"Pohon Gerakan Paroki Hijau (Bagian I)"
Sebuah Eklesiologi Organik
Santo Paulus melalui 1 Kor 12:12-27 mengajar kepada kita, Gereja (Paroki) adalah "Tubuh Kristus" tempat setiap anggota memiliki charisma ekologis tertentu. Setiap anggota Gereja adalah "anggota tubuh" dengan peran unik dalam gerakan ekologis.
Maka hari ini kita akan berbicara
karya paroki hijau seperti kita berbicara tentang sebuah pohon. Pohon Gerakan
Paroki Hijau. Setiap bagiannya, mengambil peran organik dari gerakan kita.
Akar, batang, cabang, daun, bunga, buah,benih semua menjadi bagian dari
metafora kehidupan gerakan kita. Dan ketika pohon ini bertumbuh, ia tak hanya
memberi oksigen bagi paroki, tetapi juga sebuah tanda kesaksian dan pesan
kenabian Gereja di tengah dunia.
1. Akar:
Landasan Spiritual dan Tradisi Katolik
Akar pohon paroki hijau menembus
jauh ke dalam tanah tradisi Katolik, menghisap nutrisi dari sumber-sumber iman
yang telah teruji waktu. Tanpa akar yang menghunjam dalam, pohon akan mudah
tumbang diterjang angin perubahan jaman.
Akar kita adalah Magisterium, Kitab Suci, dan Tradisi Suci, akar kita adalah ajaran Gereja dan tradisi rohani yang diwariskan dari generasi ke generasi umat beriman ribuan tahun lamanya.
• Teologi Penciptaan: Mazmur 24:1
("Tuhanlah yang empunya bumi") menggeser paradigma kepemilikan
menjadi stewardship (pengelolaan yang bertanggung jawab)
• Tugas perutusan dan panggilan
umat beriman
• Ekoteologi Kosmis (Laudato Si'
§83): Alam semesta sebagai "sacra conversazione" - percakapan sakral
antara Pencipta dan ciptaan.
• Ekologi Integral (Laudato Si’
§137): menolak dikotomi antara "manusia vs alam" dan menekankan
keterhubungan seluruh ciptaan sebagai "jaring kehidupan.
• Tradisi ekologis Gereja : Gereja memiliki ribuan tahun sejarah yang kaya dari upaya merawat bumi. Tradisi Bapa Padang Gurun, Monastik, Fransiskan, dan seterusnya adalah harta iman yang harus kita pelajari dan olah mendalam.
Sarana-sarana Doa, refleksi, studi pribadi, studi/sharing bersama, dan laku rohani bisa membantu kita berakar semakin mendalam.
Akar-akar yang tak terlihat justru
menjadi penopang utama kehidupan, tetapi Akar yang terlalu pendek menghasilkan
kedangkalan dan fundamentalisme - Spiritualitas ekologis harus mendalam tetapi
tidak eksklusif. Akar yang terlalu dangkal menjadikan seluruh pohon gerakan
kita rapuh oleh fundamentalisme, kreapuhan spiritual, dan kecongkakan rohani.
2. Batang:
Struktur Organisasi dan Kepemimpinan
Batang pohon paroki hijau adalah
tulang punggung yang mentransformasikan energi spiritual dari akar menjadi
struktur yang kokoh. Tanpa batang yang terorganisir, nutrisi iman tak akan
sampai ke daun-daun aksi.
Setiap gerakan membutuhkan Inovasi kelembagaan. Setiap inovasi kelembagaan memerlukan:
o Entrepreneur (pastor/katekis
pionir/penggerak inti paroki hijau)
o Struktur Pendukung
(tim/komunitas paroki hijau)
o Skema Legitimasi dan regulasi (aturan paroki yang mengikat)
Imam, para perintis/penggerak pertama, serta para pemimpin umat perlu menyadari tidak ada gerakan yang hidup tanpa komitmen pengorganisasian yang kuat. Dibutuhkan matriks pembagian tanggung jawab: yang jelas dalam tim inti (koordinator, sekretaris, bendahara, divisi aksi). Pengelolaan dan pengembangan level partisipasi dari simpatisan sampai pemimpin kegiatan, serta evaluasi struktur dan monitoring gerak secara berkala dengan metode SWOT analysis partisipatif.
Batang yang terlalu kaku akan
patah - Struktur perlu kuat namun lentur menghadapi perubahan. Iman dan
organisasi harus berjalan beriringan. Sepanjang sejarah Gereja kita sudah
belajar hal sederhana : ”Iman tanpa struktur akan menguap, organisasi tanpa
spiritualitas akan membatu."_
"Kita sedang menumbuhkan
bukan sekadar pohon, melainkan sebuah katedral hidup - tempat di mana bumi dan
surga bertemu dalam tarian penciptaan."
