ENSIKLIK LAUDATO SI’ : DAMPAK DAN KRITIK
Setelah ensiklik Lumen Fidei (29 Juni 2013), kunjungan ke Lampedusa (8 Juli 2013), Diplomasi Suriah (September-November 2013), ziarah ke Timur Tengah (24-26 Mei 2014), perjalanan kita menapak jejak Fransiskus mengantar kita pada ensiklik yang menggerakkan kita bersama : Laudato Si’.
Jejak Historis Menuju Laudato Si
o Akar Teologis dan Tradisi Gereja: Perhatian terhadap ciptaan bukan hal baru bagi tradisi Kristen. Kitab Kejadian memberikan mandat kepada manusia untuk "menguasai dan memelihara" bumi (Kejadian 1:28; 2:15). Pemikiran teologis tentang Allah Pencipta yang Mahakasih dan pemeliharaan-Nya terhadap seluruh ciptaan menjadi landasan penting.
o Perkembangan Kesadaran Lingkungan Modern: Abad ke-20 menyaksikan peningkatan dramatis kesadaran publik atas lingkungan. Buku "Silent Spring" Rachel Carson (1962), Small is Beautiful, kelompok Club of Rome, berbagai laporan ilmiah, hingga gerakan ekologis membuka mata dunia pada bahaya yang dihadapi bumi.
o Ajaran Sosial Gereja dan Isu Lingkungan: ASG secara bertahap mulai memasukkan dimensi lingkungan. Dokumen seperti Gaudium et Spes (Konsili Vatikan II) menyinggung tanggung jawab manusia atas dunia. Para Paus sebelum Fransiskus juga menyuarakan lingkungan:
o Paus Paulus VI: Octogesima Adveniens (1971), menyoroti masalah ekologis sebagai dimensi baru dari persoalan sosial.
o Paus Yohanes Paulus II: berbicara tentang "ekologi manusia" dan "ekologi lingkungan," menekankan relasi kesejahteraan manusia dan alam. Sollicitudo Rei Socialis (1987), mengkritik model pembangunan yang hanya berorientasi pada keuntungan dan mengabaikan konsekuensi lingkungan.
o Paus Benediktus XVI: menekankan "ekologi manusia" yang integral, yang mengakui hubungan intrinsik antara manusia, masyarakat, dan alam. Caritas in Veritate (2009), membahas isu lingkungan sebagai bagian dari pembangunan manusia yang utuh dan solidaritas global.
o Pengalaman Pribadi Paus Fransiskus: Amerika Latin, tempat Paus berasal adalah wilayah kaya akan keanekaragaman hayati tetapi rentan terhadap eksploitasi dan ketidakadilan sosial. Ensiklik ini muncul di tengah meningkatnya keprihatinan global akan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan dampak lingkungan pada komunitas rentan.
Tentang Laudato Si'
Judul Laudato Si' diambil dari kidung pujian Santo Fransiskus dari Assisi, "Cantico delle Creature" ("Kidung Saudara Matahari"). ini menunjukkan semangat ensiklik: pandangan dunia yang terhubung sebagai "saudara" dan "saudari" satu sama lain.
Struktur dan Pendekatan: Laudato Si' tidak hanya berisi ajaran teologis, tetapi juga melakukan analisis mendalam tentang krisis lingkungan dari berbagai perspektif. Struktur ensiklik mencerminkan hal ini:
1. Apa yang terjadi pada rumah kita: gambaran tentang krisis lingkungan, termasuk polusi, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan menipisnya sumber daya.
2. Injil Ciptaan: kisah penciptaan dalam Kitab Suci dan tradisi Kristen untuk memberikan landasan teologis bagi perawatan ciptaan.
3. Akar manusia dari krisis ekologis: Analisis akar filosofis, budaya, dan teknologi dari krisis lingkungan, termasuk paradigma teknokratis dan antropocentrisme yang menyimpang.
4. Ekologi integral: tekanan pada keterkaitan erat dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual dari krisis. Di sinilah keterkaitan tak terpisahkan antara "tangisan bumi" dan "tangisan kaum miskin" diungkapkan dengan jelas.
5. Beberapa garis orientasi dan tindakan: prinsip-prinsip etis dan spiritual untuk bertindak menuju keberlanjutan.
6. Pendidikan dan spiritualitas ekologis: pentingnya perubahan gaya hidup, pendidikan, dan pengembangan spiritualitas ekologis baru.
