“MAKA JADILAH PETANG DAN PAGI ….”


Ingat enam hari penciptaan Allah ? Mari kita juga “ciptakan” inspirasi Laudato Si' menjadi aksi nyata di paroki kita ! Mengembangkan inspirasi menjadi aksi tentu bukan hanya membuat daftar kegiatan terkait lingkungan lalu mengerjakannya, lalu dengan bangga mengatakan, “Kami sudah berLaudato Si’ ! Menjadi paroki LaudatoSi’ adalah seni menanam, menumbuhkan , dan merawat budaya baru bernama budaya adil, damai, bermartabat, dan lestari bagi seluruh ciptaan di paroki. Mewujudkan sebuah ekologi integral. Mari membuka ulang kitab Kejadian …


Langkah 1: Menyelam di Hati Laudato Si'

Sebelum otak kita memuntahkan ide-ide cemerlang, sebelum kita penuh semangat melakukan kegiatan, mari kita resapi dulu apa itu jiwa Laudato Si'. Laudato Si’ bukanlah ensiklik khusus lingkungan, tetapi pesan cinta Paus Fransiskus kepada seluruh ciptaan. Ingat film “The Letter” kan ? Yuk, pahami pesan utamanya:

• Keterkaitan Segala Sesuatu: Ingat 7 Tujuan Laudato Si’ ? Bumi dan kaum miskin menjerit bersama. Isu lingkungan dan keadilan sosial ada di satu mata uang. Aksi kita harus memandang masalah ini secara menyeluruh.

• Kecintaan pada Ciptaan: Alam bukan sekadar sumber daya, tetapi rumah kita bersama, anugerah ilahi yang patut kita kagumi dan jaga. Aksi kita harus dilandasi rasa hormat dan kekaguman pada alam, tempat kasih Allah terpancar melalui segala sesuatu. 

• Pertobatan Ekologis: Tak ada perubahan tanpa pertobatan. Perubahan sejati dimulai dari hati. Kita dipanggil untuk memeriksa gaya hidup kita, mengurangi konsumsi berlebihan, dan memilih jalan ugahari dan berkelanjutan. Aksi kita harus mendorong perubahan perilaku yang mendalam.

• Dialog dan Keterlibatan Komunitas: Solusi tidak datang dari atas, tetapi dari kebersamaan. Dialog, dialog, dialog ! Demikian pesan Bapa Fransiskus dalam Laudato Si’. Kita libatkan seluruh umat, dengarkan berbagai perspektif, dan bekerja sama. Aksi kita harus partisipatif, inklusif, dan transformatif.


Langkah 2: Menemukan Inspirasi di Paroki Kita

Setiap paroki memiliki keunikan, tantangan, dan potensi tersendiri. Inspirasi aksi Laudato Si' bisa bersemi dari mana saja, dan berbentuk apa saja :

• Mendengarkan Jeritan Lokal: Apa isu lingkungan paling mendesak di sekitar paroki kita? Apakah ada masalah sampah, polusi sungai, kurangnya ruang hijau, atau kesulitan ekonomi yang dialami warga rentan akibat kerusakan lingkungan? Mengidentifikasi "jeritan" lokal akan membuat aksi kita relevan dan berdampak.

• Melihat Kekuatan yang Ada: Siapa saja di paroki yang memiliki minat atau keahlian di bidang lingkungan? Apakah ada kelompok tani, pecinta alam, pengusaha daur ulang, atau aktivis sosial? Libatkan mereka sebagai penggerak.

• Menggali Tradisi dan Budaya Lokal: Apakah ada kearifan lokal atau praktik tradisional di komunitas kita yang selaras dengan prinsip Laudato Si'? Misalnya, cara bertani yang ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya air yang bijak, atau nilai-nilai gotong royong.

• Belajar dari Paroki Lain: Jangan ragu untuk mencari inspirasi dari paroki lain yang telah berhasil menjalankan aksi Laudato Si'. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana mereka mengatasi tantangan?


