2015 - 2016 : YUBILEUM KERAHIMAN ALLAH
dipanggil untuk menatap lebih penuh perhatian pada belas kasih
Kadang-kadang kita dipanggil untuk menatap lebih penuh perhatian pada belas kasih sehingga kita dapat menjadi tanda yang lebih efektif dari tindakan Bapa dalam hidup kita. Karena alasan ini saya telah mengumumkan Yubelium Luar Biasa Kerahiman sebagai waktu khusus bagi Gereja, waktu ketika kesaksian orang-orang beriman dapat tumbuh lebih kuat dan lebih efektif. (Misericordiae Vultus, 3)
Mari kembali menapaki jejak langkah Paus Fransiskus. Pada 11 April 2015, melalui bulla Miisericorciae Vultus, beliau mengundang seluiruh Gereja Universal untuk memasuki peziarahan rohani bersama.
Tahun Yubileum, atau Tahun Suci, yang saat ini juga kita rayakan, adalah tradisi dalam Gereja Katolik yang memiliki akar dalam Perjanjian Lama (Imamat 25). Dalam tradisi Katolik, Tahun Yubileum adalah waktu khusus yang ditetapkan oleh Paus untuk menerima rahmat dan pengampunan yang lebih besar melalui berbagai praktik keagamaan, seperti ziarah, doa, dan partisipasi dalam sakramen. Tradisi ini dimulai oleh Paus Bonifasius VIII ketika pada 22 Februari 1300, beliau menerbitkan bulla "Antiquorum habet fida relatio” dan menetapkan tahun suci yang pertama.
Perayaan Yubileum Kerahiman 2015-2016 menjadi sangat istimewa bagi Gereja Universal. Ada beberapa perbedaan penting dari Yubileum biasa (yang dirayakan setiap 25 tahun) dan Yubileum luar biasa lainnya, yang membuatnya dianggap Yubileum "luar biasa":
1. Tema yang khas; Yubileum biasa umumnya berfokus pada pengampunan dan pembaruan rohani secara umum, Yubileum 2015 memiliki tema yang sangat khusus dan ditekankan secara kuat, yakni "Kerahiman Allah". Kerahiman adalah inti dari Injil dan merupakan jawaban yang paling relevan untuk tantangan dan luka-luka yang dihadapi dunia saat ini.
2. inisiatif pribadi Paus Fransiskus: Yubileum biasa dirayakan mengikuti jadwal rutin 25 tahun sekali. Yubileum luar biasa lainnya umumnya dicanangkan untuk memperingati peristiwa penting dalam sejarah Gereja atau dunia. Namun, Yubileum Kerahiman tahun 2015 sepenuhnya merupakan inisiatif pribadi Paus Fransiskus, yang terdorong oleh visinya tentang Gereja yang penuh belas kasih dan kebutuhan dunia akan pengampunan dan rekonsiliasi.
3. Rentang waktu perayaan yang tidak tradisional: Yubileum biasa dan luar biasa lainnya biasanya memiliki durasi yang lebih atau kurang mengikuti pola tahunan liturgi. Yubileum Kerahiman memiliki rentang waktu yang spesifik dan simbolis, dimulai 8 Desember 2015 (Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II) dan berakhir pada 20 November 2016 (Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam).
4. Penekanan pada aksi nyata: Meski indulgensi dan ziarah tetap menjadi bagian penting, Yubileum Kerahiman sangat menekankan tindakan-tindakan kerahiman yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Paus Fransiskus mengajak umat untuk tidak hanya menerima kerahiman Allah tetapi juga menjadi agen kerahiman bagi sesama melalui karya-karya belas kasih jasmani dan rohani.
5. Perluasan simbolisme pintu suci: Tradisi pembukaan Pintu Suci di basilika-basilika utama di Roma tetap dipertahankan. Tetapi Paus Fransiskus memperluas aksi simbolik ini dengan mengizinkan pembukaan "Pintu Kerahiman" di katedral-katedral dan tempat-tempat ziarah lainnya di seluruh dunia. Bahkan, beliau membuka Pintu Suci di sebuah penjara, tanda nyata dari kerahiman Allah yang menjangkau semua orang, termasuk mereka yang terpinggirkan.
