DARI ROMA UNTUK GHOUTA


Menjadi Gereja yang hadir dan berjuang bersama korban

Rabu Pahing, 21 Agustus 2013 di Ghouta, di dua daerah yang kala itu dikuasai oposisi di tepi kota Damaskus, roket-roket berisi bahan kimia berjatuhan. Tidak ada angka korban yang pasti, sumber yang ada menunjuk antara 281 hingga 1.729 orang tewas, 3.600 pasien menunjukkan gejala neurotoksik. Sarin, senjata kimia klasik era Perang Dingin itulah bahan kimia yang digunakan. Serangan itu adalah penggunaan senjata kimia paling mematikan sejak Perang Iran-Irak (1980-1988).

Arab Spring yang melanda Timur Tengah menjelma menjadi Revolusi Suriah pada Maret 2011. Protes skala besar massa terhadap pemerintahan Ba'ath yang diperintah oleh Bashar al-Assad ditanggapi dengan kekuatan senjata oleh pemerintah. Ini memicu perang saudara di negeri itu, yang berpuncak pada jatuhnya rezim Assad Desember 2024.

Di bulan September 2013, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan ancaman serangan militer Barat (AS dan NATO) pada Suriah sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia di Ghouta, Vatikan, di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, melancarkan upaya diplomatik yang intensif dan terkoordinasi yang oleh National Catholic Reporter sebut sebagai "full-court diplomatic press". Upaya diplomatik ini memperkuat seruan moral dan doa serta bantuan kemanusiaan yang sudah dilakukan di era Paus Benediktus XVI.


Full-court Diplomatic Press

September 2013, Vatikan melakukan "full-court diplomatic press", sebuah upaya diplomatik intensif dan terkoordinasi untuk mencegah potensi serangan militer Barat pada Suriah. Upaya ini melibatkan berbagai saluran dan strategi, dengan tujuan untuk mendesak solusi damai dan menghindari eskalasi konflik:

1. Keterlibatan Langsung Paus Fransiskus:

a. Seruan Global untuk Doa dan Puasa (7 September 2013): Paus Fransiskus memimpin sendiri seruan ini, yang merupakan momen penting dalam upaya diplomatik Vatikan. Ia tidak hanya menyerukan doa, tetapi juga puasa, sebagai tindakan solidaritas dan permohonan yang mendalam. Pada tanggal 7 September, beliau memimpin vigili doa di Lapangan Santo Petrus yang dihadiri puluhan ribu orang dan diikuti oleh umat Katolik serta individu dari berbagai latar belakang di seluruh dunia. Acara ini menjadi simbol kuat penolakan terhadap kekerasan. 

b. Surat Pribadi kepada para Pemimpin G20: Paus Fransiskus mengirimkan surat kepada para pemimpin negara G20 yang berkumpul di Rusia. Dalam surat tertanggal 1 September 2013 itu, Paus mendesak mereka untuk "mengesampingkan pencarian solusi militer yang sia-sia" dan mencari jalur dialog dan negosiasi. 

c. Pertemuan dengan Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW): 2 September 2013, Paus Fransiskus bertemu dengan Ahmet Üzümcü, menekankan penolakannya terhadap penggunaan senjata kimia dan menegaskan bahwa menentang intervensi militer tidak sama dengan membela rezim Assad.


2. Diplomasi Melalui Takhta Suci:

a. Kardinal Mario Zenari, Nunsius Apostolik di Suriah: Sebagai perwakilan Vatikan di Suriah, Kardinal Zenari memainkan peran kunci. Ia terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah Suriah, pemimpin agama, dan organisasi kemanusiaan. Kehadirannya di Damaskus selama masa sulit menunjukkan komitmen Vatikan. 

b. Pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry: 3 September 2013, Sekretaris Negara Vatikan, Uskup Agung (kemudian Kardinal) Pietro Parolin, bertemu dengan John Kerry untuk membahas solusi diplomatik untuk konflik tersebut. 

c. Intervensi di PBB dan Forum Internasional Lainnya: Perwakilan Vatikan di PBB dan organisasi internasional lainnya secara aktif menyerukan solusi damai, menekankan perlindungan warga sipil dan hukum humaniter internasional.


3. Tujuan dan Dampak yang Diharapkan:

Tujuan dari upaya massif diplomasi Paus Fransiskus dan Vatikan ini adalah : 

a. Mencegah Serangan Militer: Tujuan utama Vatikan adalah mencegah intervensi militer asing di Suriah, yang dikhawatirkan akan memperburuk situasi dan menyebabkan lebih banyak penderitaan.

b. Mendorong Dialog dan Negosiasi: Vatikan menekankan bahwa solusi jangka panjang untuk konflik Suriah hanya dapat dicapai melalui dialog dan negosiasi antara semua pihak yang terlibat.

c. Menyoroti Krisis Kemanusiaan: Upaya diplomatik Vatikan bertujuan untuk menjaga perhatian dunia pada penderitaan rakyat Suriah dan mendesak bantuan kemanusiaan.

d. Menegaskan Hukum Humaniter Internasional: Vatikan secara konsisten menyerukan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan perlindungan warga sipil.

Sebuah artikel di majalah Time, "Pope Francis' One Big Mistake: Syria" (Maret 2014), berpendapat bahwa inisiatif Paus "gagal" dalam mencapai perdamaian yang nyata di Suriah. Artikel tersebut berpendapat Paus seharusnya lebih menekankan pada "Responsibility to Protect (R2P)". Daripada sibuk mencegah intervensi dan mendorong solusi damai, -menurut artikel tersebut- Paus seharusnya justru mendorong intervensi internasional untuk menghentikan pembantaian warga sipil. Artikel itu juga mempertanyakan efektivitas pendekatan yang hanya mengandalkan doa dan diplomasi dalam menghadapi konflik yang kompleks dan brutal. 