Langkah 3: Merangkai Ide-Ide Aksi yang Menginspirasi dan Berdampak

Setelah percik inspirasi ditemukan, mari merangkai ide-ide aksi yang kreatif, melibatkan, dan berkelanjutan.

Aksi yang Berfokus pada Perubahan Gaya Hidup:

• Tantangan Hijau Mingguan: Setiap minggu, ajak umat melakukan satu tindakan kecil yang berdampak, seperti membawa botol minum sendiri, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah, atau menghemat listrik.

• Pasar Murah Produk Lokal dan Organik: Fasilitasi pertemuan antara petani lokal yang menghasilkan produk ramah lingkungan dengan konsumen di paroki. Ini mendukung ekonomi lokal dan mengurangi jejak karbon transportasi.

• Bengkel Kreatif Daur Ulang: Ajak umat belajar mengubah sampah menjadi barang yang berguna atau bernilai seni. Ini menumbuhkan kreativitas dan mengurangi volume sampah.

• Komunitas Berbagi: Bentuk kelompok berbagi pakaian layak pakai, buku, atau peralatan rumah tangga. Ini mengurangi konsumsi berlebihan dan mempererat tali persaudaraan.

• Audit Energi dan Air Rumah Tangga: Berikan panduan praktis kepada umat tentang cara menghemat energi dan air di rumah mereka. Kenalkan metode audit lingkungan pribadi dan keluarga.


Aksi yang Berfokus pada Kepedulian Lingkungan:

• Gerakan Menanam Pohon Paroki: Ajak umat menanam pohon di lingkungan paroki atau area yang membutuhkan penghijauan. Libatkan anak-anak dan remaja untuk menumbuhkan kecintaan pada alam.

• Aksi Bersih Lingkungan: Rutin mengadakan kegiatan membersihkan lingkungan sekitar paroki, seperti sungai, taman, atau jalan. Ini meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan.

• Kebun Komunitas Paroki: Manfaatkan lahan kosong di sekitar paroki untuk membuat kebun komunitas. Umat bisa belajar bercocok tanam secara organik dan berbagi hasil panen.

• Pendidikan Lingkungan untuk Anak dan Remaja: Selenggarakan kegiatan edukatif tentang isu lingkungan, keanekaragaman hayati, dan pentingnya menjaga alam bagi generasi muda.

• Kunjungan dan Belajar dari Inisiatif Lingkungan Lain: Ajak umat mengunjungi tempat-tempat yang menerapkan praktik keberlanjutan, seperti pusat daur ulang, pertanian organik, atau komunitas energi terbarukan.


Aksi yang Berfokus pada Keadilan Sosial dan Ekologis:

• Advokasi untuk Kebijakan Lingkungan yang Adil: Ajak umat untuk menyuarakan keprihatinan terhadap isu lingkungan dan mendukung kebijakan yang berpihak pada keadilan sosial dan kelestarian alam.

• Solidaritas dengan Komunitas Rentan: Identifikasi komunitas yang paling terdampak oleh kerusakan lingkungan (misalnya, petani gagal panen akibat perubahan iklim, warga yang kesulitan air bersih akibat polusi) dan salurkan bantuan atau dukungan.

• Dialog Antar Iman tentang Lingkungan: Jalin kerja sama dengan komunitas agama lain untuk membahas isu lingkungan dari perspektif spiritual masing-masing dan melakukan aksi bersama.


Langkah 4: Dari Ide Menjadi Aksi

Ide tanpa aksi hanya mimpi kosong dan buih-buih diskusi. Berikut adalah langkah-langkah menjelmakan ide-ide menjadi aksi:

• Pembentukan Tim Penggerak: Bentuk tim kecil yang berdedikasi untuk merencanakan, mengorganisir, dan mengawasi pelaksanaan aksi. Libatkan berbagai elemen umat.

• Sosialisasi dan Mobilisasi: Komunikasikan ide-ide aksi kepada seluruh umat dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Gunakan berbagai saluran komunikasi paroki (pengumuman misa, media sosial, buletin).