7. Keterkaitan Tangisan Bumi dan Tangisan Kaum Miskin: Krisis lingkungan dan krisis sosial memiliki akar yang sama dan saling memperburuk. Kaum miskin dan komunitas rentan sering kali menjadi yang pertama dan paling parah terkena dampak kerusakan lingkungan. Eksploitasi alam dan eksploitasi manusia sering kali berjalan beriringan, didorong oleh logika untung jangka pendek dan pandangan yang tidak menghargai nilai intrinsik alam dan martabat manusia.
8. Konsep Ekologi Integral: Ekologi integral mengakui segala sesuatu saling berhubungan: alam, manusia, masyarakat, ekonomi, politik, dan bahkan dimensi spiritualitas kita. Keadilan sosial dan keadilan ekologis adalah dua sisi mata uang yang sama.
Dampak Laudato Si' di Luar dan di Dalam Gereja
Ensiklik Laudato Si': ternyata memiliki dampak yang sangat luas.
Dampak di Luar Gereja:
1. Peningkatan Kesadaran dan Diskursus Umat tentang Isu Lingkungan
o Laudato Si' berhasil mengangkat isu lingkungan dan keterkaitannya dengan keadilan sosial ke dalam diskursus publik global dengan otoritas moral seorang pemimpin agama dunia.
o Ensiklik ini dikutip luas oleh media sekuler, politisi, ilmuwan, dan aktivis lingkungan, dan menjangkau audiens yang jauh melampaui komunitas Katolik. Laudato Si' dipuji sebagai "salah satu karya kritik intelektual terpenting di zaman kita" oleh tokoh-tokoh di luar Gereja.
2. Pengaruh terhadap Kebijakan dan Perjanjian Internasional
o Laudato Si' memainkan peran penting membangun konsensus menjelang Perjanjian Iklim Paris 2015. Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Ban Ki-moon, memuji ensiklik ini atas "suara moralnya" dalam isu perubahan iklim.
o Para pemimpin dunia dan delegasi negosiasi iklim secara terbuka mengakui pengaruh moral ensiklik dalam mendorong ambisi yang lebih tinggi dalam perjanjian tersebut (National Catholic Reporter, Juni 2016).
3. Mendorong Dialog Antaragama dan Kerjasama
o Pesan universal Laudato Si' tentang perawatan bumi sebagai "rumah bersama" bergema di kalangan pemimpin dan komunitas agama lain.
o Inisiatif "Al Mizan: A Covenant for the Earth", yang sering disebut sebagai "Laudato Si'-nya umat Muslim," menunjukkan bahwa ensiklik ini menginspirasi refleksi serupa dalam tradisi agama lain.
o Organisasi Yahudi menyambut baik Laudato Si' dan menghubungkannya dengan ajaran Yudaisme tentang ekologi.
4. Memperkuat Gerakan Lingkungan dan Keadilan Sosial
o Laudato Si' menjadi alat pemersatu dan sumber legitimasi moral.
o Ensiklik ini menghubungkan perjuangan lingkungan dengan perjuangan untuk hak-hak kaum miskin dan kelompok rentan
o Tokoh gerakan lingkungan mengakui Laudato Si' memberi "dorongan nyata" bagi gerakan iklim, di dalam maupun di luar Gereja
Dampak di Dalam Gereja:
1. Pembaharuan Ajaran Sosial Gereja (ASG)
o Laudato Si' adalah ensiklik komprehensif pertama tentang lingkungan. Ini memperluas cakupan ASG untuk memasukkan perawatan ciptaan sebagai dimensi penting keadilan sosial.
o Ensiklik ini membangun ajaran-ajaran pendahulunya (Paulus VI, Yohanes Paulus II, Benediktus XVI) tentang isu lingkungan dan "ekologi manusia" dengan kerangka kerja "ekologi integral" yang lebih holistik.
2. Mendorong "Pertobatan Ekologis"
o Laudato Si' menyerukan "pertobatan ekologis," sebuah perubahan hati dan pikiran yang mengarah pada hubungan yang lebih harmonis dengan Allah, sesama, dan ciptaan.
o menginspirasi banyak individu, keluarga, paroki, dan organisasi Katolik untuk merefleksikan gaya hidup mereka dan mengambil langkah-langkah menuju keberlanjutan
3. Munculnya Inisiatif dan Gerakan Tingkat Akar Rumput
o Laudato Si' memicu pembentukan berbagai kelompok dan inisiatif lingkungan di tingkat paroki, keuskupan, dan organisasi Katolik di seluruh dunia.
o Laudato Si'Movement (sebelumnya Gerakan Iklim Katolik Global) adalah contoh utama gerakan global yang lahir dari inspirasi ensiklik ini.
o Platform Aksi Laudato Si' (2021) terus memobilisasi institusi, ordo religius, dan individu Katolik untuk menerapkan langkah-langkah keberlanjutan.