6. Kelonggaran pastoral khusus: Selama Yubileum Kerahiman, Paus Fransiskus memberikan beberapa kelonggaran pastoral khusus sebagai tanda kerahiman Allah yang inklusif. Salah satunya adalah memberikan izin kepada para imam dari Serikat Santo Pius X (SSPX) untuk memberikan absolusi valid selama masa Yubileum, sebuah langkah menjembatani perpecahan.
7. Konteks peringatan Konsili Vatikan II: Pembukaan Yubileum pada peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II juga memberi makna khusus. Bagi beliau, tema kerahiman adalah kelanjutan dan perwujudan semangat Konsili yang menekankan keterbukaan Gereja pada dunia dan perhatiannya terhadap kebutuhan umat manusia.
Makna Khas Yubileum Tahun Kerahiman (2015-2016)
Yubileum Luar Biasa Kerahiman, selain memiliki tema sentral yang khas, pemberian indulgensi, dan tradisi pintu suci juga memiliki penekanan khas :
• Fokus Karya Kerahiman: Paus Fransiskus secara khusus menekankan pentingnya melakukan karya-karya kerahiman, baik jasmani (memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, одевать yang telanjang, mengunjungi yang sakit dan dipenjara, menguburkan yang meninggal, menerima orang asing) maupun rohani (menasihati yang bimbang, mengajari yang bodoh, menegur orang berdosa, menghibur yang sedih, mengampuni kesalahan orang lain, sabar terhadap kelemahan sesama, mendoakan orang yang hidup dan mati).
• Seruan Pertobatan dan Rekonsiliasi: Yubileum Kerahiman menjadi waktu yang intens untuk pertobatan pribadi dan rekonsiliasi dengan Allah dan sesama. Umat diundang untuk memeriksa hati nurani, mengakui dosa-dosa, dan menerima pengampunan Allah dalam Sakramen Tobat. Semangat rekonsiliasi juga terwujud dalam hubungan antarmanusia, mengatasi permusuhan dan membangun perdamaian.
• Dimensi Sosial: Paus Fransiskus memberikan dimensi sosial yang kuat pada Yubileum Kerahiman. Beliau menyerukan solidaritas dengan mereka yang menderita, terpinggirkan, dan menjadi korban ketidakadilan. Tindakan kerahiman meluas tidak hanya dalam lingkup pribadi tetapi juga dalam struktur sosial, mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
Ajaran Paus tentang Kerahiman dan Solidaritas
• Kerahiman sebagai Inti Injil: Paus Fransiskus menekankan bahwa kerahiman bukan hanya sekadar belas kasihan, tetapi juga kelembutan, pengampunan, dan kasih Allah yang tanpa batas. Ia mengajak umat Katolik untuk membuka hati terhadap kerahiman Allah dan menerapkannya dalam hubungan dengan sesama.
• Solidaritas sebagai Tanggung Jawab Moral: Paus Fransiskus mendorong umat Katolik untuk terlibat dalam membangun masyarakat yang adil dan inklusif. Solidaritas berarti peduli terhadap penderitaan orang lain, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan, serta berjuang bersama mereka untuk mewujudkan keadilan sosial.
• Gereja yang Inklusif dan Terbuka: Gereja Katolik lebih inklusif dan terbuka bagi semua orang, tanpa memandang status sosial. Gereja merangkul mereka yang merasa terpinggirkan atau tersisih.
Kegiatan Utama di Seluruh Dunia
Tahun Kerahiman diwarnai berbagai kegiatan di seluruh dunia :
• Pembukaan pintu kerahiman di tingkat lokal
• Ziarah ke ke pintu-pintu kerahiman lokal, tempat-tempat suci, dan roma.
