KAYA GLUGU KETLUSUBAN RUYUNG


Pepatah Jawa di atas berarti seperti glugu (batang pohon kelapa) kemasukan ruyung (batang pohon aren). Kedua jenis pohon ini termasuk bangsa atau ras palmae, namun keduanya memiliki sifat yang berbeda. Batang pohon kelapa yang telah berusia di atas 50 tahun cukup bagus digunakan sebagai bahan bangunan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan pohon aren. Batang pohon aren sekalipun tua tidak bagus digunakan untuk bahan bangunan. Maklum batang pohon aren lebih banyak mengandung tepung sehingga mudah lapuk jika dijadikan bahan bangunan atau perabotan.

Dengan begitu, pohon kelapa atau glugu dinilai lebih bermanfaat atau lebih baik karena dapat dijadikan perabot dan bisa juga diperjualbelikan dengan nilai ekonomis tinggi. Hal ini menyebabkannya dinilai lebih baik daripada ruyung. Warna glugu juga lebih cerah daripada warna ruyung. Pendeknya, glugu dalam pepatah ini disimbolkan mewakili sifat-sifat baik, benar, suci, dan sebagainya. Sedangkan ruyung dianggap sebagai simbol yang berkebalikan artinya dibanding glugu.

Kaya glugu ketlusuban ruyung secara luas berarti seperti komunitas orang baik yang kemasukan orang jahat sehingga kebaikan yang pernah ada dalam komunitas itu menjadi rusak atau ternoda. Masuknya orang jahat ini semula tidak pernah diketahui karena makna kata ketlusuban dapat berarti kemasukan tanpa sengaja atau kemasukan tanpa diketahui.
Makna lain dari pepatah ini dapat juga dilihat dalam sebuah peristiwa spionase. Sebuah negara yang menganggap dirinya aman ternyata tanpa diketahui telah kemasukan mata-mata yang siap menghancurkan negara tersebut dari dalam.***
Baca juga KAYA IWAK KLEBU ING WUWU

Popular Posts