Resensi Film: “Collide”, Atas Nama Cinta Apa pun Rela

MENDADAK jatuh cinta dan kemudian rela melakukan apa pun demi kekasihnya. Inilah gelombang cinta yang tengah merasuki Casey (Nicholas Hoult), ketika bertemu dan akhirnya mengencani Juliette Marne (Felicity Jones) usai pertemuan singkat mereka di sebuah klub malam di Cologne (Koln), kota nan indah dengan eksotimes bangunan Gereja Katedral Koln di garis perbatasan Perancis dan Jerman. Atas nama cinta itulah, Casey merelakan diri berbuat nekad membajak truk lori berisi kokain selundupkan dari Chile melalui Belanda milik pebisnis sekaligus pemasok narkoba kakap untuk konsumsi Jerman bernama Hagen Kahl (Sir Anthony Hopkins).
Di sini ada dua orang berkepentingan dengan usaha mengganggu bisnis narkoba Kahl ini yakni pesaing sekaligus konco akrabnya yakni Geran (Ben Kingsley) dan Casey. Yang terakhir ini  memang tengah  menghendaki  harus punya banyak uang untuk mengobati Juliette yang harus melakukan cuci darah dan menjalani operasi transplantasi ginjal.
Arena kebut-kebutan dengan mobil mewah
Film Collide sekilas nyaris sama seperti Fast and Furious dimana jalan raya menjadi ajang kebut-kebutan. Namun, Collide  juga menjadi ajang bukti cinta Casey terhadap Juliette, kekasihnya yang menderita gagal ginjal. Hanya saja, sangaat berbeda dibanding Fast and Furious yang mendongkrak aktornya alm. Paul Walker melalui aksi kebut-kebutan dengan mobil-mobil modif,  justru Collide menjadi ajang pamer mobil-mobil berkelas pabrikan Eropa: Citroen, Mercedes, Volvo, Alfa Romeo, dan mobil-mobil berkelas lainnya.
Semua melaju kencang, lengkap dengan berbagai manuver cantik mobil-mobil luks pabrikan Eropa ini. Tak ayal, Cologne atau disebut Koln oleh orang Jerman seakan berubah menjadi kawasan sirkuit dimana mobil-mobil jawara Eropa ini beradu kencang.
Collide menjadi film menarik, bukan hanya lantaran ajang pacu di jalanan Koln (Cologne) untuk aneka mobil jawara pabrikan Eropa. Lebih dari itu, film kebut-kebutan disertai perjuangan mempertahankan api cinta ini sangat  mengandalkan dua aktor papan atas Hollywood: Sir Anthony Hopkins dan Ben Kingsley –keduanya peraih Oscar.
Masing-masing bermain watak. Tidak hanya melalui gestures-nya, melainkan dengan rangkaian kata-kata yang membuai emosi penonton. Layaknya bermain sebagai Hannibal Lechter dalam The Silence of the Lamb, Kahl (Hopkins) membius lawan bicaranya dengan aksen kosa kata yang tidak biasa namun penuh wibawa. Sebaliknya, Kingsley yang memerankan sosok pengedar narkoba bernama Geran juga piawai bermain-main kata untuk menghibur diri dan lawan bicaranya
Collide bukan saja cerita kebut-kebutan di jalanan Cologne. Ia bicara tentang gairah anak muda yang rela melakukan apa saja demi dan atas nama cinta. Menarik menyaksikan Cologne bak sebuah sirkuit bagi mobil-mobil berkelas.***

Popular Posts