• Perencanaan yang Matang: Buat rencana aksi yang jelas, termasuk tujuan, target, sumber daya yang dibutuhkan, jadwal pelaksanaan, dan penanggung jawab setiap kegiatan.

• Pelaksanaan yang Partisipatif: Libatkan sebanyak mungkin umat dalam setiap tahap pelaksanaan aksi. Ciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.

• Dokumentasi dan Publikasi: Lakukan dokumentasi dengan baik dan mendalam. Komunikasikan kegiatan dan keberhasilan untuk memperluas momentum perubahan. 

• Evaluasi dan Refleksi: Setelah aksi selesai, lakukan evaluasi untuk mengidentifikasi keberhasilan, tantangan, dan pelajaran yang bisa dipetik. Refleksikan bagaimana aksi tersebut telah berkontribusi pada pemahaman dan implementasi Laudato Si'.


Langkah 5: Mengembangkan Output dan Momentum Perubahan

Ukuran keberhasilan bukan kegiatan melainkan keberlanjutan. Aksi yang berhasil tak berhenti setelah satu-dua kegiatan. Perlu strategi untuk menjaga semangat tetap menyala dan mengembangkan output dan dampak positif yang telah kita raih. Melakukan kegiatan itu menanam bibit, mengelola output dan dampak itu merawat tetanaman muda agar tumbuh dan berbuah.

• Merayakan Keberhasilan Kecil: Jangan lupakan pencapaian-pencapaian kecil. Rayakan setiap langkah maju, sekecil apapun, untuk menjaga motivasi dan memberikan rasa pencapaian kepada umat yang terlibat. Pujilah peningkatan partisipasi dalam pemilahan sampah, apresiasi jumlah pohon yang berhasil ditanam. Bagikan cerita inspiratif tentang perubahan gaya hidup dari umat. 

• Komunikasi yang Berkelanjutan: Terus komunikasikan aksi Laudato Si' lewat berbagai saluran paroki. Bagikan informasi dampak positif yang telah dicapai, tantangan yang dihadapi, dan rencana ke depan. Ceritakan kisah-kisah inspiratif dari umat yang terlibat untuk menginspirasi yang lain.

• Memanen Pemimpin-pemimpin Baru:  Pengorganisir yang baik paham setiap kegiatan melahirkan bibit kepemimpinan. Temukan, sapa, dampingi, libatkan, tumbuhkan, dan beri kepercayaan !

• Evaluasi Berkala dan Adaptasi: Lakukan evaluasi secara rutin pada aksi yang sedang berjalan. Apakah efektif? Apakah ada kendala? Apakah ada hal yang bisa ditingkatkan? Bersikaplah fleksibel dan siap untuk menyesuaikan rencana berdasarkan hasil evaluasi.

• Mengembangkan Inisiatif Baru: Berpijaklah pada apa yang sudah dibangun. Output dari satu aksi bisa menjadi bibit untuk aksi berikutnya. Misalnya, keberhasilan kebun komunitas bisa memicu ide untuk lokakarya memasak dengan hasil panen atau program berbagi hasil panen dengan warga yang membutuhkan.

• Mencari Dukungan dan Kolaborasi Lanjut: Jangan ragu mencari dukungan pihak eksternal, seperti organisasi lingkungan, pemerintah daerah, atau komunitas lain yang punya visi yang sama. Kolaborasi bisa memberi kita sumber daya tambahan, pengetahuan baru, dan memperluas pengaruh aksi kita.

• Memberi Ruang Inisiatif Baru Umat: Ciptakan wadah bagi umat untuk menyampaikan ide-ide baru tentang Laudato Si'. Dukung inisiatif yang muncul dari lapangan,  berikan kesempatan pada umat untuk menjadi pemimpin dalam aksi ini.


