DESIDERIO DESIDERAVI
Liturgi, perjumpaan sejati menjadi manusia pemberani
“Kerinduan yang sama yang dibawa Kristus untuk makan Paskah bersama para rasul… adalah kerinduan yang sama yang membara di hati Allah bagi setiap kita.” – Paus Fransiskus, Desiderio Desideravi, 1
Desiderio desideravi, kerinduan Yesus untuk berbagi perjamuan terakhir dengan murid-murid-Nya. Paus Fransiskus membuka surat apostoliknya dengan ungkapan yang indah, pribadi, dan menyentuh ini. Kita diajak untuk mengintip ke hati Kristus sendiri. Dan di situlah kita tahu, mengapa liturgi bukan semata ritual, melainkan sebuah perjumpaan kasih yang mengubah kau dan aku.
Latar Desiderio Desideravi
Sering kita terjebak rutinitas liturgi. Doa terucap tanpa makna, gerakan dilakukan tanpa penghayatan. Desiderio Desideravi hadir sebagai pengingat yang lembut namun menggugah, mengajak kita menyelami kedalaman misteri yang kita rayakan. Paus Fransiskus mengingatkan liturgi adalah opus Christi, karya Kristus sendiri, saat Ia hadir, berkurban, dan memberikan diri-Nya kepada kita.
Desiderio Desideravi, terbit 29 Juni 2022, muncul dari refleksi berkelanjutan Paus Fransiskus atas kehidupan Gereja dan pembaruan liturgi pasca-Konsili Vatikan II, secara khusus dalam perdebatan dan interpretasi beragam terhadap reformasi liturgi Sacrosanctum Concilium. Surat ini sekaligus tanggapan pastoral pada kecenderungan yang ada :
a. Risiko formalisme liturgi menjadi sebatas pelaksanaan rubrik atau sarana membangun komunitas, tanpa menghayati misteri di dalamnya,
b. Pelaksanaan reformasi liturgi pasca-konsili diwarnai oleh tafsir yang beragam dan terpolarisasi,
c. Hilangnya rasa kagum dan misteri atas sakramen-sakramen,
d. Perlunya formasi liturgi yang lebih mendalam bagi seluruh umat beriman
Demikianlah Desiderio Desideravi_hadir untuk membangkitkan kembali _pemahaman mendalam dan penuh gairah tentang makna liturgi bagi seluruh umat beriman :
a. Membangkitkan dan memajukan formasi liturgi, agar umat semakin memahami dan menghayati makna liturgi.
b. Merevitalisasi ars celebrandi: Mengajak para pelayan liturgi dan seluruh umat untuk merayakan dengan kesungguhan hati dan perhatian.
c. Menegaskan kembali pentingnya Konsili Vatikan II bagi pembaruan liturgi.
d. Mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang misteri Kristiani yang dirayakan dalam liturgi.
Desiderio Desideravi berakar kuat dalam tradisi liturgi Gereja dan Konsili Vatikan II. Gagasan Liturgi sebagai opus Christi (karya Kristus) dan partisipasi aktif umat beriman (actuosa participatio) sentral dalam Sacrosanctum Concilium. Dokumen patristik dan teologi abad pertengahan menekankan pentingnya liturgi sebagai sumber rahmat dan perjumpaan dengan yang ilahi. Melalui surat ini, kita diundang Bapa Suci untuk merefleksikan secara lebih mendalam keindahan dan kekuatan misteri Kristus yang dirayakan dalam liturgi.
Menatap wajah Allah bersama Desiderio Desideravi
Inilah isi surat yang indah ini :
a. Kerinduan Kristus: Paus memulai dengan merenungkan kerinduan Yesus untuk merayakan Paskah bersama murid-murid-Nya, yang menjadi dasar bagi kerinduan Allah untuk bertemu dengan kita dalam liturgi (DD 1)
b. Liturgi sebagai perjumpaan dengan Kristus yang bangkit:
Paus Fransiskus mengingatkan, “Setiap kali kita berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi, misteri Paskah Kristus dihadirkan, dan kita mengambil bagian di dalamnya.” (DD, 4). Bagi beliau, “Liturgi menjamin bagi kita kemungkinan untuk bertemu dengan Kristus yang bangkit dan hidup dan membiarkan diri kita ditransformasi oleh-Nya.” (Desiderio Desideravi, 6). Perjumpaan ini bukanlah intelektual, melainkan melibatkan seluruh keberadaan kita: indra, emosi, dan kehendak. Aroma dupa yang membubung, alunan musik yang agung dan indah, cahaya lilin, juga sentuhan air baptis yang menyegarkan – semuanya adalah bahasa simbolik yang mengantar kita masuk ke dalam realitas ilahi. Paus Fransiskus menegaskan, “Tanda-tanda sakramental, terutama tanda-tanda Ekaristi, adalah kehadiran Kristus yang kita sentuh.” (Desiderio Desideravi, 11).
