"Sembilan Pilar Paroki Hijau (Bagian 2)"



Sehari kemarin kita telah bersama belajar tentang hal-hal ini :

1. Kampanye Membangun Kesadaran Umat

2. Menanam Spiritualitas Laudato Si' di Paroki

3. Mengembangkan Komitmen Kuat Pekerja Pastoral Setempat

4. Membangun Kehidupan Komunitas Umat Paroki yang Ekologis dan Berkelanjutan

Hari ini mari kita simak lima aspek penting lain yang harus kita tuntaskan untuk membangun Paroki Hijau. Kita akan berbincang mulai dari menata lingkunagn fisik hingga membangun kolaborasi dengan masyarakat sekitar :

 

5. Menata Lingkungan Fisik Paroki

Lingkungan fisik paroki harus menjadi ikon hidup dari ekologi integral. Paroki dengan tata lingkungan ekologis model bagi umat dan masyarakat sekitar untuk mengembangkan gaya hidup ekologis. Kepeloporan dan keteladan adalah tugas sekaligus metode penting untuk menggalang perubahan. Sacrosanctum Concilium §122: menekankan "Gereja harus menjadi tanda keindahan surgawi."

Desain bangunan didasarkan pada prinsip ramah lingkungan, serta menguatkan keterhubungan manusia dengan alam dan keterhubungan sejati antar manusia penggunanya. Romo Mangunwijaya adalah guru terbaik bagi kita semua. Desain ruang fisik harus mengakar dan percaya pada kebudayaan lokal yang telah belajar dan mematangkan kesatuan manusia-alam dalam ribuan tahun pembentukannya.  Konsep "eco-theology of space" (Edwards, 2020) tentang makna teologis tata ruang juga menjadi acuan.

Penerapan: arsitektur ekologis, taman ekologis, kebun organik paroki tempat ziarah pelindung kehidupan liar di sekitarnya, infrastruktur berkelanjutan di paroki.

 

6. Mengelola Sumber Daya Secara Berkelanjutan

Paroki abad ke-21 dipanggil untuk menjadi pelopor dalam revolusi sumber daya berkelanjutan. Paroki-paroki yang menerapkan prinsip keberlanjutan mampu mengurangi jejak ekologis mereka. Kita bukan hanya berbicara tentang penghematan biaya, melainkan sebuah kesaksian iman yang konkret. Ada hubungan intrinsik antara teologi penatalayanan dan pengelolaan sumber daya.

Penerapan: Revolusi Energi Terbarukan di paroki dengan Instalasi panel surya atap gereja, sistem pencahayaan LED dengan sensor gerak; Pengelolaan air yang Bijak dengan penampungan air, bank sampah, ekonomi sirkuler paroki.

 

7. Melakukan Pendidikan dan Kesadaran Ekologis Umat

Pendidikan ekologis bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses pembentukan karakter ekologis yang membutuhkan pendekatan holistik. Umat Katolik kurang mendapat pendidikan lingkungan yang memadai dari parokinya. Pendidikan lingkungan yang dibangun harus membangkitkan kesadaran akan akar masalah dan mengembangkan kebiasaan baru. Pendekatan ini harus mengintegrasikan pendekatan "see-judge-act" dalam pendidikan ekologis. Kita bisa menggunakan metode "Lihat-Rasa-Pikir-Tindak" adaptasi dari Paulo Freire:

o Lihat: Pemetaan kerusakan lingkungan di wilayah mereka.

o Rasa: Refleksi teologis tentang penderitaan bumi.

o Pikir: Diskusi solusi berbasis sains dan kearifan lokal.

o Tindak: Gerakan kolektif (protes, reboisasi, advokasi).

Penerapan: Sekolah Minggu Ekologis, Pembelajaran Iman Orang Dewasa berbasis LS.

 

8. Aksi Nyata dan Advokasi Lingkungan

Paroki ekologis tidak berhenti pada wacana, tetapi menjadi lokomotif perubahan melalui aksi konkret. "Krisis ekologis menuntut kita untuk terlibat dalam aksi nyata, mulai dari tingkat lokal hingga global." (Laudato Si' §179). Dokumen "Journeying Towards Care for Our Common Home" (Vatikan, 2020): Menekankan pentingnya "advokasi berbasis iman" untuk keadilan ekologis. Paroki-paroki yang aktif dalam aksi lingkungan bahkan mampu mengadvokasi lingkungan dipastikan memiliki kualitas lingkungan hidup yang lebih baik daripada sekitarnya.

Penerapan: Gerakan Paroki Bebas Plastik, aksi Musim Penciptaan di paroki, tim relawan paroki untuk konservasi alam dan bencana.

 

9. Kolaborasi dengan Masyarakat Sekitar

Dinding paroki harus menjadi jembatan, bukan pembatas. Kita harus belajar dari * Fratelli Tutti §8*, yang menekankan bahwa "Kita semua bersaudara, terhubung dalam satu jaringan kehidupan." Paroki yang berkolaborasi dengan masyarakat sekitar memiliki dampak lingkungan lebih besar. Tradisi Musim penciptaan yang ekumenis bahkan lintas iman mendorong ikatan persaudaraan lebih kuat dari Gereja dengan masyarakat sekitarnya.

Penerapan: program lingkungan lintas iman, perayaan ekumenis Musim Penciptaan, kemitraan dengan komunitas/warga lokal: kegiatan ekologi di paroki yang inklusif:

 

Cyprianus Lilik K. P

disclaimer : tulisan ini disusun dari berbagai sumber dan bantuan AI

Dari Sejarah :

Hari Kesehatan Sedunia diperingati setiap 7 April sejak 1950 oleh WHO. Tema tahun ini adalah Awal yang Sehat, Masa Depan Penuh Harapan, yang menekankan pentingnya kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir.

•Pada 7 April 1986, pengadilan AS menolak gugatan korban kebocoran gas Union Carbide di Bhopal, India (1984), yang menewaskan 15.000+ orang. Kasus ini memicu diskusi global tentang standar industri beracun.

•Protes Anti-Sawit di Indonesia: Aktivis lingkungan memblokir kapal pengangkut kelapa sawit di Sumatra pada 7 April 2000, menuntut penghentian deforestasi untuk perkebunan sawit.

Popular Posts