklik Laudato Si' ini menjadi kerangka teologis utama sinode. Krisis lingkungan dan krisis sosial saling terkait dan membutuhkan respons yang holistik. Kepedulian terhadap alam tak dapat dipisahkan dari kepedulian kepada keadilan sosial dan martabat manusia, terutama bagi mereka yang paling rentan.

b. Hak Masyarakat Adat: Sinode menegaskan hak-hak masyarakat adat atas tanah leluhur mereka, budaya, bahasa, spiritualitas, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penghormatan terhadap kearifan lokal dan pengetahuan tradisional masyarakat adat adalah esensial bagi pelestarian dan masa depan Amazon.

c. Inkulturasi Injil: pentingnya mewartakan Injil dengan menghormati dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya masyarakat adat. Inkulturasi yang otentik membutuhkan dialog yang mendalam dan saling pengertian antara iman Kristen dan kekayaan budaya lokal.

d. Gereja yang Berwajah Amazon: Gereja harus lebih kontekstual, mampu menjawab kebutuhan pastoral spesifik di wilayah Amazon. Ini mencakup mempertimbangkan bentuk-bentuk pelayanan baru, termasuk peran perempuan dan diakon permanen, serta kemungkinan pentahbisan imam dari kalangan tokoh masyarakat adat yang sudah menikah (viri probati) dalam situasi pastoral yang mendesak.

e. Dosa Ekologis: Sinode mengakui bahwa merusak lingkungan adalah dosa, sebuah pelanggaran terhadap Allah, sesama manusia, dan generasi mendatang. Seruan untuk pertobatan ekologis menjadi tema sentral.

f. Peran Profetik Gereja: Gereja dipanggil untuk menjadi suara bagi mereka yang tidak didengar, untuk membela hak-hak masyarakat adat dan lingkungan Amazon dari ancaman kepentingan ekonomi dan politik yang merusak.


Hasil Sinode

Sinode Amazon menghasilkan sebuah dokumen final yang kaya dan komprehensif, merangkum diskusi dan usulan-usulan para peserta. Dokumen ini mendasari penyusunan Anjuran Apostolik Pasca-Sinodal Querida Amazonia ("Amazonia yang Tercinta"), yang diterbitkan Paus Fransiskus pada 2 Februari 2020. Querida Amazonia mengambil banyak usulan dari dokumen final sinode, menyajikannya dalam wujud surat pastoral dengan menekankan empat "impian" untuk Amazon:

a. Impian Sosial: Amazon sebagai tempat di mana hak-hak semua orang dihormati, di mana kaum miskin dan masyarakat adat tidak pernah diabaikan.

b. Impian Budaya: Amazon sebagai tempat di mana kekayaan budaya masyarakat adat diakui, dihormati, dan dilestarikan.

c. Impian Ekologis: Amazon sebagai tempat yang memelihara dan melindungi keindahan alamnya yang luar biasa, sebuah "paru-paru planet".

d. Impian Gerejawi: Amazon sebagai tempat di mana komunitas-komunitas Kristen mampu berinkulturasi dan memberikan respons yang tepat terhadap tantangan-tantangan lokal.

Meski Querida Amazonia tak secara eksplisit menyetujui semua usulan sinode (misalnya, viri probati), dokumen ini tetap menjadi seruan kuat untuk mendorong tindakan dan perubahan baik lokal, nasional, dan global bagi Amazon.


Dampak bagi Gereja dan Dunia

Sinode Amazon dan Querida Amazonia memiliki dampak yang signifikan bagi Gereja dan dunia:

a. Peningkatan Kesadaran: Sinode berhasil meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya wilayah Amazon dan tantangan yang dihadapi masyarakat adat dan ekosistemnya. Perhatian media dan diskusi publik tentang isu-isu ini meningkat secara signifikan.

b. Peneguhan Ajaran tentang Ekologi Integral: Sinode memperkuat dan memperluas pemahaman tentang ekologi integral, menghubungkan isu-isu lingkungan dengan keadilan sosial dan hak asasi manusia.

c. Dorongan untuk Sinodalitas: Proses persiapan dan pelaksanaan sinode menjadi contoh konkret dari sinodalitas dalam Gereja, saat berbagai suara dan perspektif didengar dan dipertimbangkan.

d. Inspirasi untuk Aksi Pastoral: Sinode mendorong Gereja di wilayah Amazon dan di seluruh dunia untuk mengembangkan pendekatan pastoral yang lebih kontekstual, inklusif, dan berani dalam membela kehidupan dan lingkungan.

e. Dialog Antaragama dan Antarbudaya: Sinode membuka ruang dialog yang lebih mendalam dengan tradisi spiritual masyarakat adat dan dengan berbagai aktor yang peduli terhadap Amazon.

f. Tantangan dan Kontroversi: Sinode memicu perdebatan dan kontroversi di dalam dan di luar Gereja, terutama terkait isu-isu seperti viri probati dan peran perempuan. Namun, perdebatan ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari proses refleksi dan pembaruan.

Sinode Amazon adalah momen profetik bagi kita, bagi Gereja. Gereja Katolik menunjukkan komitmen mendalam membela kehidupan masyarakat adat, keanekaragaman budaya, dan ekosistem Amazon yang rapuh tapi vital.

Sinode Amazon adalah pertanda Gereja memiliki keberanian menggemakan keadilan dan  mencari jalan-jalan baru untuk mewartakan Injil Kehidupan. Ibu, inilah Amazonmu ! Anak-anak Amazon, inilah Ibumu !


Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com

Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI

Dari Sejarah: 19 Mei 1998, ribuan massa mahasiswa dari FKSMJ berdatangan menduduki gedung DPR?MPRRI. Para ketua forum ini telah lebih dahulu bermalam di gedung DPR/MPR RI sehari sebelumnya. Aksi ini diikuti ribuan massa di luar FKMSJ. Dua hari kemudian, 21 Mei 1998, kediktatoran Jenderal Suharto yang sudah berlangsung 30 tahun tumbang.

Popular Posts