Langkah 6: Membangun Ekosistem Laudato Si' di Paroki

Menginternalisasi nilai-nilai Laudato Si' ke dalam DNA paroki, adalah tujuan jangka panjang kita. Menjadikan Laudato Si’ bukan sekadar proyek sampingan apalagi sekedar memenuhi programasi, melainkan menjadi laku hidup dan iman kita sebagai komunitas. Paroki adalah rumah tempat kebudayaan baru tumbuh dan memancar-mengubah masyarakat sekitar. Paroki adalah mata air peradaban baru_ demi seluruh ciptaan. Kita perlu membangun pondasi agar rumah Laudato Si' dapat berdiri tegak dan lestari:

• Integrasi dalam Liturgi dan Katekese: Selipkan pesan-pesan Laudato Si' dalam homili, doa-doa, dan materi katekese. Hubungkan ajaran iman kita dengan tanggung jawab kita terhadap ciptaan.

• Pembentukan Kelompok Studi dan Diskusi Laudato Si': Ajak umat untuk membaca dan mendiskusikan ensiklik Laudato Si' secara mendalam. Kita perlu memperkuat pemahaman dan mendorong refleksi pribadi dan komunal.

• Pengarusutamaan Prinsip Laudato Si' dalam Pengambilan Keputusan Paroki: Pertimbangkan dampak lingkungan dan sosial dalam setiap keputusan yang diambil oleh dewan paroki dan pengurus lainnya. Prioritaskan pilihan yang lebih berkelanjutan dan adil.

• Membangun Sistem yang Mendukung Keberlanjutan: Terapkan praktik-praktik berkelanjutan dalam operasional paroki, seperti pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, penggunaan energi terbarukan, penghematan air, dan pengadaan barang yang ramah lingkungan.

• Menciptakan Ruang Hijau dan Biodiversitas di Paroki: Jika memungkinkan, manfaatkan lahan paroki untuk menciptakan ruang hijau yang mendukung keanekaragaman hayati, seperti taman bunga, kebun buah, atau area konservasi kecil. Tempat ziarah bisa sekaligus menjadi ”asylum” bagi tetumbuhan dan binatang liar.

• Paroki sebagai Sekolah Kebudayaan Baru Jadikan paroki sebagai pusat edukasi baru tentang gaya hidup lestari, tidak hanya untuk umat tetapi juga masyarakat di sekitarnya. Kalau Gereja Suci berhasil dengan karya pendidikan dan kesehatan, mengapa tidak dengan karya lingkungan hidup ?

• Membangun Jaringan Semua yang Berkehendak Baik: Jalin hubungan dengan paroki lain, organisasi masyarakat sipil, atau kelompok lingkungan yang memiliki visi yang sama. Belajar bersama, berbagi pengalaman, dan melakukan aksi kolaboratif yang lebih besar.

• Mendorong Profesi dan Ekonomi yang Berkelanjutan: Dukung dan promosikan pilihan karir dan mata pencaharian yang selaras dengan prinsip-prinsip Laudato Si', seperti pertanian organik, energi terbarukan, konservasi alam, atau kewirausahaan sosial yang bertanggung jawab.

Paroki adalah agen perubahan. Paroki adalah saksi iman. Saki bahwa kita ambil tanggung jawab penuh menjalankan karya perutusan dan panggilan Allah untuk membawa keselamatan pada bumi dan seluruh kehidupan. 

Tujuan akhir kita bukanlah melakukan aksi sesaat, tetapi menjadikan prinsip-prinsip Laudato Si' sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan paroki. Dan menjadikan paroki sebagai harapan bagi kehidupan. Paroki kita adalah laboratorium cinta untuk seluruh ciptaan, untuk masa depan. Kita butuh kesabaran, ketekunan, dan komitmen jangka panjang. 

Tarik nafas kawan, dan mari kembali berjalan !


Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com

Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI

Dari Sejarah ada 23 April 2016, 175 negara menandatangani Perjanjian Paris di Markas PBB. rekor untuk ratifikasi tercepat sebuah perjanjian internasional. Perjanjian ini bertujuan meningkatkan implementasi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.

Popular Posts