CHRISTUS VIVIT
Orang muda bergerak bersama membangun dunia yang lebih adil
Selamat pagi kawan-kawan ! Pagi ini, peziarahan kita bersama paus Fransiskus mengajak kita menyelami lebih dalam Anjuran Apostolik Pasca-Sinodal Christus Vivit. Sebuah surat cinta Paus Fransiskus bagi orang-orang muda. Sebuah surat cinta berisi harapan besar dan panggilan untuk terlibat aktif membangun dunia yang lebih adil. Untuk memahami pesan surat ini, kita akan menelusuri konteks, proses, dan berbagai aspek Anjuran Apostolik Christus Vivit.
1. Di Balik Christus Vivit
Lahirnya Christus Vivit berakar pada kesadaran Gereja akan perubahan lanskap sosial dan kultural yang sangat kuat memengaruhi kehidupan orang muda. Paus Fransiskus, dalam semangat Konsili Vatikan II membaca "tanda-tanda zaman" (bdk. Gaudium et Spes, 4), melihat urgensi untuk merespons dinamika ini. Beberapa elemen historis dan sosial yang mendasari dokumen ini meliputi:
a. Sekularisasi dan Relativisme: Meningkatnya pengaruh pandangan dunia sekuler dan relativistik menimbulkan tantangan bagi penghayatan iman dan nilai-nilai Kristiani di kalangan kaum muda. Perlu tawaran narasi yang relevan dan bermakna di tengah arus ini.
b. Budaya Digital dan Media Sosial: Meski menawarkan peluang keterhubungan dan komunikasi, budaya digital juga membawa bahaya keterasingan, disinformasi, dan tekanan psikologis bagi orang muda. Gereja perlu hadir konstruktif di ranah digital ini.
c. Ketidakadilan Sosial dan Ekonomi: Jurang kesenjangan ekonomi, pengangguran orang muda, dan berbagai bentuk ketidakadilan sosial menjadi isu serius yang mendorong Gereja mengajak keterlibatan kaum muda mencari solusi mengatasinya.
d. Krisis Ekologis: Kesadaran atas kerusakan lingkungan dan dampaknya pada masa depan mendorong orang muda menjadi garda terdepan dalam gerak pelestarian alam. Gereja melihat ini sebagai panggilan untuk "pertobatan ekologis" (bdk. Laudato Si', 216-221).
e. Skandal Pelecehan Seksual dalam Gereja: Luka mendalam akibat skandal ini telah merusak kepercayaan kaum muda pada institusi Gereja dan menuntut pertobatan, transparansi, dan komitmen yang sungguh-sungguh untuk perlindungan anak dan kaum rentan. Dalam Christus Vivit, Paus Fransiskus secara tegas menyatakan, "Tidak ada tempat bagi mereka yang melecehkan anak-anak dalam imamat dan dalam kehidupan religius" (CV, 99).
Berangkat dari keprihatinan inilah, Paus Fransiskus mengundang Sinode para Uskup XV dengan tema "Kaum Muda, Iman, dan Panggilan". Sinode ini menjadi "kesempatan untuk mendengarkan kaum muda – harapan Gereja – dan untuk memahami tantangan dan peluang mereka" (Surat kepada Kaum Muda dalam rangka persiapan Sinode, 13 Januari 2017).
2. Arti Penting Sinode tentang Orang Muda
Sinode ini didasari oleh beberapa kebutuhan mendasar Gereja:
a. Mendengarkan "Denyut Nadi" Generasi Muda: Paus Fransiskus menekankan pentingnya "kemampuan Gereja untuk mendengarkan suara, kepekaan, dan harapan orang muda" (CV, 65). Sinode menjadi forum untuk mewujudkan amanat ini, mengakui bahwa "kita perlu mendengarkan apa yang Roh katakan kepada mereka dan apa yang mereka katakan kepada kita" (CV, 65).
b. Menawarkan Pendampingan yang Relevan: Di tengah kebingungan dan ketidakpastian yang seringkali dialami kaum muda, Gereja terpanggil untuk menawarkan pendampingan yang otentik dan relevan dalam perjalanan iman dan penemuan panggilan. ”Gereja perlu menawarkan tempat di mana orang muda dapat merasa diterima, dicintai, diampuni dan didorong untuk menemukan panggilan mereka dan mewujudkannya” (Dokumen Akhir Sinode, 120).
c. Membangun Jembatan Antargenerasi: Sinode bertujuan untuk mengatasi jurang pemisah antargenerasi dan membangun dialog yang konstruktif. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa "orang tua memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kaum muda, dan kaum muda memiliki banyak hal untuk dibagikan kepada orang tua" (CV, 199).
d. Memperbarui Wajah Gereja: Keterlibatan kaum muda dipandang sebagai vital untuk memperbarui wajah Gereja agar lebih dinamis, relevan, dan mampu menjawab tantangan zaman. "Gereja tidak dapat hanya mengulang apa yang telah dikatakan atau dilakukan di masa lalu. Ia perlu mendengarkan Roh Kudus yang selalu memperbarui segala sesuatu" (CV, 169).
