KALI ILANG KEDHUNGE, PASAR ILANG KUMANDHANGE, WONG WEDOK ILANG WIRANGE


Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti sungai hilang kedung ’pumpunan air’-nya, pasar hilang gaung atau gemanya, wanita hilang rasa malunya.

Sungai adalah aliran air yang memanjang dan membentuk alur-alur tertentu sebelum sampai ke muara. Dalam sepanjang alirannya itu pada titik-titik tertentu biasanya akan terdapat pumpunan air yang disebut kedung. Pumpunan air ini umumnya terpusat pad cekungan-cekungan di sepanjang aliran sungai yang memiliki kedalaman lebih dibanding aliran air yang lain.

Pada masa lalu kedung merupakan bagian sungai yang mudah didapatkan di sepanjang aliran sungai. Kini apa yang disebut kedung mulai relatif jarang didapatkan. Penyebabnya tidak lain adalah akibat rusaknnya alam di sepanjang aliran sungai mulai dari hulu hingga hilir. Pembabatan hutan, pembuangan limbah, dan sebagainya menyebabkan pendangkalan dasar air sungai di sana-sini. Lambat laun sungai pun kehilangan kedungnya.

Pasar (tradisional) di Jawa pada masa lalu umumnya terdapat di sekitar persimpangan desa. Persimpangan desa ini umumnya di masa lalu juga relatif sepi. Pepohonan masih demikian banyak. Pemukiman masih relatif jarang. Kendaraan bermesin nyaris tidak ada. Keberisikan pabrik juga tidak ada. Dalam kondisi demikian, keramaian pasar (akibat pembicaraan banyak orang) akan terdengar menggema hingga radius ratusan meter. Namun kini hal itu sudah tidak terjadi lagi mengingat hampir semua pasar berdiri di sekitar pemukiman padat atau di seputaran jalan yang ramai. Gema dari pembicaraan antarorang di pasar tidak mungkin kedengaran lagi karena telah tertimpa aneka macam suara dari mesin motor, mobil, pabrik, atau kegiatan lain.

Pada saat ini apa yang disebut sebagai wanita hilang rasa malunya juga kian makin marak gejalanya. Dulu, wanita dewasa akan merasa malu keluar rumah sendirian. Mereka juga akan malu jika di tempat umum jika auratnya kelihatan. Kini rasa malu itu kian terkikis. Wanita berpakaian minim kian banyak dan tidak merasa malu. Wanita berboncengan sambil pelukan dan pegang-pegangan dengan lawan jenis pun tidak merasa malu lagi. Demikian pun wanita berperilaku seperti pria juga tidak lagi merasa malu.
Hal-hal yang terkandung dalam ungkapan itu sebenarnya merupakan bagian dari prediksi atau ramalan R.Ng. Ranggawarsita. Ranggawarsita beranggapan bahwa dengan terjadinya apa yang diungkapkannya dalam tiga ungkapan di atas akan menjadi pertanda bahwa bumi dan tatanan dunia telah rusak.***
Baca juga KANDHANG LANGIT KEMUL MEGA

Popular Posts