c. Merayakan seni merayakan (Ars Celebrandi):
Paus Fransiskus mengajak kita semua menghidupkan kembali "seni merayakan" (ars celebrandi) : sikap hati yang penuh perhatian, partisipasi aktif, dan kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan Tuhan. Beliau menekankan, “Tujuan yang mendasar adalah agar seluruh Umat Allah menemukan kembali keindahan kebenaran dalam perayaan liturgi.” (Desiderio Desideravi, 31).
d. Dimensi mistagogis liturgi: (DD 33, 64)
Liturgi adalah pengantar kepada misteri iman. Kita dipanggil untuk terus belajar dan menggali makna mendalam dari setiap simbol dan ritus, sehingga partisipasi kita dalam liturgi menjadi semakin sadar, aktif, dan berbuah. Paus Fransiskus dengan indah menggambarkan bagaimana liturgi membentuk empati kita: “Melalui perayaan Ritus-ritus sakramental, Roh Kristus menguduskan kita, sehingga kita dapat menunjukkan kepada dunia kasih-Nya.” (Desiderio Desideravi, 64). Liturgi bukan hanya perayaan "untuk kita", tetapi perayaan yang membentuk "diri kita" menjadi semakin serupa dengan Kristus, yang selalu berbelas kasih terhadap mereka yang menderita dan tertindas. Beliau juga menyatakan, “Tidak ada aspek keberadaan kita yang dikecualikan dari perjumpaan ini karena seluruh diri kita – roh dan tubuh – dipanggil untuk berpartisipasi.” (Desiderio Desideravi, 26).
e. Formasi liturgi yang berkelanjutan: (DD 33, 36)
Beliau menekankan pentingnya formasi liturgi bagi seluruh umat: “Formasi liturgi tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan intelektual – ini terutama adalah keterlibatan penuh dan integral dalam misteri Allah yang bertemu dengan kita dalam Ritus-ritus.” (DD, 33).
f. Kaitan erat liturgi dan kehidupan:
“Keindahan perayaan Kristiani memiliki konsekuensi yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari, dijiwai oleh kasih persaudaraan, oleh belas kasihan terhadap orang miskin, oleh perhatian terhadap semua orang.” (DD 52).
Partisipasi otentik umat di dalamnya membentuk kehidupan spiritual dan moral bersama
Bagi seseorang yang menerima Ekaristi, mendengarkan Sabda Allah tentang kasih dan keadilan, merasakan persatuan dengan Kristus dengan tubuh dan darahNya, dan menerima berkat pengutusan, mustahil baginya untuk tetap tak peduli pada ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.
Pengalaman liturgi yang otentik menggerakkannya untuk terlibat dalam aksi-aksi sosial, membela hak-hak kaum tertindas, dan menjadi saksi kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan Paus, “Pertemuan dengan Kristus selalu mengarahkan kita untuk mencintai sesama kita, seperti Ia mencintai kita.” (DD 58).
Liturgi sebagai Mata Air Transformasi
Desiderio Desideravi adalah undangan untuk kembali ke sumber, untuk menyadari bahwa dalam setiap perayaan liturgi, kita memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan kasih Allah yang tak terbatas. Perjumpaan ini bukan hanya menghibur dan menguatkan kita secara pribadi, tetapi juga membekali kita dengan kekuatan untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat.
Bagaimana pertemuan yang mendalam dengan Kristus dalam liturgi ini menjadi sumber kekuatan untuk transformasi sosial? Jawabannya terletak pada perubahan hati yang terjadi dalam diri kita. Melalui liturgi kita menyatu bersama Kristus sendiri, jiwa dan raga kita “berdenyut Seirama dengan Kristus”. Tindakan keadilan dan kasih menjadi buah alami dari hati yang telah disentuh dan diubah oleh misteri Paskah. Di altar kita telah diubah, ke pasar kita mengalirkan kasih yang mengubah.
Bapa Suci Fransiskus menyimpulkan dengan indah, “Dengan semua keindahan yang dimilikinya, perayaan liturgi mengarahkan kita pada perjumpaan dengan Kristus yang bangkit dari antara orang mati, Paskah yang tidak pernah berakhir, dan dengan kekuatan Roh-Nya, membawa kehidupan kita ke kepenuhannya.” (DD 65).
Karena sesungguhnya, ketika hati merindukan dan liturgi menggerakkan kita, dunia pun memiliki harapan untuk diubah oleh kasih yang sama yang mendorong Kristus untuk memberikan diri-Nya bagi kita semua. Swaha !
Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com
Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI
*Dari Sejarah: Pekan Laudato Si' adalah perayaan tahunan yang diselenggarakan oleh gerakan Laudato Si' dan umat Katolik di seluruh dunia untuk memperingati dan menginternalisasi pesan dari ensiklik Laudato Si' karya Paus Fransiskus. Tahun ini ia dirayakan 24-31 Mei.