Resensi Film: “Logan”, Saatnya Pensiun

FILM Logan (Wolverine), sang superhero dari Marvel Comics sangat apik dan memuaskan.  Alurnya pun lembut namun perlahan-lahan membawa para penonton pada klimaks.  Tanpa disadari penonton diajak untuk tenggelam dalam perasaan kecewa kepada Logan yang diperankan oleh Hugh Jackman karena penampilannya yang berantakan dan kehilangan jiwa penolongnya.
Rasa iba pun tak ayal lagi ditutupi karena Logan seperti orang yang kehilangan orientasi.  Lalu rasa haru melihat Logan yang membuka hati untuk Wolverine keturunannya. Sampai pada akhirnya, muncul kekaguman karena kepahlawanan Logan lahir kembali. Demikianlah alur yang mengungkapkan dinamika film baru keluaran 20th Century Fox.
X-Men yang suram
Film baru ini mengambil setting tahun 2029 dimana para X-men sudah tua.  Para mutan pun sudah mulai punah satu persatu.  Apa yang kita saksikan para mutan yang dihimpun oleh sang profesor Charles Xavier (Patrick Stewart) dalam X-men Apocalypse (2016) tiada kabarnya lagi. Loganlah yang selama Apocalypse hanya dimunculkan beberapa menit kini menjadi fokusnya.  Ia tidak sendirian karena ada Xavier dan Caliban (Stephen Merchant) yang berkemampuan untuk mendeteksi keberadaan mutan lainnya.
Benar-benar situasi tanpa harapan.  Mereka bersembunyi di sebuah bangunan tua di dekat perbatasan Mexico.  Xavier tengah mengidap penyakit yang menyebabkan ia kehilangan kemampuan telepatinya.  Ia bergantung kepada obat-obatan.  Mereka hidup seperti dalam pengungsian.  Menyedihkan.  Terkesan tak terawat.  Inilah yang rasanya dapat membuat para penonton terenyuh dan sedih melihat kenyataan jagoan-jagoan sepertinya sudah kehilangan pesonanya.  Maka babak lama kehidupan para mutan seolah-olah dilambangkan dengan keadaan Logan dan kawan-kawan yang suram.
Babak baru
Dari situlah kemudian muncullah babak baru para mutan.  Xavier seperti memiliki vision tentang para mutan baru.  Ia senantiasa mengatakan kepada Logan yang kini menjadi seorang sopir mobil mewah bahwa akan datang generasi baru mutan setelah kemusnahan mereka.
Memang kemudian datanglah Gabriela yang membawa Laura (Dafne Keen) mutan Wolverine kecil. Ia melarikan mutan kecil ini dari bahaya kejahatan Dr. Zander Rice yang melakukan eksperimen untuk melahirkan mutan-mutan demi bisnis keamanan.  Ia mengkloning DNA para mutan tua untuk menciptakan peliharaan yang mengerikan dan mendapatkan uang darinya.  Tetapi Zander tak hanya diam.  Ia mengutus Donald Pierce (Boyd Holbrook) kepala keamanan untuk menangkap Laura.
Laura, generasi mutan baru ternyata tidak sendirian.  Ia memiliki beberapa teman yang juga telah melarikan diri dari Zander.  Mereka semua menuju Eden, suatu tempat di dekat perbatasan Kanada yang diyakni sebagai tempat yang aman untuk hidup para mutan. Rictor lah yang memimpin mereka menuju Eden.
Warisan Logan
Pada bagian akhir, ditampilkan Logan yang semula tidak peduli dengan keberadaan Luara dan kawan-kawan akhirnya berubah pikiran.  Teman-temannya, Xavier dan Caliban telah mendahuluinya.  Kini ia harus memutuskan sesuatu yang penting diakhir hidupnya.  Menyadari bahwa dirinya tidak seampuh dulu lagi, Logan tetap berjuang semaksimal mungkin untuk membantu generasi baru mutan itu menuju Eden yang padahal sebelumnya baginya Eden cuma fiksi belaka.
Ditampilkan Logan yang terengah-engah berlari menyusul para mutan muda.  Tenaganya terkuras.  Namun demikian keganasannya tidak surut.  Benar-benar Logan adalah pensiunan mutan yang sudah semestinya menggantungkan sepatunya.
Setelah pertarungan yang sengit melawan Pierce dan pasukannya, Logan pun meninggal. Laura dan teman-temannya menguburkan Logan dengan penuh penghormatan.  Mereka generasi baru para mutan telah melihat pengorbanan besar X Men yang diwakili oleh Logan.  Di penghujung usianya, Logan telah meninggalkan rekaman penting bagi Laura dan kawan-kawan: berikan hidupmu sebaik-baiknya sampai akhir hidup.  Jangan takut untuk mati demi suatu yang agung, yakni hidupnya generasi baru.***

Popular Posts