GAUDETE ET EXSULTATE
Semua orang, tanpa kecuali, dipanggil menjadi kudus dan berjuang untuk keadilan
Selamat pagi ! Pagi ini kita akan bersama mencermati anjuran apostolik Paus Franisksus : Gaudete et Exsultate (“Bersukacita dan Bergembiralah"). Bagi Paus Fransiskus, -dalam dokumen ini- kekudusan bukan sesuatu yang eksklusif bagi sekelompok orang, melainkan panggilan universal yang mewujud lewat kesederhanaan hidup sehari-hari dan dalam perjuangan mewujudkan keadilan. Mari kita berbincang lebih mendalam !
Mengapa anjuran rasuli ini hadir ?
Gaudete et Exsultate diterbitkan tanggal 19 Maret 2018, di hari Pesta Santo Yosef. Dokumen ini tumbuh dari kerinduan Paus Fransiskus memberikan pemahaman yang segar dan semestinya pada panggilan kekudusan di dunia modern. Ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya:
a. Sekularisasi dan Relativisme: Paus Fransiskus melihat adanya tantangan budaya sekular dan relativisme yang cenderung mengaburkan pemahaman nilai-nilai Injil dan panggilan untuk hidup suci.
b. Klerikalisme dan Elitisme Kekudusan: Ada kecenderungan memahami kekudusan sebagai sesuatu yang hanya dimiliki oleh para rohaniwan atau mereka yang hidup membiara. Akibatnya, umat awam menjauh dari pemahaman bahwa mereka juga dipanggil untuk menjadi kudus.
c. Kebutuhan akan Spiritualitas yang Konkret: Paus Fransiskus ingin menawarkan spiritualitas yang membumi, yang dapat dihayati dalam realitas kehidupan sehari-hari, di tengah suka dan duka, pekerjaan, keluarga, dan interaksi sosial.
d. Penekanan pada Dimensi Sosial Injil: Sejak awal pontifikatnya, Paus Fransiskus menekankan pentingnya dimensi sosial Injil : keadilan, perdamaian, dan perhatian terhadap kaum miskin dan terpinggirkan. Gaudete et Exsultate menjadi salah satu cara menghubungkan panggilan kekudusan dengan tindakan nyata dalam mewujudkan keadilan.
Ringkasan Isi Anjuran
Anjuran Apostolik Gaudete et Exsultate terdiri dari lima bab yang saling berkaitan:
a. Bab 1: Panggilan untuk Kekudusan: Bab ini menegaskan panggilan untuk kekudusan adalah panggilan universal yang ditujukan kepada semua orang tanpa terkecuali. Kekudusan bukan sesuatu yang abstrak dan sulit dicapai, melainkan terwujud dalam kesetiaan pada Injil dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bab 2: Dua Musuh Kekudusan yang Halus: Paus Fransiskus mengidentifikasi dua musuh kekudusan yang seringkali tidak disadari, yaitu Gnostisisme kontemporer dan Pelagianisme terselubung. Gnostisisme cenderung mereduksi iman menjadi sekadar pengetahuan intelektual, sementara Pelagianisme menekankan kemampuan manusia untuk mencapai keselamatan tanpa rahmat Allah.
c. Bab 3: Dalam Terang Sang Guru: Bab ini menyajikan lima tanda kekudusan dalam kehidupan sehari-hari yang diinspirasi oleh Sabda Bahagia: (i) ketabahan, (ii) kesabaran dan kelemahlembutan, (iii) kegembiraan dan rasa humor, (iv) keberanian dan semangat, serta (v) keterbukaan pada komunitas.
d. Bab 4: Beberapa Ciri Kekudusan dalam Dunia Sekarang: Bab ini memberikan contoh nyata bagaimana kekudusan dapat dihayati dalam konteks dunia modern, termasuk perjuangan melawan konsumerisme, kecanduan digital, dan ketidakpedulian terhadap sesama.
e. Bab 5: Pergumulan, Kewaspadaan, dan discernment/Pembedaan Roh: Bab terakhir menekankan pentingnya pergumulan rohani, kewaspadaan terhadap godaan, dan kemampuan untuk melakukan _discernment rohani (pembedaan roh)_ agar dapat mengenali kehendak Allah dalam hidup kita.
