Resensi Film: “Z for Zachariah”, Rumitnya Jalinan Hubungan Interpersonal di “Taman Eden” Karantina

TAMAN Eden rupanya tidak cukup luas, meski hanya untuk tiga manusia saja yakni Ann Burden (Margot Robbie), Caleb (Chris Pine), dan John Loomis (Chiwetel Ejiofor). Di sebuah kawasan hunian indah dan lengkap dengan segala pasokan kebutuhan makan-minum –seperti Taman Eden dalam kisah penciptaan alam semesta sebagaimana dilukiskan Kitab Kejadian–  hiduplah pertama-tama Ann.
Ia mewarisi kawasan itu dari keluarganya yang tewas karena efek ledakam bom yang menyebarkan radiasi. Karenanya, Ann kemudian mengungsi menjauhkan diri dari kawasan terkena radiasi tersebut dan hiduplah dia seperti di “Taman Eden” guna mengkarantina hidup dan raganya.
zacharia 1
Barulah di kemudian hari muncul sosok John Loomis. Ia ‘tersesat’ di kawasan karantina ini, ketika tengah mandi di kolam penuh elemen radioaktif dan akhinya bertemu tanpa sengaja dengan “mahkluk” satu-satunya di “Taman Eden” Karantina ini: Ann Burden. Belakangan, muncul lagi sosok manusia lain yakni Caleb yang juga tersesat dan akhirnya bertemu mereka berdua.
Jalinan asmara tak berkesampaian
Tak berapa lama kemudian, terjadilah jalinan hubungan personal namun memberi porsi yang membingungkan bagi Ann –satu-satunya perempuan di Taman Eden ini. Lantaran sudah lama tidak mengalami ‘sentuhan’, maka hasrat ragawi itu pun coba dia lampiaskan kepada Loomis.
Sayang, rayuan di atas dipan itu berakhir dengan penolakan halus,  karena Loomis masih merasa sisa-sisa bahan radioaktifnya masih hinggap di tubuhnya. Barulah ketika Caleb masuk dalam pusaran lingkaran hubungan kasih yang tak pernah kesampaian ini, hasrat Ann akhirnya tersalurkan di kamar mandi bersama tamu yang tak pernah  diundangnya.
Pola hubungan relasional
Film lawas Z for Zacharia besutan tahun 2015 ini sebenarnya tidak bicara banyak tentang hasrat manusiawi yang sifatnya ragawi tersebut. Namun, dari hal itu kita bisa menelisik betapa pola hubungan interpersonal antar manusia di masyarakat itu luar biasa kompleks. Menjadi lebih rumit lagi, ketika dua manusia menancapkan emosi kasihnya kepada satu orang yang sama.
Di Z for Zacharia ini, persoalannya bukan pada bagaimana bisa “membagi” cinta itu. Film ini menjadi lebih menarik, justru karena kita menyimak sosok Ann. Gadis desa yang tinggi semampai nan ayu ini dengan amat gemilang dimainkan oleh aktris pirang dari Australia:  Margot Robbie.
Margot Robbie tidak tampil ‘ganas’ sebagai perempuan penggoda sebagaimana dia mainkan di film The Wolf of Wall Street yang memaksa Leonardo DiCaprio jatuh ke dalam pelukannya. Juga bukan gadis binal yang super seksi di film Focus  yang telah menyeret William Smith bercinta.
Margot Robbie di Z for Zacharia ini  lebih tampil bersahaja sebagai gadis lugu dari pedesaan. Namun, lagi-lagi Robbie yang kini pamor semakin  moncer di Hollywood, tetaplah menarik disimak dan dan kecantikannya luar biasa memikat.
Lebih tajam daya tariknya adalah bagaimana Ann bisa berjuang  meneruskan perjalanan hidupnya yang tak ‘normal’ dan menjadi lebih ‘normal’ sebagai manusia dan sebagai  perempuan usai kedatangan kedua tamu tak diundang bernama Caleb dan Loomis.  Itulah sebabnya, ide merobohkan bangunan gereja tua hanya untuk bisa membangun kincir air pembangkit generator listrik menjadi isu menarik.
Di situ antara kebutuhan riil sebagai manusia akan listrik dan hasrat naluriah manusia untuk  tidak mengubur kenangan lama. Kedua gagasan besar itu  bersingungan dan salah satunya harus dikubur habis demi keberhasilan lainnya.
Z for Zacharia adalah film biasa tentang hidup manusia yang mencari selamat di rumah “Taman Eden” Karantina. Ini menjadi tidak biasa, karena daya tarik permainan Margot Robbie yang memang sangat ciamik.***

Popular Posts