"Ekoteologi dalam Peziarahan Umat Beriman"

Dalam dua tulisan sebelumnya, kita sudah berekonstruksi dan menganalisis arus-arus pemikiran ekoteologi dalam era Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sekarang, tiba saatnya kita menyusuri 2000 tahun dialektika iman, manusia, dan alam :

 


1. Era Gereja Perdana (Abad 1-5): Antara Penebusan Kosmis dan Askese Ekologis

Situasi Zaman:

• Kekristenan berkembang sebagai agama minoritas di tengah Kekaisaran Romawi yang sedang mengalami krisis.

• Pengaruh kuat filsafat Hellenistik (Platonisme, Stoikisme) dalam pemikiran teologis

• Praktik penyembahan alam masih kuat di masyarakat pagan

Pokok gagasan yang muncul:

Periode formatif ini menyaksikan kelahiran tiga paradigma ekoteologis yang saling bertegangan:

• Kosmologi Paulinian, Roma 8:19-22 mengungkap penebusan seluruh ciptaan. kontra- atas pandangan alam sebagai sumber daya tak terbatas

• Dualisme Tertullian Tahun 197, Tertullianus menulis pemisahan jiwa-materi.

• Teologi Sakramental Kapadokia  alam sebagai wahana pengenalan akan Allah

Implikasi era ini

• Dasar bagi ekoteologi penebusan yang holistik

• Pemisahan menjadi dua yang berbahaya antara jiwa dan materi

• Model pembacaan alam sebagai teks ilahi

 

2. Abad Pertengahan (6-15): Harmoni Hierarkis vs Eksploitasi Feodal

Situasi Zaman:

• Runtuhnya Romawi Barat dan munculnya tatanan feodal

• Perubahan iklim abad 14 (Zaman Es Kecil) dan Wabah Hitam (1347-1351)

• Berkembangnya sistem biara sebagai pusat pembelajaran dan pertanian

Pokok gagasan yang muncul:

Zaman ini mempertontonkan paradoks ekologis:

• Biara Benediktin dengan Regula-nya sebagai laboratorium ekologi berkelanjutan di tengah krisis pangan

• Skolastisisme Aquinas yang mencoba mendamaikan iman dan akal dalam memandang alam

• Revolusi Fransiskan dengan visi persaudaraan kosmisnya, sekaligus protes terhadap materialisme Gereja yang mulai korup

Implikasi era ini

• Model ekologi monastik yang holistik

• Dikotomi antara teori dan praktik ekologis

• Akar historis spiritualitas lingkungan

 

3. Reformasi hingga Pencerahan (16-18): Dekonstruksi Kosmos Sakramental

Situasi Zaman:

• Reformasi Protestan (1517) memecah kesatuan Kristen Eropa

• Revolusi Ilmiah dengan penemuan teleskop dan mikroskop

• Ekspansi kolonial Eropa dan eksploitasi sumber daya global

Pokok gagasan yang muncul:

Revolusi ilmiah melahirkan:

• Desakralisasi alam dalam kosmologi Cartesian, Pandangan mekanistik Descartes ini memengaruhi cara Gereja memandang alam hingga sekarang

• Resistensi mistisisme ekologis  Mistisisme ekologis berkembang sebagai reaksi terhadap rasionalisme yang kering

• Sintesis Yesuit (Athanasius Kicher) sintesis sains dan spiritualitas

Implikasi era ini

• Akar krisis ekologis modern

• Model dialog sains-iman

• Fragmentasi visi ekologis Kristen

 

4. Era Modern hingga Kontemporer (19-21): Kebangkitan Ekoteologi Integral

Situasi Zaman:

• Revolusi Industri mengubah pola produksi dan konsumsi global

• Dua Perang Dunia dan perkembangan senjata nuklir

• Krisis iklim global dan kepunahan massal spesies

Pokok gagasan yang muncul:

Periode ini menyaksikan:

• Respons terhadap krisis ekologis industrialisasi

• Ajaran Sosial Gereja Peran profetik Gereja

• Ekoteologi pembebasan (Leonardo Boff, Thomas Berry), termasuk gerakan ekoteologi pembebasan di belahan bumi selatan

• Dokumen-dokumen ekologis Magisterium : Laudato Si’ Laudate Deum, Querida Amazonia, dll

• Keterlibatan aktif ordo-religius dalam aksi lingkungan konkret

Implikasi untuk Masa Kini:

• Perlunya ekoteologi yang responsif terhadap krisis iklim abad 21

• Tantangan untuk merekonsiliasi tradisi dengan temuan sains mutakhir

• Urgensi dialog dengan tradisi ekologi non-Barat

 

Kesimpulan Reflektif

Sejarah ekoteologi Katolik mengajarkan kepada kita tiga pelajaran mendalam:

• pentingnya mengatasi keterpisahan teori-praktik: Model monastik abad pertengahan menunjukkan bahwa ekoteologi harus meresap hingga level praksis konkret

• mengakui resistensi dan keterlambatan kita terhadap perubahan: Gereja sering terlambat merespons pergeseran paradigma (heliosentrisme, revolusi industri)

• Berakar pada kekuatan tradisi mistik Kristen: Spiritualitas Fransiskan dan Kapadokia tetap menjadi sumber inspirasi di tengah krisis ekologis modern

Ke depan kita diundang untuk mengembangkan agenda-agenda ini :

• Merekonstruksi teologi penciptaan yang mampu menjawab temuan sains mutakhir tentang krisis iklim

• Mengembangkan eklesiologi ekologis dengan paroki sebagai pusat transformasi ekologis

• Menciptakan bahasa pastoral yang menyentuh realitas masyarakat modern tanpa kehilangan kedalaman teologis

Yak betul, paroki menjadi pusat transformasi ekologis adalah kunci dalam cara menggereja baru kita yang berkomitmen pada panggilan dan misi perutusan kita di era krisis iklim ini : sebuah misi evangelisasi ekologis.

Vivere pericoloso, hidup yang berdaya ubah adalah hidup yang berani mengambil resiko. Demikianlah cara kita menjadi sarana rahmat bagi sesama !

 

Cyprianus Lilik K. P

disclaimer : tulisan ini disusun dari berbagai sumber dan bantuan AI

Dari Sejarah : 5 April 2021: Vatikan merilis panduan Laudato Si’ Action Platform – Kerangka aksi konkret untuk paroki dan institusi Katolik (Libreria Editrice Vaticana, 2021).

Popular Posts