HIKAYAT: Abu Nawas Muda “Siasat Doa Minta Jodoh”
Sehebat
apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa.
Kala
masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh
lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.
Pada
suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita.
Wanita
itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah.
Abu
Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu.
Karena
cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.
Ya
Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku.
Tetapi
jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi
tolong...pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama
gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.
Abu
Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu.
Selama
berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya.
Berjalan
lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah.
Ia
pun introspeksi diri.
Mungkin
Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan
jodohku," katanya dalam hati.
Kemudian
Abu Nawas pun bermunajat lagi.
Tapi
kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si
gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.
Ya
Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.
Berbulan-bulan
ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas
dengan gadis pujaannya.
Bahkan
Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri.
Lama-lama
ia mulai khawatir juga.
Takut
menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia.
Ia
pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.
Abu
Nawas memang cerdas.
Tak
kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit "diplomatis" dengan
Allah.
Ia
pun mengubah doanya.
"Ya
Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku.
Aku
hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai
Ya Allah.
Sekali
lagi bukan untukku Ya Tuhan.
Maka,
berikanlah ia menantu," begitu doa Abu Nawas.
Dasar
Abu Nawas, pakai membawa nama ibunya segala, padahal permintaanya itu tetap
saja untuk dirinya.
Allah
Maha Tahu, tidak perlu dipolitisir segala.
Tapi
barangkali karena keikhlasan dan "keluguan" waliyullah Abu Nawas
tersebut, Allah pun menjawab doanya.
Akhirnya
Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas.
Abu
Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya.
Keluarganya
pun berjalan mawaddah warahmah.***