Resensi Film: “Salt and Fire”, Gaya Susah Sololoqui ala Werner Herzog

DI mata sineas dan penikmat film Eropa, sutradara Jerman Werner Herzog dikenal luas sebagai sineas yang suka menuturkan imaginya sendiri suka-suka dia. Tentu, bagi yang tidak biasa dengan gaya film model ‘sololoqui’ ini, penonton akan dibuat bosan dan mungkin saja ‘marah’ dengan film besutan tahun 2016 bertitel Salt and Fire ini.
Namun bagi para penggemar Herzoq, Salt and Fire ini menggemaskan hati.
Bukan saja karena jalinan cerita film ini luar biasa absurd; melainkan juga karena dalam film model ‘sololoqui’ ini Herzog berhasil membawa dua anak kecil etnis lokal di Amerika Latin untuk naik pentas dengan gaya acting yang ‘luar biasa’.
Mereka ini anak kembar dengan nama diri sangat aneh; roman mukanya memberi kesan mereka ini ‘terbelakang’, namun ekspresi wajah mereka –meski kelihatan ‘lemah mental—membersitkan bahwa mereka adalah manusia yang layak disayang.
Tak mudah dicerna
Tidak jelas mengapa Matt Riley (Michael Shannon) membiarkan kedua anak ini ‘terdampar’ di tanah asing dan kemudian membiarkan peneliti PBB Prof. Laura Sommerfeld  (Veronina Ferres) sampai jatuh hati kepada kedua anak antah berantah ini. Juga tidak jelas, mengapa tiba-tiba Riley menawan Prof Laura bersama kedua koleganya  justru ketika ketiga ilmuwan utusan resmi PBB ini mencoba membantu mencari tahu enigma di balik bencana alam bernama “diablo blanco’.
Jangan menonton film ini , kalau tidak biasa ‘mengunyah’ film-film gaya Eropa yang memang tidak pernah ‘seheboh’ film Hollywood. Tapi, kalau menyenangi kesendirian dan merenungkan tentang hubungan manusia dan alam, rasanya film besuta tahun 2016 ini tetap menarik ditonton. Itu pun –sekali lagi—penonton bisa dilanda kebosanan hebat di tengah jalinan cerita yang tidak mudah dicari ‘benang merahnya’ ini.***

Popular Posts