Pariwisata dan Pergeseran Sosial Budaya
Pariwisata secara sosiologis terdiri atas tiga interaksi
yaitu interaksi bisnis, interaksi politik dan interaksi kultural. Interaksi
bisnis adalah interaksi di mana kegiatan ekonomi yang menjadi basis material dan
ukuran-ukuran yang digunakannya adalah ukuranukuran yang bersifat ekonomi.
Interaksi politik adalah interaksi hubungan budaya yang dapat menimbulkan ketergantungan
suatu bangsa terhadap bangsa lain. Adapun interaksi kultural adalah suatu
bentuk hubungan dan basis sosial budaya yang menjadi modalnya. Pertemuan ini mengakibatkan
saling sentuh, saling pengaruh, dan saling memperkuat sehingga terbentuk suatu
kebudayaan baru, tanpa mengabaikan keberadaan interaksi bisnis dan interaksi
politik.
Berangkat dari pemahaman bahwa
model yang digunakan untuk pengembangan kawasan wisata adalah model terbuka,
berarti tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kontak antara aktivitas
kepariwisataan dan aktivitas masyarakat sekitar kawasan wisata. Kontak-kontak
ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatan apapun apalagi ditunjang dengan adanya
sarana pendukung yang memungkinkan mobilitas masyarakat. Kontak yang paling
mungkin terjadi adalah kontak antara masyarakat sekitar dan pengunjung atau wisatawan.
Masyarakat sekitar berperan sebagai penyedia jasa kebutuhan wisatawan.
Kontak ini apabila terjadi secara
massif akan mengakibatkan keterpengaruhan pada perilaku, pola hidup dan budaya
masyarakat setempat. Perubahan sosial adalah perubahan proses-proses sosial atau
mengenai susunan masyarakat. Adapun perubahan budaya lebih luas dan mencakup
segala segi kebudayaan, seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa, teknologi, dan
sebagainya. Perubahan dipermudah dengan adanya kontak dengan lain-lain
kebudayaan yang akhirnya akan terjadi difusi (percampuran budaya). Kita lihat
misalnya bagaimana terjadinya pergeseran kultur kehidupan masyarakat sekitar
kawasan Candi Borobudur yang semula berbasis kehidupan agraris (bertani) bergeser
menjadi kehidupan perdagangan atau berdagang dan penjual jasa.
Apabila tingkat kedatangan turis
ini cukup tinggi, ada kemungkinan terjadi "perkawinan" antara dua unsur
kebudayaan yang berbeda. Dari pertemuan atau komunikasi antarpendukung
kebudayaan yang berbeda tersebut, akan muncul peniru-peniru perilaku tertentu
atau muncul pola perilaku tertentu. Meniru tindakan orang lain adalah kewajaran
dari seorang manusia. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu,
dan bisa jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena
dorongan-dorongan yang sifatnya emosional. Dengan kata lain, orang tersebut tidak
sempat lagi untuk memikirkan kenampakankenampakan yang paling mungkin untuk
muncul ke permukaan, yang penting bagi dia adalah "aku ingin seperti turis
itu karena aku menganggap turis itu keren".
Kontak selanjutnya antara wisatawan dengan masyarakat
tuan rumah adalah komunikasi verbal. Kontak antara masyarakat tuan rumah dan
wisatawan membutuhkan suatu perantara, media atau alat yang
mampu menjalin pengertian antarkedua belah pihak. Perantara atau media tersebut
adalah bahasa, bahasa menjadi faktor determinan. Ini berarti telah terjadi pola
perubahan budaya masyarakat menuju ke arah yang positif yaitu memperkaya
kemampuan masyarakat khususnya dalam bidang bahasa.
Dengan demikian, sedikit banyak
telah terjadi pergeseran budaya dan tatanan sosial di masyarakat sekitar
kawasan wisata. Artinya budaya-budaya lama itu mengalami proses adaptasi yang
diakibatkan oleh adanya interaksi dengan para pelancong tersebut. Hal itu
dimungkinkan juga karena sifat dari budaya itu sendiri yang dinamis terhadap
perubahan yang terjadi.
Pariwisata dengan segala
aktivitasnya memang telah mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi
perubahan masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Hal itu
menuntut adanya perhatian yang lebih dari para pengambil kebijakan sektor pariwisata
untuk mempertimbangkan kembali pola pengembangan kawasan wisata agar masyarakat
sekitar lebih dapat merasakan manfaatnya. Dengan kata lain, bagaimana membuat
suatu kawasan wisata yang mampu membuka peluang pelibatan aktif masyarakat
sebagai subjek dalam kegiatan industri pariwisata bukan hanya sekadar sebagai
objek.
Sumber: www.budpar.go.id (dengan pengubahan)