3. Membaca Instrumentum Laboris
Instrumentum Laboris (Dokumen Kerja) menjadi landasan diskusi sinodal. Naskah ini merangkum hasil konsultasi luas, termasuk respons dari kaum muda melalui kuesioner daring yang menjangkau berbagai belahan dunia. Beberapa poin penting dan menjadi perhatian sinode di antaranya:
a. Pengalaman Hidup Kaum Muda: Menggali realitas konkret kaum muda terkait pendidikan, pekerjaan, relasi, penggunaan teknologi, dan keterlibatan sosial-politik.
b. Iman dan Spiritualitas: Memahami bagaimana kaum muda menghayati iman, mencari makna hidup, menghadapi keraguan, dan merespons tawaran spiritualitas alternatif.
c. Panggilan dan Arah Hidup: Mengeksplorasi proses penemuan panggilan, tantangan dalam membuat pilihan hidup, dan peran Gereja dalam mendampingi proses ini.
d. Pastoral Kaum Muda: Mengusulkan model-model pastoral yang lebih efektif, inklusif, dan partisipatif, dengan mempertimbangkan bahasa, budaya, dan kebutuhan spesifik kaum muda.
Instrumentum Laboris menekankan pentingnya_ "mengadopsi perspektif kaum muda untuk memahami secara lebih mendalam harapan dan kebutuhan mereka" (IL, 4)._
4. Sinode, Gagasan-gagasan Kunci
Sinode para Uskup XV berlangsung dari tanggal 3 hingga 28 Oktober 2018. Proses sinodal dirancang untuk mendorong dialog terbuka dan mendalam. Proses melalui konsultasi luas dan kuesioner global, kerja kelompok (circuli minores) para Bapa Sinode, sesi pleno, pendengaran auditor muda, dan penyusunan dokumen akhir. Diskusi sinodal ini menghasilkan beberapa gagasan kunci yang lantas diartikulasikan dalam Christus Vivit:
a. Gereja yang Mendengarkan dan Berdialog: Penekanan pada Gereja sebagai komunitas yang belajar untuk mendengarkan secara aktif dan berdialog secara terbuka dengan kaum muda, mengakui bahwa "kita tidak selalu tahu bagaimana mendekati mereka dalam bahasa mereka" (CV, 67).
b. Orang Muda sebagai "Masa Kini Allah": Paus Fransiskus menegaskan bahwa kaum muda bukanlah sekadar harapan masa depan, tetapi memiliki peran aktif dan kontribusi yang signifikan saat ini. "Ia [orang muda] adalah masa kini Allah, dan Ia mengasihi mereka dan tidak ingin mereka menunda untuk besok apa yang dapat mereka sumbangkan hari ini" (CV, 164).
c. Panggilan sebagai Undangan Personal: Pemahaman tentang panggilan tidak hanya terbatas pada panggilan imamat atau hidup religius, tetapi sebagai undangan personal dari Tuhan untuk setiap orang muda untuk mengasihi dan melayani dalam cara yang unik. "Setiap orang muda harus mengenali jalannya sendiri, membawa keluar yang terbaik dari dirinya, talenta-talenta khusus yang telah diberikan Allah kepadanya" (CV, 286).
d. Pentingnya Pendampingan: Sinode menekankan perlunya pendampingan rohani yang otentik dan empatik, di mana pendamping "tidak hanya seorang yang berpengalaman atau berpengetahuan, tetapi juga seseorang yang tahu bagaimana berjalan bersama, mendengarkan, membangkitkan hati pada kehidupan dan pada Tuhan" (CV, 293).
e. Keterlibatan dalam Isu Sosial dan Lingkungan: Pengakuan akan kepedulian mendalam kaum muda terhadap isu-isu keadilan sosial, perdamaian, dan pelestarian lingkungan. Sinode mendorong mereka untuk menjadi "agen perubahan" (CV, 174) dalam membangun dunia yang lebih baik. "Banyak orang muda menyadari tantangan dunia dan ingin terlibat dalam membangun dunia yang lebih baik" (CV, 170).
5. Hasil Sinode
Dokumen Akhir yang berisi sintesis dari diskusi dan rekomendasi para Bapa Sinode pun dihasilkan. Dokumen ini mendasari penulisan Anjuran Apostolik Christus Vivit. Beberapa poin penting dalam Dokumen Akhir yang tercermin dalam Christus Vivit meliputi:
a. Analisis Realitas Kaum Muda: Gambaran yang komprehensif tentang tantangan dan peluang yang dihadapi kaum muda di berbagai konteks.
b. Penegasan Peran Iman dan Panggilan: Penekanan pada pentingnya iman sebagai kompas hidup dan panggilan sebagai respons terhadap kasih Allah.
c. Pedoman Pastoral yang Diperbarui: Usulan-usulan konkret untuk memperbarui pendekatan pastoral Gereja terhadap kaum muda dalam bidang katekese, liturgi, pendampingan, dan keterlibatan sosial.
