HIKAYAT: Abu Nawas “Abu Nawas Ingin Terbang”
Karena
di anggap terlalu mengkritik kepemimpinan Raja Harun, maka Abu Nawas ditangkap
karena ia dituduh telah melakukan sesuatu yang membahayakan kerajaan sehingga
harus dihukum.
Namun
demikian, Abu Nawas selalu punya alasan untuk meloloskan diri dari hukuman itu.
Ia
mengaku kepada pengawal kerajaan bahwa ia memiliki ilmu tinggi dan ia akan
terbang.
Kabar
Abu Nawas akan terbang akhirnya terdengar oleh Raja Harun.
"Mana
mungkin Abu Nawas akan terbang, dia tidak punya sayap, tidak punya alat-alat
khusus, apakah ia punya ilmu khusus?" kata Raja Harun kepada pengawalnya.
"Kami
tidak tahu paduka, tetapi Abu Nawas sangat meyakinkan," jawab pengawal.
Hingga
dibawalah Abu Nawas menghadap Sang Raja.
"Abu
Nawas, betulkah kamu mau terbang?" tanya Raja.
"Ya
Tuanku, memang saya mau terbang," jawab Abu Nawas.
"Kapan?
dan dimana?" tanya Raja secara beruntun.
"Hari
Juma'at yang akan datang ini, dan dari menara Masjid Baitul Rakhim, tak jauh
dari rumah saya, jika raja mengijinkan," jawab Abu Nawas.
Akhirnya
Sang Raja mengijinkan dan bahkan ia berjanji akan membebaskan Abu Nawas jika
bisa terbang.
Pada
hari yang sudah dinantikan, Jum'at sesudah sembahyang Jum'at, lapangan sekitar
masjid Baitul Rakhman sudah penuh orang.
Orang
biasa, rakyat, penduduk dan penguasa setempat sudah berjubel mengambil tempat
masing-masing.
Orang-orang
menantikan saat yang paling genting dan mendebarkan.
Abu
Nawas dengan langkah yang sangat gagah dan tak ragu, menaiki tangga menara
tertinggi dan orang-orang melihat dengan mata yang tak berkedip, terpaku dan
menyatu mengikuti langkah tubuh Abu Nawas.
Ketika
Abu Nawas sampai pada puncak tertinggi, dia melihat lurus dan terkadang ke
bawah yang penuh orang.
Badan
dan kedua belah tangannya merentang lurus seakan-akan benar mau terbang.
Orang-orang
yang ada di bawah dengan seksama memperhatikan dan Abu Nawas terus dan
berulang-ulang merentangkan tangannya dan memajukan badannya seakan-akan
terbang dan bagaikan berenang perilaku dan gerak-geriknya.
Sementar
orang-orang yang ada di bawah menunggu dengan jantung berdegup dengan kencang.
Akhirnya
Abu Nawas menemui mereka dan mereka semua terpana, terpesona, heran dan penuh
keraguan apalagi yang mau dibuat ABu Nawas ini.
"Apa
semua kalian lihat tadi bagaimana saya mau terbang itu?" tanya Abu Nawas.
"Ya,
kami melihat, kamu menggerakkan kedua belah tanganmu dan badanmu bergerak ke
depan, tampaknya memang bergaya mau terbang," kata orang banyak.
"Lalu
apakah saya berbohong bahwa saya mau terbang pada hari Jum'at ini dan di menara
tertinggi Masjid Baitul Rakhim ini?" tanya Abu Nawas.
"Ya
tidak bohong, kamu betul mau terbang hari ini dan di sini.Tapi kenapa lalu kamu
tidak terbang?" kata mereka.
"Yang
saya katakan bahwa saya mau terbang.Lalu saya coba, lalu ternyata yang seperti
kalian lihat tadi itu," kata ABu Nawas.
"Tapi
ternyata kamu tidak bisa terbang," kata mereka.
"Itu
soal lain, saya tidak mengatakan bahwa saya mau terbang pada hari Jum'at ini
dan di sini.Itu yang saya katakan dan kalian semua tahu hal itu.
Saya
katakan bahwa saya mau terbang, hanya itu bukannya terbang," kata ABu
Nawas.
Orang-orang
saling melihat dan mulut mereka berguman.
Tarikan
nafas panjang karena Abu Nawas terlepas dari jeratan hukum.
Orang-orang
juga sama membenarkan bahwa Abu Nawas memang tidak berbohong.
Dia
melakukan semua yang dia pernah katakan.Tidak berbohong dan menepati janji.**