HIKAYAT: Abu Nawas Memeras Pemeras
Al
Kisah pada waktu itu banyak sekali rakyat jelata yang ingin mendapatka hadiah
besar dari Sang Raja.
Karena
sudah menjadi aturan kerajaan, bagi siapa saja yang bisa membawakan berita
bagus untuk Raja, maka ia akan mendapat hadiah yang sangat besar.
Dari
itu, tidak semua orang berani begitu saja menghadap dan menyampaikan berita
hangat kepada Baginda.
Ha
ha... ini si Abu Nawas sukanya mencari uang untuk dibagikan kaum fakir miskin,
mulai tergerak hatinya karena tetangga sebelah rumah banyak yang fakir dengan
gaji pas-pasan lagi.
Memang
Abu Nawas ini terkenal sebagau manusia dengan segudang ide.
Dia
bermaksud ke istana untuk menyampaikan sebuah berita yang amat menarik.
Abu
Nawas yakin kalau yang akan disampaikannya pasti akan membuat Baginda girang,
karena berita ini jarang diketahui orang.
Di
suatu pagi yang cerah, Abunawas berangkat sendirianmenuju istana.
Tetapi
semuanya tidak seperti yang dibayangkan semula karena ia harus berhadapan
dengan pengawal, penjaga pintu gerbang istana.
Penjaga
itu yakin bahwa Abunawas adalah orang yang sangat cerdik, bahkan paling cerdik
di negerinya.
Dari
itu, tidak mungkinlah Abu nawas gagal untuk menyenangkan hati Baginda, guman si
penjaga gerbang.
Penjaga
itu berlagak acuh tak acuh berkata kepada Abu Nawas.
"Wahai
Abunawas, engkau akan aku ijinkan masuk asalkan engkau berjanji terlebih dahulu
kepadaku," kata penjaga pintu gerbang itu.
"Janji
apa?" Abunawas pura-pura tak tahu.
"Engkau
harus berjanji kepadaku bahwa apapun hadiah yang engkau terima harus dibagi
sama rata denganku," kata penjaga pintu gerbang istana.
"Baiklah...,"
kata Abu Nawas jengkel.
Setelah
Abu Nawas menjanjikan separo hadiah yang akan diterimanya dari Baginda barulah
penjaga itu mengijinkan Abunawas masuk.
Kejengkelan
Abu Nawas terhadap penjaga gerbang yang nakal ini berubah menjadi dendam yang
berkobar-kobar.
Akhirnya
Abu Nawas mempunyai ide untuk memberikan pelajaran berharga buat pengawal,
penjaga pintu gerbang istana itu.
Setelah
masuk istana, Baginda Raja Harun al-Rasyid merasa sangat senang.
Rasa
senang ini sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.
Setelah
Abu Nawas menyampaikan berita yang amat langka dan jarang diketahui oelh
manusia, Baginda pun mersa sangat senang dan puas.
Baginda
merasa belum pernah mendengarnya, hingga seolah-olah ia telah menjadi orang
yang paling beruntung di dunia.
"Wahai
Abu Nawas, kali ini tentukanlah sendiri hadiah yang engkau inginkan," kata
Baginda.
"Terima
kasih, paduka junjungan hamba.
Bila
diperkenankan memilih hadiah, maka hamba meminta seratus cambukan," jawab
Abu Nawas.
Tentu
saja Baginda bertanya-tanya dalam hati, merasa kaget dan heran.
Tetapi
Baginda yakin bahwa Abu Nawas pasti mempunyai maksud tertentu di balik itu.
Dari
itu, Baginda memanggil algojo kerajaan dan berpesan jangan terlalu keras kalau
mencambuk Abu Nawas.
Algojo
sudah siap dengan cambuk di tangan.
Abu
Nawas dipersilahkan maju.
Sesuai
dengan pesan dari Baginda, algojo itu mencambuk Abu Nawas dengan pelan.
Tepat
pada hitungan ke limapuluh Abu Nawas berteriak,
"Berhenti....!!!"
Baginda
kaget.
Beliau
bertanya kepada Abu Nawas.
"Mengapa
engkau minta hukuman cambuk dihentikan. Bukankah engkau sendiri yang
memintanya?" kata Baginda belum mengerti.
"Paduka
yang mulia, sebenarnya penjag pintu gerbang istana telah melarang hamba untuk
masuk kecuali hamba mau berjanji membagi sama rata hadiah apapun yang akan
hamba terima.
Kini
hamba mohon sisa hukuman itu dibebankan kepada penjaga pintu gerbang itu, wahai
Paduka yang mulia," kata Abu nawas menjelaskan.
Haa...
Bukan
kepalang murka Baginda.
Tanpa
banyak bicara lagi, pengwal itu dipanggil untuk masuk.
Baginda
berpesan kepada algojo untuk melanjutkan hukuman lecut kepada pengawal yang
zalim itu dengan sabetan yang sangat keras, sekeras-kerasnya.
Algojo
dengan suka cita menerima titah Baginda.
Tak
mengherankan jika pengawal itu hampir pingsan terkena lecutan keras itu.
Abu
Nawas merasa sangat senang berbagi lecutan dengan pengawal ini.
Namun
demikian, Abu Nawas belum juga puas,karena harusnya dia mendapat hadiah dari
Baginda.
Hari
berikutnya, Abu Nawas menemui pengawal itu dan berkata,
"Tahukah
engkau apa yang bisa akulakukan terhadap dirimu kapanpun aku mau?" ancam
Abu Nawas.
"Tidak,"
jawab pengawal itu ketakutan.
"Karena
engkaulah aku tidak membawa hadiah apa-apa kecuali lecutan. Kalau engkau tidak
mau mengganti hadiah yang mestinya aku terima maka aku akan mengadukan kepada
Baginda," kata Abu Nawas yang mengetahui kalau pengawal ini suka terima
suap juga dari orang lain.
Karena
takut, maka pengawal itu bersedia menjual ladang hasil kecurangannya di masa
lalu.
Dan
selanjutnya ia memohon kepada Abu Nawas agar tidak mencelakakan dirinya lagi.
Abunawaspun
setuju.
Akhirnya....
Dengan
dari hasil penjualan ladang milik pengawal, uangnya dibagikan kepada yang
membutuhkan, terutama tetangganya yang miskin tadi.***