Resensi Film: “Bastille Day”, Pencopet Terjebak dalam Black-ops CIA

TAK semestinya, Michael Mason (Richard Madden), sang pencopet ulung, dan Zoe Neville (Charlotte Le Bon) harus berurusan dengan bom, tim serbu pasukan elit kepolisian Paris dan CIA,  kalau saja mereka tidak salah “jurusan”. Karena cinta, Zoe terperosok menjadi operator bom untuk mengacaukan Paris. Karena salah sasaran dalam mencopet, Mason diburu agen CIA bernama Sean Briar (Idris Elba) dan pasukan kepolisian Perancis pimpinan José Garcia (Victor Gamieux) hanya karena boneka yang telah dicurinya itu  ternyata berisi bom dengan pengatur waktu.
Insiden di luar skenario inilah yang akhirnya mempertemukan mereka dalam film anyar bertitel Bastille Day –sebuah nama yang mengingatkan kaum revolusioner Perancis menyerbu Penjara Bastille di jantung kota Paris hingga kemudian meletuplah Revolusi Perancis.  Sutradara James Watkins yang membesut film ini tampaknya sengaja mengadopsi nama “Bastille” untuk menyamakan gerakan kaum proletar Perancis modern yang menentang aksi brutal polisi dan kaum kapitalis.
Namun, di balik semua itu, gesekan kekerasan sosial antara kaum demonstran dan polisi anti huru-hara dengan setting utama di depan Banque Centrale itu ternyata merupakan hasilsocial engineering belaka.  Mereka yang merancang bangun kekacauan ini  adalah pemimpin pasukan elit kepolisian bernama Garcia bersama bos-nya pimpinan dinas intelijen Perancis yang korup dan ambisius.
Dalam balutan saling melumpuhkan antara agen CIA Briar melawan Mason di satu pihak dan Briar melawan kelompok polisi dan intel Perancis yang korup inilah Bastille Day dikemas dengan konsep kekerasan sebagai hiburan. Di sini sosok Mason menjadi benang merah yang merangkai jalinan cerita dimana Briar kemudian masuk dan berulah. Briar dipentaskan sebagai agen CIA yang enteng main pukul dan mengumbar tembakan bak seorang hero khas Amerika: pejuang tak terkalahkan.
Tak apalah, karena sisi humornya justru diretas dengan sangat apik oleh Mason, tukang copet kelas atas yang melakukan aksi criminal ini sekedar mengumpulkan dana untuk bisa masuk kuliah kedokteran.  Paris dibuat puyeng oleh aksi Briar yang menguntit keberadaan Mason, selain tim korup dari unit kepolisian Paris yang juga punya kepentingan sama.
Kuncinya ada pada Zoe yang belakangan diketahui telah diperdaya oleh pacarnya untuk melakukan serangan teroris di jantung kota Paris atas suruhan kelompok polisi korup yang ingin menangguk untung dari kekacauan sosial. Targetnya adalah peluang menguras brankas Banque Nationale. Namun, kerjasama nan apik antara Mason, Briar dan Zoe melempar keinginan muluk polisi dan intel yang korup itu pada kesia-siaan belaka.
Nikmati saja Bastille Day ini layaknya sebuah film hiburan dengan porsi banyak adegan baku pukul dan aksi copet dengan prinsip distraksi sebagai suguhan menawan. Selebihnya, tidak ada muatan politik atau sejarah masa lalu Revolusi Perancis (1789–1799) dengan aksi kaum proletar menyerbu Penjara Bastille yang akhirnya melahirkan tiga semboyan penting:liberté, fraternité, egalité.***

Popular Posts