TUNA SATAK BATHI SANAK
Pepatah Jawa ini secara
harfiah berarti rugi satu tak (satu ukuran uang /segepok uang) untung saudara.
Pepatah ini ingin
mengajarkan bahwa sekalipun dalam dunia dagang yang pertimbangan utamanya
hanyalah mencari untung dan untung, bagi orang Jawa kerugian sekian uang tidak
mengapa asal (masih) bisa mendapatkan sedulur ‘saudara’ atau teman. Teman
(dalam arti sesungguhnya) tampaknya memang menjadi pilihan yang lebih mempunyai
makna daripada sekadar uang (material).
Pada sisi lain pepatah
ini juga mengajarkan bahwa sedulur (sanak) jauh lebih menguntungkan daripada
seukuran uang dalam kesesaatan. Jika diulur, maka teman atau sedulur itu di
kemudian hari dapat memberikan keuntungan yang jauh lebih besar daripada
seukuran uang pada saat transaksi jual beli terjadi. Jika memang sedulur itu
menyedulur ‘menyaudara’ dengan kita, dapat dipastikan bahwa ia (mereka) akan
membantu kita jika kita mendapatkan kesulitan. Bantuan dari orang yang demikian
itu tanpa kita sadari nilainya jauh lebih besar dibandingkan ketika kita
mendapatkan uang satak pada saat kita melaksanakan transaksi jual beli di masa
lalu.
Dengan adanya rasa
menyedulur itu, orang yang bersangkutan tidak akan owel ‘sungkan/enggan’
memberikan bantuannya dalam bentuk apa pun yang sesungguhnya tidak bisa kita
ukur dengan sekadar hanya uang atau material. Dalam kali lain, orang yang
bersangkutan bisa jadi akan membeli produk atau dagangan yang kita jual tanpa
perlu lagi menawar karena di masa lalu ia pernah mendapatkan kemurahan dari
kita yang berupa satak (satu ukuran uang).
Pepatah ini sesungguhnya
menunjukkan betapa optimisnya orang Jawa dalam menyikapi hidup.***