3. Cabang:
Saluran-Saluran Utama Karya Paroki Hijau
Cabang-cabang pohon paroki hijau merupakan infrastruktur sosial yang mentransformasikan ideologi ekologis menjadi kekuatan kolektif. Tanpa cabang yang kokoh, gerakan akan menjadi monologis dan terisolasi.
Kekuatan gerakan lingkungan
gerejawi bergantung pada:
o Komunitas teritorial (stasi,
wilayah, lingkungan, blok)
o Kelompok Kategorial (OMK sebagai
agen perubahan, ibu-ibu penggerak bank sampah)
o Tokoh Penggerak Umat (figur
kharismatik seperti prodiakon, guru katekis atau aktivis lingkungan)
o Media Paroki (buletin dan media sosial yang mengubah kesadaran)
Pendidikan dan penyadaran penggerak umat di berbagai lini adalah kunci kedua setelah penguatan lingkaran inti. Sebagai pemimpin dan perintis, Anda adalah penyala api pertama, guru pendidik, dan teman sekerja-seperjalanan bagi para penggerak yang anda latih.
Bantu penggerak umat memahami
krisis besar lingkungan yang kita hadapi. Dukung mereka dengan jaringan, media,
informasi, dan sarana-sarana yang mereka butuhkan untuk bergerak. Teguhkan
kembali mereka ketika nyala mulai meredup.
4. Daun: Aksi
Nyata dan Program Kreatif
Daun-daun paroki hijau adalah
laboratorium ekologi integral di mana teologi bertemu praksis. Setiap daun
mengubah energi spiritual menjadi oksigen perubahan
Aksi riil lingkungan adalah "inkarnasi" iman dalam materi (Yoh 1:14). Program terkait lingkungan hidup di berbagai lini Gereja menandakan proses pertobatan kolektif yang sedang berlangsung. Di situ kesadaran dan pertobataj ekologis pribadi diubah menjadi kesadaran dan gerak kolektif, dan gerak kolektif menjelma menjadi dampak yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
(a). Prinsip
perubahan perilaku : Ada 3 prinsip perubahan perilaku:
*Affective (misal : kegiatan
menyenangkan seperti lomba daur ulang)
*Behavioral (misal : tantangan 30
hari zero waste)
*Cognitive (misal : pelatihan pengenalan krisis iklim)
(b). Design
Thinking mengajar kita 5 tahap kreasi program:
1. Empathize (survei kebutuhan
umat)
2. Define (identifikasi masalah
spesifik)
3. Ideate (brainstorming kreatif)
4. Prototype (uji coba kecil)
5. Test (evaluasi partisipasi)
(c). Spiral
Pastoral Jangan lupa gunakan lingkaran aksi refleksi SEE-JUDGE-ACT
Tantangan terbesar bukan teknis,
melainkan imajinasi. Diperlukan keberanian untuk membayangkan gereja sebagai
eco-sanctuary. Setiap daun yang gugur adalah pertanda regenerasi. Kegagalan
proyek tertentu harus dilihat sebagai pembelajaran.
"Ketika daun-daun aksi ini bergemerisik, mereka membisikkan kabar baik: bahwa Gereja masih relevan menjawab jeritan bumi."
Pohon Paroki Hijau, pohon perutusan yang hidup dan lantang mengubah semesta
Pohon paroki hijau ini bukan metafora beku yang gambarnya tertempel di dinding. Ia adalah organisme hidup yang menantang:
• Akarnya menuntut kita
merenungkan ulang relasi ilahi dengan bumi.
• Batangnya menjadi pilar utama
karya-karya ekologis kita.
• Cabangnya memaksa kita keluar
dari individualisme.
• Daunnya adalah undangan untuk menulis ulang sejarah Gereja dengan tinta ekologis.
Bayangkan kelak, ketika adik-adik Sekolah Minggu di paroki bertanya: "Apa yang Gereja _bapak ibu, dan kakak-kakak semua, lakukan ketika bumi mulai rusak?" Sembari menunjuk sebuah pohon, kita bisa menjawabnya, "Kita tak hanya berdoa, nak, kita menjadi jawaban doa itu sendiri."
Teman-teman, kita sedang menanam pohon yang buahnya mungkin tak akan sempat kita makan, tetapi itulah iman: bekerja untuk warisan kehidupan yang melampaui diri kita sendiri.
Jabat hangat Laudato Si' !
Cyprianus Lilik K. P
disclaimer : tulisan ini disusun
dari berbagai sumber dan bantuan AI