• Perayaan liturgi dan sakramen
• Karya-karya kerahiman baik jasmani maupun rohani
• Acara tematik di berbagai keuskupan dan organisasi
• Inisiatif ekumenis dan dialog antaragama
• "24 jam untuk Tuhan” berupa adorasi ekaristi selama 24 jam berturut-turut.
Hasil Yubileum Tahun Kerahiman:
• Peningkatan kesadaran dan refleksi di kalangan umat tentang pentingnya kerahiman dalam kehidupan pribadi, gerejawi, dan sosial.
• pengalaman pembaruan spiritual yang mendalam melalui partisipasi dalam kegiatan yubileum, terutama melalui sakramen tobat dan ziarah.
• Adanya dorongan kuat bagi keterlibatan dalam karya-karya sosial dan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan.
• kegiatan-kegiatan yubileum memperkuat ikatan komunitas di tingkat paroki dan keuskupan.
• Dampak pastoral yang positif, termasuk peningkatan partisipasi dalam sakramen dan dalam kehidupan gereja.
• Perhatian pada yang terpinggirkan tercermin dalam berbagai inisiatif yang menjangkau narapidana, pengungsi, dan kaum miskin selama yubileum.
• Warisan jangka panjang dari tema kerahiman terus melekat dan diharapkan terus menginspirasi tindakan dan refleksi di masa depan. Surat apostolik Misericordia et Misera pada akhir Yubileum menjadi peneguhan untuk melanjutkan semangat kerahiman.
Misericordia et Misera
Surat Apostolik yang menutup Tahun Kerahiman diangkat dari komentar Santo Agustinus atas inil Yohanes, tentang Yesus dan wanita yang berzinah. Dalam peristiwa itu, Yesus menantang musuh-musuh yang mencobainya, hingga mereka menarik diri. Bagi Agustinus, yang ada dari peristiwa itu adalah kesengsaraan (misera) dan belas kasih (misericordia). Surat ini membawa pesan sederhana namun mendalam :
• untuk memudahkan orang-orang melakukan pertobatan (pergi ke pengakuan dosa), secara khusus mendesak para imam sigap mendengarkan pengakuan dosa.
• mengusulkan pendedikasian satu hari Minggu dalam setahun untuk 'memperbarui upaya mereka untuk membuat Kitab Suci lebih dikenal dan disebarkan lebih luas.'
• melembagakan 'Hari Orang Miskin Sedunia,' yang akan diadakan di semua gereja pada hari Minggu terakhir sebelum perayaan Kristus Raja.
• melahirkan 'Misionaris Belas Kasih', seribu pastor dari seluruh dunia yang bahkan diberi kewenangan dapat mengampuni lima dosa yang hanya diperuntukkan bagi Vatikan
• meminta Gereja untuk 'memandang semua masalah manusia dari sudut pandang kasih Tuhan
• mengingatkan para imam agar merawat mereka yang ingin kembali ke kehidupan beriman, khususnya mereka yang mengalami masalah pernikahan atau menjalani situasi pribadi yang sulit.
• setiap orang, tanpa terkecuali, dapat merasa diterima oleh Tuhan, berpartisipasi aktif dalam kehidupan komunitas, dan menjadi bagian dari Umat Tuhan
• menyerukan umat Katolik untuk bekerja guna 'mengembalikan martabat manusia yang selama ini dirampas dan dipinggirkan.
Selamat jalan Paus Fransiskus, sang Paus Kerahiman !
Cyprianus Lilik K. P. senandungkopihutan@gmail.com
Disclamer: Tulisan ini diolah dari berbagai sumber dan bantuan AI
Dari Sejarah Peringatan Hari Keluarga Internasional dicanangkan oleh Majelis Umum PBB tahun 1993 dengan resolusi A/RES/47/237 untuk menekankan pentingnya keluarga bagi masyarakat internasional. Tema tahun ini adalah (Kebijakan Berorientasi Keluarga untuk Pembangunan Berkelanjutan: Menuju KTT Dunia Kedua untuk Pembangunan Sosial