4. Perubahan Liturgi dan Spiritualitas
o Berkembangnya liturgi, doa, olah rohani, dan refleksi iman bertema keutuhan ciptaan dan pertobatan ekologis.
o mendorong spiritualitas ekologis yang menghargai keindahan ciptaan dan mengakui kehadiran Allah di dalamnya (Laudato Si', 84).
Kritik, Tantangan, dan Resistensi
Meskipun berdampak penting, Laudato Si' juga menghadapi kritik, tantangan, dan resistensi di dalam Gereja (terutama dari kelompok konservatif), dan di luar Gereja.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan tindakan terkait Laudato Si' bervariasi di kalangan umat Katolik, dipengaruhi oleh pandangan politik dan teologis (OSV News, April 2025).
Kritik Terkait Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi
• Keahlian dan Otoritas dalam Ilmu Pengetahuan: Kritikus, terutama kalangan konservatif dan libertarian, mempertanyakan otoritas Paus dan Gereja mengeluarkan pernyataan spesifik tentang isu-isu ilmiah kompleks seperti perubahan iklim. Gereja seharusnya berfokus pada ajaran moral dan spiritual semata.
• Pandangan Negatif terhadap Teknologi dan Pasar Bebas: Kritikus, terutama yang berorientasi pasar bebas, berpendapat Laudato Si' memandang terlalu negatif teknologi dan sistem ekonomi pasar. Peran positif teknologi dan ekonomi pasar kurang dihargai.
• Alternatif yang Tidak Jelas: ia kurang menawarkan alternatif kebijakan atau solusi ekonomi yang konkret dan dapat diterapkan.
Kritik Terkait Teologi dan Filsafat:
• Antroposentrisme yang Tidak Diakui: Kritikus berpendapat bahwa meski Laudato Si' mengkritik antroposentrisme yang berlebihan, ia sendiri masih menempatkan manusia sebagai fokus utama, terutama dalam kaitannya dengan dampak lingkungan terhadap kaum miskin. Mereka mempertanyakan apakah ensiklik memberikan nilai intrinsik yang cukup pada alam, di luar manfaatnya bagi manusia.
• Interpretasi Kitab Suci: Beberapa teolog konservatif memperdebatkan interpretasi Kitab Suci dalam Laudato Si', khususnya terkait mandat manusia "menguasai" bumi (Kejadian 1:28). Penekanan ensiklik pada "memelihara" mengabaikan aspek "menguasai" yang juga diberikan oleh Tuhan.
Kritik Terkait Dampak dan Implementasi:
• Dampak Politik yang Terlalu Jauh: kritikus khawatir Laudato Si' terlalu terlibat dalam isu-isu politik dan memihak agenda tertentu, yang berpotensi mengurangi pengaruh moral Gereja.
• Implementasi yang Sulit: Mengingat luasnya tantangan lingkungan dan ekonomi global, beberapa pihak skeptis terhadap kemampuan seruan Laudato Si' untuk menghasilkan perubahan.
• Kurangnya Kejelasan dalam Mekanisme Perubahan: Ensiklik kurang memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana individu, komunitas, dan pemerintah dapat menerapkan prinsip ekologi integral dalam hidup sehari-hari dan dalam kebijakan publik.
Banyak dari kritik ini datang dari perspektif ideologis atau disiplin ilmu tertentu (misalnya, ekonomi pasar bebas, teologi konservatif). Di sisi lain, para pendukung Laudato Si' berpendapat bahwa ensiklik ini memberikan kerangka moral dan etis yang penting untuk mengatasi krisis lingkungan dan sosial, dan bahwa kritik-kritik tertentu gagal memahami pendekatan holistik dan integral yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus.
Bagaimanapun juga Laudato Si' tetap menjadi dokumen yang sangat berpengaruh dalam membangun kesadaran ekologis dan mendorong gerakan lingkungan dan keadilan sosial di seluruh dunia. Terpanggil untuk bergerak bersamanya ?
Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com
Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI
Dari Sejarah 8 Mei, hari kelahiran Henry Dunant (1828), pendiri Komite Palang Merah Internasional dan peraih Nobel Perdamaian pertama. Tahun 1859 Henry Dunant, pengusaha Kalvinis, tergerak setelah melihat 40 ribu korban perang di Solferino. Ia menulis buku A Memory of Solferino yang kemudian menggerakkan konferensi internasional yang melahirkan gerakan kemanusiaan ini. Peringatan ini ditetapkan sebagai Hari Palang Merah Sedunia pada 1948. Sejak berdirinya Palang Merah telah menjadi role model aksi kemanusiaan, netralitas, dan solidaritas dalam peperangan dan bencana. saat ini ia tersebar di 190 negara dengan 16 juta relawan.