Resensi Film: “Transformers: Age of Extinction”, Manakala Manusia Kalah dengan Ciptaan Lain

KATA Kitab Kejadian, manusia diciptakan setara dengan Allah sesuai dengan ‘citra-Nya’. Itu berarti, seperti kata Kitab Kejadian, manusia diberi kuasa oleh Sang Pencipta untuk menguasai dan mengatur alam berserta isinya dan boleh menggunakan semuanya demi kepentingan manusia.
Namun, di film Transformers: Age of Extinction, saya melihat dimensi lain dari perjalanan waktu dimana manusia lebih banyak berkuasa. Di film fiksi ilmiah ini, manusia justru ada dalam posisi ‘kalah’ dibanding banyak mahkluk ciptaan lain, baik yang sengaja dibuat-rancang oleh kaum pintar maupun yang datang dari ‘dunia lain’.
Untuk masuk ke jalur pemikiran kekuatan maha dahsyat dari makhluk-mahkluk autobot ini, maka muncullah sosok Cade Yeager (Mark Wahlberg), seorang yang suka otak-atik barang antik. Ia hidup bersama putrinya Tessa (Nicola Paeltz) dan berteman dengan Lucas.
Sekali waktu, dia berhasil menemukan tanpa sengaja mahkluk autobot bernama Optimus Prime yang menyaru diri sebagai truk rongsokan. Ia cidera namun segera sembuh berkat Yeager.
Namun di ujung sana, para petinggi CIA sangat berkepentingan meringkus Optimus Prime dengan bantuan mahkluk-mahluk robot lainnya.
Teknologi ‘transformasi’
Yang menarik dalam film ini tentu saja soal bagaimana kecanggihan sutradara Michael Bay menemukan sistem cepat robot-robot itu bisa berganti rupa menjadi mobil-mobil sport yang indah. Teknologi transformasi super cepat muncul di banyak sesi di film dengan durasi hamper 2 jam lebih ini.

Mengasyikkan memang, menikmati manusia dikangkangi oleh mahkluk-mahkluk robot buatan manusia, baik yang bersikap berkawan atau memusuhi manusia.
Transformers: Age of Extinction menjadi hiburan segar, terutama mereka yang suka berfantasi tentang dunia antah berantah dimana teknologi melampau batas-batas kemampuan manusia.***

Baca juga Resensi Film: “The Other Woman”, Menantang Komitmen Perkawinan

Popular Posts