EVANGELII GAUDIUM


Sukacita Injil yang Menggerakkan Keadilan Sosial

1. Latar dan Sejarah

Di tengah upaya diplomasi perdamaian dalam konflik Suriah, Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium ditandatangani pada tanggal 24 November 2013, di Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, dan secara resmi dipublikasikan tak lama setelahnya. Pemilihan hari ini tentu saja simbolik dan ingin membangun daya teologis : menempatkan semangat misionaris Gereja di bawah Kristus Raja yang mengutus murid-murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah.

Setelah terpilih menjadi Paus pada Maret 2013, salah satu prioritas utama Paus Fransiskus adalah revitalisasi semangat misionaris Gereja dan penekanan pada pewartaan Injil yang penuh sukacita. Paus melihat adanya kecencerungan dalam Gereja untuk terjebak dalam rutinitas, pesimisme, dan kurangnya semangat pewartaan iman. Evangelii Gaudium hadir sebagai ungkapan kerinduan Paus Fransiskus untuk menggerakkan seluruh umat Katolik agar kembali kepada inti Injil dan mewartakannya dengan sukacita yang menular. Anjuran apostolik artinya, sekalipun ia bukan doktrin Gereja, tetapi menjadi dorongan pastoral dari Bapa Suci agar kembali menjadi perhatian dan bagian serius dari hidup kita menggereja. Anjuran Apostolik ini dipengaruhi refleksi Sinode Para Uskup tentang Evangelisasi Baru untuk Penyebaran Iman Kristen yang diadakan pada tahun 2012.


2. Skema Ringkas Dokumen Evangelii Gaudium

Evangelii Gaudium disusun secara progresif, mengajak pembaca untuk mengalami transformasi dari (a) perjumpaan pribadi dengan kasih Allah yang membebaskan, (b) menuju sebuah Gereja yang dinamis dan (c) terlibat aktif dalam mewujudkan Kerajaan Allah di tengah realitas dunia, (d)yang ditandai dengan perhatian mendalam terhadap sesama dan ciptaan.

a. Prolog (Paragraf 1-18): Inti Pewartaan adalah Sukacita yang Mengajak Keluar: Di bagian awal ini, Paus Fransiskus menekankan bahwa sukacita Injil adalah jantung dari pewartaan. Ia mengajak setiap orang untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus yang membangkitkan sukacita ini. Sukacita yang autentik ini tidak tinggal diam, melainkan memiliki daya dorong untuk keluar dari diri sendiri, dari kenyamanan, dan menjangkau orang lain dengan kabar baik ini. Prolog ini adalah undangan personal untuk membiarkan kasih Allah merengkuh dan menggerakkan.

b. Bab I: Transformasi Misionaris Gereja (Paragraf 19-49): Menuju Gereja yang Keluar dengan Belas Kasih di Pinggiran: Bab ini merupakan seruan kuat untuk pembaruan misionaris di seluruh Gereja. Paus Fransiskus mendesak agar Gereja menjadi Gereja yang keluar, tidak terpaku pada struktur yang ada, melainkan berani menuju "pinggiran-pinggiran eksistensial" di mana banyak orang merindukan Injil. Semangat yang mendasari gerakan keluar ini adalah belas kasih Allah yang merangkul semua orang, terutama mereka yang terluka dan terpinggirkan. Pembaruan ini menyentuh semua aspek kehidupan menggereja, dari pastoral biasa hingga struktur-struktur.

c. Bab II: Di Tengah Krisis Komitmen Komunal (Paragraf 50-109): Mengenali Tantangan yang Merusak Keadilan dan Keutuhan Ciptaan: Dalam bab ini, Paus Fransiskus menganalisis tantangan-tantangan dunia modern yang menghambat komitmen sosial dan evangelisasi. Ia menyoroti b_ahaya individualisme, konsumerisme, ketidakpedulian, dan ketidakadilan sosial ekonomi_ yang melahirkan eksklusi dan kekerasan. Secara implisit, Paus juga menyinggung bagaimana pandangan dunia yang antroposentris yang berlebihan dapat merusak keutuhan ciptaan, meskipun tema ini dieksplorasi lebih mendalam dalam Laudato Si'. Bab ini adalah panggilan untuk memiliki kesadaran kritis terhadap realitas di sekitar kita.

