Resensi Film: “The November Man”, Kalau Mau Bersih, Jangan Buang Tisu Sembarangan

DALAM dunia telik sandi alias intelijen, berbagai black ops sering kali terjadi. Untuk urusan operasi di luar jalur ”kebijakan resmi” semacam inilah, dalam dunia layar lebar CIA sering kali menjadi jawaranya. Terutama bila dikaitkan dengan ambisi para pemimpin CIA yang ingin menghapus jejak kejahatannya masa silam, ketika sebuah black ops harus dilakukan.

Agen senior CIA Peter Deveraux (Pierce Brosnan), kandidat Presiden Rusia Arkady Fedorov (Lazar Ristovski), David Mason (Luke Bracey), John Halley (Bill Smitrovich) ada dalam pusaran kisah menghapus jejak lama tersebut.

Masa lalu gelap
Adalah pemimpin CIA di Bosnia John Halley yang dulu sekali diam-diam telah bersekutu dengan Jenderal Fedorov tanpa sepengetahuan dan di luar kendali resmi Langley, Markas Besar CIA di Virginia. Mereka berdua adalah pribadi-pribadi ambisius.

Keduanya ‘tega’ merancang pembomban di Chechnya dan kemudian merilis informasi bahwa pemboman itu dilakukan oleh gerilyawan Chechnya. Rilis ini penting karena  kemudian pasukan Rusia pimpinan Fedorov punya legitimasi untuk memberangus pemberontakan Chechnya.

Sebelumnya, Fedorov punya masa lalu kelam: membasmi sebuah keluarga Bosnia saat Perang Saudara di bekas negara Yugoslavia ini. Adalah seorang gadis bisu bernama Mila Filipova yang menjadi saksi penting atas kekejaman Fedorov. Di kemudian hari, Mila malah menjadi budak nafsu birahi Fedorov.

Misi menghapus sejarah
Seringing dengan berjalannya waktu, CIA mencemaskan Fedorov yang berpotensi menjadi Presiden Rusia. Untuk menggagalkan ambisinya, CIA berniat ‘menghancurkan’ karirnya dengan cara membongkar masa lalunya yang kejam. Untuk tugas sepenting ini, John Halley mempercayakan kepada Peter Deveraux , rekan sejawatnya dan mantan anak didiknya.

Belakangan, Deveraux malah dijebak. Agen FSB (dinas rahasia Rusia) yang membelot ke CIA ini malah dibuat mati oleh CIA melalui kaki tangannya di lapangan. Sang eksekutor ini bernama Mason, anak buah Deveraux.

Korbannya adalah Natalia, mantan kekasih Deveraux dan ibu putri Deveraux.
Hubungan guru dan murid antara Mason-Deveraux menjadi kian runyam, karena berbeda kepentingan. Pada pusaran konflik inilah, dunia telik sandi yang rumit namun mengasyikkan dengan cemerlang dimainkan oleh sang pembesut film ini: Roger Donaldson.

Saksi kunci
Pada pusaran konflik ini muncullah gadis cantik bernama Alice Fournier (Olga Kurylenko), pekerja sosial di lembaga pemerhati korban perang. Belakangan baru diketahui, Alice ini ternyata Mila Filipova, kenangan masa lalu Jenderal Federov di Balkan.

Dulu, Mila menjadi ‘peliharaan’nya untuk mengumbar birahi. Kini, Mila menjadi mimpi buruknya karena menjadi saksi kunci atas sejarah masa silam kekejamannya di Balkan.

Federov sangat berkepentingan melenyapkan Mila. John Halley pun sangat berkepentingan ‘membungkam’ Federov. Deveraux sangat berkepentingan menemukan agen-agen CIA yang telah mengkhianatinya. Deveraux dan Mason dipertemukan dalam pusaran konflik berlapis-lapis ini dengan risiko: kill or to be killed.

Lebih sangar
Meski sudah gaek, Pierce Brosnan tetaplah menawan. Bahkan terkesan ia lebih macho di The November Man ini daripada film-film lawasnya sebagai James Bond 007. Ia lebih trengginas meletupkan picu pistol, tidak lagi flamboyan merebut hati cewek, melainkan lebih sangar membasmi lawan-lawan politiknya di jagad telik sandi.

Saking sempurnanya sebagai mesin pembunuh, Deveraux sering disebut “The November Man”. Itu karena setelah November maka muncullah bulan Desember: bulan terakhir dalam kurun waktu setahun dimana orang-orang selalu menikmatinya sebagai bulan liburan.

Di tangan The November Man, urusan apa pun beres. Tidak ada jejak, semua tugas well done dan semua pulang dengan selamat dan happy. Kini, waktunya untuk berleha-leha selama bulan Desember.
The November Man adalah film intel seru, penuh intrik, dan menarik. Terutama bila tidak hanya mengandalkan letupan pistol –meskipun di sini sangat banyak–  melainkan bagaimana intrik itu dikerjakan untuk menghapus jejak masa silam yang penuh darah.

Jadi, kalau mau dikesankan ‘bersih’, jangan suka membuang tisu sembarangan. Salah-salah, The November Man harus turun tangan menyapu bersih tisu-tisu penuh darah ini.***

Popular Posts