Upaya "full-court diplomatic press" Vatikan tahun 2013 adalah contoh nyata bagaimana Takhta Suci, di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, menggunakan seluruh pengaruh moral dan jaringan diplomatiknya untuk mencegah eskalasi konflik dan mendorong solusi damai. Meskipun dampak langsungnya mungkin terbatas, namun inisiatif ini menunjukkan komitmen yang kuat Vatikan. Komitmen untuk mengutamakan dialog, melindungi warga sipil, dan menegakkan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam menghadapi krisis internasional yang kompleks.


Upaya Vatikan yang holistik dan konsisten

Upaya diplomasi menanggapi serangan di Ghouta tersebut hanyalah satu dari pendekatan Vatikan yang holistik terhadap konflik Suriah. Tahta Suci berusaha di berbagai lini :

1. Seruan Moral dan Doa

Hari Doa dan Puasa untuk Suriah (7 September 2013): vigili doa di Lapangan Santo Petrus.

Pesan Urbi et Orbi (25 Desember 2016): Dalam pesan Natalnya, Paus Fransiskus secara khusus menyebutkan Suriah, secra khusus atas nasib warga sipil di Aleppo yang terkepung, menyerukan agar senjata dibungkam dan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau penduduk yang menderita. 

Surat kepada Presiden Bashar al-Assad (Desember 2020): Melalui Kardinal Mario Zenari, Nunsius Apostolik di Suriah, Paus Fransiskus mengirimkan surat pribadi kepada Presiden Bashar al-Assad, menyerukan diakhirinya kekerasan, pembebasan para tahanan, dan akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan. 


2. Diplomasi Aktif Takhta Suci:

Kunjungan Kardinal Mario Zenari: Kehadiran dan peran aktif Kardinal Mario Zenari sebagai Nunsius Apostolik di Damaskus. Beliau secara konsisten bertemu dengan para pejabat pemerintah, pemimpin agama, dan perwakilan organisasi internasional, menyampaikan pesan-pesan Paus dan memfasilitasi upaya kemanusiaan. 

Intervensi di Forum Internasional: Perwakilan Takhta Suci di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya terus mendorong solusi damai bagi Suriah, menekankan perlindungan warga sipil dan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional. 

Dukungan untuk Inisiatif Kemanusiaan: Vatikan melalui Caritas Internationalis aktif terlibat dalam mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada jutaan warga Suriah korban konflik, di dalam maupun di negara tetangga. 

Pertemuan dengan Pemimpin Agama: Paus Fransiskus konsisten bertemu dengan para pemimpin agama dari berbagai tradisi, khususnya para pemimpin Muslim Suriah dan sekitarnya, untuk membahas pentingnya dialog antaragama dalam membangun rekonsiliasi. 


3. Penekanan pada Keadilan dan Kemanusiaan:

Kecaman Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Paus Fransiskus tanpa henti mengecam kekerasan terhadap warga sipil, penggunaan senjata kimia, pemboman fasilitas sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya yang terjadi di Suriah. 

Advokasi bagi Pengungsi: Paus Fransiskus menyerukan solidaritas global pada pengungsi Suriah, mendesak dunia membuka pintu dan memberi perlindungan yang layak. Contoh konkret adalah penerimaan pengungsi Suriah di Vatikan itu sendiri.

Seruan untuk Proses Politik yang Inklusif: Paus Fransiskus menekankan solusi yang berkelanjutan di Suriah hanya dapat dicapai lewat proses politik yang inklusif, melibatkan semua pihak dan menghormati aspirasi rakyat Suriah


Dari Roma untuk Perdamaian Dunia

Inisiatif Paus untuk Suriah ini mengajarkan kita beberapa hal mendasar demi pembelaan martabat kehidupan dan perjuangan mewujudkan keadilan dan perdamaian : 

Kekuatan Doa dalam Krisis: Di saat kita merasa tak berdaya menghadapi konflik yang besar, doa menjadi jangkar harapan dan sumber kekuatan. Doa menghubungkan kita dengan Allah, yang mampu menyentuh hati dan mengubah jalan sejarah.

• Diplomasi sebagai Jalan Kemanusiaan: Meskipun prosesnya sulit dan memakan waktu, diplomasi adalah jalan yang lebih manusiawi dibandingkan kekerasan. Dialog dan negosiasi memungkinkan kita untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan, menghindarkan lebih banyak penderitaan dan pertumpahan darah.

Peran Gereja dalam Perdamaian: Gereja, sebagai komunitas iman, memiliki panggilan untuk menjadi agen perdamaian. Melalui doa, seruan moral, dan keterlibatan aktif dalam upaya diplomasi, Gereja dapat menjadi jembatan penghubung dan suara bagi mereka yang tertindas.

Solidaritas Universal: Seruan Paus Fransiskus melampaui batas-batas agama dan negara. Beliau mengajak seluruh umat manusia untuk bersatu dalam kepedulian terhadap penderitaan sesama. Perdamaian bukanlah urusan satu kelompok saja, melainkan tanggung jawab kita bersama.

Upaya Vatikan di Suriah hanyalah satu dari teramat banyak upaya Gereja Suci untuk melakukan kerja bina damai. Roma sudah berkarya, bagaimana dengan kita ? 

Ambil peranmu kawan, dan mainkan !


Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com

Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI

*Dari Sejarah*Hari Bidan Sedunia berawal dari usulan Australia. Di tahun 1987 usulan dibahas dalam Kongres Bidan Internasional dan diresmikan pada tahun 1992. bertujuan untuk menghormati jasa para bidan dalam kehidupan manusia. Khususnya dalam proses melahirkan dan kesehatan reproduksi wanita.

Popular Posts