d. Bab III: Pewartaan Injil (Paragraf 110-175): Mewartakan dengan Sukacita yang Menyentuh dan Menggerakkan Keadilan: Bab ini membahas tentang inti pewartaan, yaitu kerygma, dan bagaimana mewartakannya secara efektif dalam konteks budaya yang berbeda. Penekanan diberikan pada pentingnya homili yang inspiratif dan relevan. Pewartaan yang sejati haruslah dipenuhi dengan sukacita Injil yang otentik, yang tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menyentuh hati dan menggerakkan pendengar untuk melakukan tindakan keadilan dan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bab IV: Dimensi Sosial Pewartaan Injil (Paragraf 176-258): Iman yang Mewujud dalam Keadilan Sosial dan Keutuhan Ciptaan dengan Belas Kasih: Inilah jantung dari anjuran apostolik ini. Bab ini secara eksplisit menghubungkan iman dengan tindakan nyata di dunia. Paus Fransiskus menegaskan bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah tak terpisahkan. Iman yang hidup harus mewujud dalam upaya mewujudkan keadilan sosial, membela kaum miskin dan terpinggirkan, serta merawat keutuhan ciptaan. Belas kasih adalah jiwa yang menggerakkan keterlibatan ini. Bab ini memberikan panduan nyata tentang bagaimana dimensi sosial Injil harus diintegrasikan dalam seluruh kehidupan menggereja.

f. Bab V: Pewarta Injil yang Diperkaya Roh (Paragraf 259-288): Ciri-Ciri Pewarta yang Keluar dengan Sukacita dan Belas Kasih: Bab ini menggambarkan profil seorang pewarta Injil yang sejati. Ia adalah seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, memiliki sukacita yang menular, berani untuk keluar dari zona nyaman, sabar, memiliki belas kasih yang tak terbatas, dan terus-menerus memperbarui diri dalam perjumpaan dengan Allah dan sesama. Pewarta ini adalah saksi hidup dari Injil yang diwartakannya.

g. Epilog (Paragraf 289-290): Bersama Maria, Teladan Gereja yang Keluar dalam Belas Kasih: Dokumen ini diakhiri dengan penyerahan diri kepada Bunda Maria, Bunda Evangelisasi. Maria dipandang sebagai teladan sempurna dari Gereja yang keluar untuk membawa Kristus kepada dunia dengan belas kasih dan sukacita. Penyerahan ini adalah undangan untuk meneladani Maria dalam semangat misionaris dan keterbukaan terhadap kehendak Allah.

h. Evangelii Gaudium adalah dokumen yang (a) mengalir dari pengalaman kegembiraan perjumpaan dengan Kristus, (b) mendorong Gereja untuk terus-menerus memperbarui diri dan (c) keluar dengan belas kasih untuk mewartakan Injil secara utuh, yang (d) mencakup dimensi keadilan sosial dan perhatian terhadap keutuhan ciptaan.


3. Landasan Biblis dan Teologis Sukacita Injil

a. Akar Biblis: Sukacita adalah tema inti dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, sukacita seringkali dikaitkan dengan kehadiran dan penyelamatan Allah (misalnya, Mazmur 16:11, Yesaya 61:10). Dalam Perjanjian Baru, sukacita menjadi ciri khas kedatangan Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus. Kabar Baik itu sendiri adalah sumber sukacita (Lukas 2:10). Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit membawa sukacita besar bagi para murid (Yohanes 20:20).

b. Landasan Teologis: Sukacita Kristiani bukan sebatas emosi positif, melainkan buah Roh Kudus (Galatia 5:22). Sukacita ini berakar dalam kasih Allah yang tak terbatas dan kepastian akan keselamatan dalam Kristus. Secara teologis, sukacita Injil adalah partisipasi dalam sukacita Allah sendiri. Ini adalah sukacita yang mendalam dan tahan lama, yang melampaui keadaan eksternal. Sukacita ini juga bersifat eskatologis, menantikan pemenuhan Kerajaan Allah dalam kemuliaan.


4. Sukacita sebagai Kekuatan Pendorong

Motivasi Internal: Sukacita Injil membangkitkan antusiasme dan semangat dalam diri orang beriman. Hati yang dipenuhi sukacita cenderung lebih terbuka, kreatif, dan bersemangat untuk berbagi kabar baik dan melakukan kebaikan.

Mengatasi Keputusasaan: Di tengah tantangan dan kesulitan hidup, sukacita Injil memberikan harapan dan kekuatan untuk terus maju. Ini adalah sukacita yang tidak bergantung pada keadaan, tetapi pada kepastian akan kasih dan penyertaan Allah.

Menarik Orang Lain: Sukacita yang terpancar dari kehidupan seorang Kristiani menjadi daya tarik bagi orang lain untuk mengenal Kristus. Pewartaan yang dilakukan dengan sukacita lebih efektif dan menular.

Mendorong Tindakan Nyata: Sukacita yang sejati tak hanya dirasakan secara pribadi, tetapi secara alami meluap dalam tindakan kasih dan keadilan terhadap sesama. Hati yang gembira tergerak untuk meringankan beban orang lain dan memperbaiki ketidakadilan.


5. Evangelii Gaudium sebagai Seruan untuk Keterlibatan Sosial

Dimensi Sosial Evangelisasi: Paus Fransiskus menegaskan bahwa pewartaan Injil memiliki dimensi sosial yang tak terpisahkan. Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah dua sisi mata uang yang sama.

Perhatian terhadap Kaum Miskin dan Terpinggirkan: Evangelii Gaudium memberikan penekanan khusus pada pilihan preferensial bagi kaum miskin. Sukacita Injil mendorong umat untuk melihat Kristus dalam diri mereka yang menderita dan untuk berjuang demi martabat dan hak-hak mereka.