Gagasan-Gagasan Terpenting
Beberapa gagasan terpenting dan konsep kunci dalam Gaudete et Exsultate adalah:
a. Kekudusan sebagai Panggilan Universal: Inilah inti dari dokumen ini. Paus Fransiskus berulang kali menekankan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dipanggil untuk menjadi kudus sesuai dengan karunia dan keadaan hidup masing-masing.
b. Kekudusan dalam Keseharian: Kekudusan tidak hanya ditemukan dalam tindakan-tindakan heroik atau di tempat-tempat suci, tetapi juga dalam hal-hal kecil dan sederhana yang kita lakukan setiap hari dengan cinta dan kesetiaan.
c. Keterkaitan Erat antara Kekudusan dan Keadilan: Paus Fransiskus dengan jelas menghubungkan panggilan untuk kekudusan dengan tindakan nyata dalam mewujudkan keadilan sosial. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama adalah dua sisi mata uang yang sama. Kekudusan yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kepedulian terhadap kaum miskin, yang tertindas, dan korban ketidakadilan.
d. Melawan Mentalitas Duniawi: Dokumen ini mengajak umat beriman untuk waspada terhadap mentalitas duniawi yang dapat menghalangi pertumbuhan dalam kekudusan, seperti konsumerisme, individualisme, dan ketidakpedulian.
e. Pentingnya discernment Rohani: Untuk dapat hidup kudus di tengah kompleksitas dunia modern, kita perlu mengembangkan kemampuan untuk melakukan _discernment rohani (pmbedaan roh),_ yaitu kemampuan untuk membedakan antara roh baik dan roh jahat serta mengenali kehendak Allah dalam hidup kita.
f. Teladan Para Kudus "Orang biasa-biasa saja": Paus Fransiskus menyoroti teladan para kudus yang hidup dekat dengan kita, orang-orang biasa yang menghayati iman mereka dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjadi inspirasi dan penyemangat bagi kita dalam perjalanan menuju kekudusan.
Arti penting anjuran ini bagi Gereja
Gaudete et Exsultate memiliki konsekuensi yang signifikan bagi Gereja secara keseluruhan:
a. Pembaharuan Pemahaman tentang Kekudusan: Dokumen ini mendorong Gereja untuk memiliki pemahaman yang lebih inklusif dan relevan tentang kekudusan, yang tidak terbatas pada kelompok tertentu tetapi merangkul seluruh umat beriman.
b. Penekanan pada Spiritualitas Awam: Gaudete et Exsultate memberikan peneguhan dan semangat baru bagi umat awam untuk menghayati panggilan kekudusan mereka dalam konteks keluarga, pekerjaan, dan keterlibatan sosial.
c. Penguatan Dimensi Sosial Iman: Dokumen ini semakin memperjelas bahwa iman Kristen tidak hanya bersifat personal tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Gereja dipanggil untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan keadilan dan membela martabat manusia.
d. Pembinaan dan Pendidikan: Gereja perlu memberikan pembinaan dan pendidikan yang memadai kepada umat tentang pemahaman yang benar tentang kekudusan dan bagaimana menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam perjuangan menegakkan keadilan.
e. Teladan dan Kesaksian: Para pemimpin Gereja, termasuk para uskup dan imam, dipanggil untuk memberikan teladan hidup kudus dan terlibat aktif dalam mewujudkan keadilan sosial, sehingga menjadi inspirasi bagi seluruh umat.
Garis Bawah
Gaudete et Exsultate membawa pesan yang kuat dari Bapa Suci Fransiskus kepada seluruh umat Katolik untuk menyadari panggilan universal mereka untuk kekudusan. Dokumen ini mengajarkan bahwa kekudusan bukanlah impian yang jauh, melainkan realitas yang dapat dihayati dalam kesederhanaan hidup sehari-hari dan dalam komitmen untuk mewujudkan keadilan.
a. Kekudusan adalah panggilan bagi setiap kita, di mana pun kita berada dan apa pun profesi kita.
b. Tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan cinta dan kesetiaan memiliki nilai yang besar dalam perjalanan menuju kekudusan.
c. Kekudusan yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama, terutama kepada mereka yang miskin dan menderita.
d. Kita dipanggil untuk menjadi kudus bukan dengan menjadi sempurna, tetapi dengan terus berjuang melawan kelemahan diri dan terbuka pada rahmat Allah.
e. Teladan para kudus, baik yang dikenal maupun yang hidup di sekitar kita, dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan dalam perjalanan iman kita.
Jadi kawan, jadilah kudus, melalui karya keadilan, perdamaian, dan pembelaanmu kepada kehidupan ! Fate Chiasso, kawan !
Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com
Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI
Dari Sejarah:
17 Mei 1992: Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity - CBD) diadopsi di Nairobi. Konvensi ini adalah perjanjian internasional yang komprehensif untuk konservasi keanekaragaman hayati, penggunaan berkelanjutan komponen-komponennya, dan pembagian yang adil dan merata dari manfaat yang timbul dari pemanfaatan sumber daya genetik. Adopsi konvensi ini menjadi tonggak penting global untuk melindungi keanekaragaman hayati planet ini.