d. Ajakan untuk Sinodalitas: Dorongan untuk membangun Gereja yang lebih sinodal, di mana kaum muda memiliki ruang untuk didengarkan dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
6. Dampak Sinode bagi Gereja dan Dunia
Bagaimana sinode tentang kaum muda dan Christus Vivit berdampak ? Berikut beberapa di antaranya :
a. Peningkatan Perhatian terhadap Kaum Muda: Meningkatkan kesadaran di seluruh Gereja tentang pentingnya memprioritaskan pelayanan dan pendampingan kaum muda.
b. Pembaharuan Metode Pastoral: Mendorong paroki, keuskupan, dan organisasi-organisasi Gereja untuk mengadopsi pendekatan pastoral yang lebih relevan, inklusif, dan partisipatif terhadap kaum muda.
c. Pemberdayaan dan Pengakuan Peran Kaum Muda: Memberikan legitimasi dan semangat bagi kaum muda untuk mengambil peran kepemimpinan dalam Gereja dan masyarakat. Christus Vivit secara eksplisit mengajak kaum muda untuk "membuat diri Anda didengar" (CV, 203) dan "jangan biarkan orang lain menjadi protagonis dari masa muda Anda" (CV, 143).
d. Fokus pada Keadilan Sosial dan Lingkungan: Mendorong keterlibatan kaum muda dalam isu-isu keadilan sosial, perdamaian, dan pelestarian lingkungan, sejalan dengan ajaran sosial Gereja dan ensiklik Laudato Si'. Paus Fransiskus menyatakan, "Dunia sedang menderita. Perang, kekerasan, penyebaran ideologi yang tidak masuk akal, dan penindasan menyebabkan banyak orang menderita. Banyak orang muda adalah saksi dan korban dari kenyataan ini. Kita tidak bisa tetap acuh tak acuh" (CV, 70).
e. Dialog Antargenerasi yang Lebih Baik: Mendorong terciptanya ruang dialog yang lebih terbuka dan saling menghormati antara generasi yang berbeda dalam keluarga, komunitas, dan Gereja. "Kita hanya bisa maju bersama, dengan kekayaan dari apa yang dimiliki oleh orang tua dan orang muda, dan selalu menjaga mata kita tertuju pada masa depan" (CV, 199).
7. Catatan Akhir
Christus Vivit mengajak Gereja dan dunia untuk melihat kaum muda bukan semata harapan masa depan, melainkan sebagai kekuatan transformatif masa kini. Beberapa hal kita temukan:
a. Mendengarkan dengan Hati: Kita dipanggil untuk mendengarkan kaum muda dengan hati yang terbuka, mencoba memahami perspektif mereka, bahkan ketika berbeda dengan pandangan kita. "Mendengarkan tidak berarti membiarkan diri Anda dibombardir oleh kebisingan, oleh gangguan dunia. Ini berarti menempatkan diri Anda dalam sikap hati untuk mendengarkan orang lain" (CV, 202).
b. Berjalan Bersama dalam Iman: Pendampingan kaum muda dalam perjalanan iman adalah tanggung jawab seluruh komunitas Kristiani. Kita dipanggil untuk berjalan bersama mereka, menawarkan dukungan, dan berbagi kebijaksanaan. "Kita perlu merenungkan bersama dan, dengan berani, mengambil risiko untuk mengusulkan alasan dan tujuan yang baik kepada orang muda" (CV, 83).
c. Membangun Dunia yang Lebih Adil adalah Tugas Bersama: Keterlibatan kaum muda dalam isu-isu sosial dan lingkungan bukan hanya aspirasi ideal, tetapi panggilan mendesak untuk mewujudkan Kerajaan Allah di bumi. "Saya memintamu untuk tidak mengundurkan diri dari yang terbaik dari dirimu, untuk tidak pernah kehilangan keberanian untuk bermimpi besar, untuk tidak membatasi dirimu dengan ide-ide kecil" (CV, 31).
Kita dipanggil untuk menjadi jembatan antara generasi, memfasilitasi dialog, dan memberdayakan kaum muda. Menemani mereka menjadi agen perubahan yang memperjuangkan keadilan, damai, dan harapan bagi dunia. Saatnya bergerak, membangun komunitas inklusif orang muda, dan bekerja bersama mereka ! Tuhan memberkati perjalanan kita bersama orang muda, Tuhan memberkati perjalanan kita bersama Paus Fransiskus!
Fate Chiasso, kawan-kawan !
Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com
Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI
Dari Sejarah: 20 Mei 2009 : Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) merilis laporan tentang peningkatan jumlah "zona mati" di lautan dunia. Zona mati adalah area dengan kadar oksigen yang sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung kehidupan laut. Polusi nutrisi dari aktivitas manusia (seperti pertanian dan limbah) menjadi sebab utama fenomena ini. Laporan menyerukan tindakan untuk mengurangi polusi tersebut.