Keadilan Sosial sebagai Tuntutan Iman: Dokumen ini mengajak umat untuk terlibat aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan solider, mengatasi struktur-struktur dosa yang menyebabkan ketidaksetaraan dan penderitaan.

Pelestarian Lingkungan: Meskipun tidak menjadi fokus utama, Evangelii Gaudium juga menyinggung pentingnya merawat ciptaan sebagai bagian dari tanggung jawab Kristiani (paragraf 215-216), yang kemudian diperdalam dalam ensiklik Laudato Si'.

6. Bagaimana Sukacita Injil "Menggerakkan" Keadilan Sosial dan Ekologis

Membangkitkan Empati: Sukacita yang otentik membuka hati untuk merasakan penderitaan orang lain. Perjumpaan dengan kasih Kristus meluluhkan hati yang keras dan menumbuhkan rasa solidaritas.

Memberikan Perspektif Harapan: Sukacita Injil memberikan keyakinan bahwa perubahan itu mungkin dan bahwa Kerajaan Allah sedang bertumbuh di tengah dunia. Harapan ini memampukan umat untuk tidak menyerah pada ketidakadilan.

Mendorong Keberanian Bertindak: Sukacita dalam Tuhan memberikan kekuatan untuk mengatasi rasa takut dan keraguan dalam membela kebenaran dan keadilan, bahkan ketika menghadapi oposisi.

Menginspirasi Kreativitas Solusi: Hati yang gembira cenderung lebih inovatif dalam mencari cara-cara baru untuk mengatasi masalah sosial dan mewujudkan kebaikan bersama.

• Membangun Komunitas yang Solider: Sukacita Injil mempersatukan umat dalam semangat kasih dan pelayanan, menciptakan komunitas-komunitas yang menjadi agen perubahan sosial.

Membangun Kesadaran Keadilan dan Persaudaraan Ekologis: Kegembiraan semua makhluk adalah bagian dari sukacita Injil. Kerajaan Allah bukan hanya diperuntukkan bagi manusia, melainkan mencapai keutuhannya, integritasnya, dalam kesatuannya dengan keselamatan dan kegembiraan seluruh ciptaan. 


7. Contoh-Contoh Konkret dalam Hidup Menggereja:

Pelayanan Langsung kepada Kaum Miskin: Inisiatif-inisiatif seperti dapur umum, rumah singgah, pendampingan anak jalanan, dan bantuan bagi pengungsi yang dilakukan oleh komunitas-komunitas gereja dan organisasi Katolik.

• Advokasi dan Pendidikan Keadilan: Kelompok-kelompok studi dan aksi yang mengadvokasi kebijakan publik yang lebih adil, serta program-program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial.

Keterlibatan dalam Aksi Sosial dan Politik: Partisipasi umat Katolik dalam gerakan-gerakan masyarakat sipil yang memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan gender, dan pelestarian lingkungan, dengan dilandasi oleh nilai-nilai Injil.

Pengembangan Ekonomi Berkeadilan: Inisiatif-inisiatif ekonomi kerakyatan, koperasi kredit, dan praktik bisnis yang etis yang mengutamakan kesejahteraan bersama di atas keuntungan semata.

• Dialog dan Kerjasama Antariman: Upaya-upaya membangun jembatan persaudaraan dan kerjasama dengan umat beragama lain dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapi bersama.

Pengembangan Pastoral Ekologis: kehadiran Gereja untuk dab bersama sesama ciptaan yang tertindas oleh dunia modern bukan hanya menjelmakan Kerajaan Allah, melainkan juga menjadi sarana kesaksian dan pewartaan kepada masyarakat yang lebih luas. 


Evangelii Gaudium menjadi kompas kita dalam pewartaan iman. Di tengah kekerasan, ketidakpedulian, penyalahgunaan kekuasaan dan manipulasi hukum, juga perusakan lingkungan demi keuntungan segelintir pihak, kau dan aku diundang untuk menjadi pembawa nyala Injil. Sudah siap menjadi pewarta keadilan bagi segenap ciptaan ? 


Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com

Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI

Dari Sejarah 6 Mei 1851 : Penyejuk Udara Buatan (AC) John Gorrie dipatenkan. John Gorrie (AS), dokter dan ilmuwan, menciptakan AC untuk membantu pasien malaria dan demam tinggi. namun penggunaan AC meluas dan berdampak buruk bagi lingkungan. AC berkontribusi pada pemanasan global dan penipisan lapisan ozon.

Hari Asma Sedunia diperingati Selasa pertama Mei. Tahun ini, peringatan ini jatuh pada 6 Mei 2025. Diselenggarakan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) untuk meningkatkan kesadaran tentang asma di dunia. Menurut WHO, tahun 2019 ada 262 juta orang penderita asma dan lebih dari 460.000 penderitanya mengalami kematian.

Popular Posts