NULUNG MENTHUNG
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti menolong mementhung. Secara luas pepatah ini ingin
menggambarkan tentang perilaku orang yang kelihatannya nulung (menolong), namun
sesungguhnya ia mementung (memukul/mencelakai) orang yang ditolongnya itu.
Hal seperti ini dapat
dicontohkan misalnya ada orang yang kesulitan uang. Tiba-tiba datang orang yang
menawarkan pinjaman uang. Tentu hal ini disambut dengan gembira. Akan tetapi
selang beberapa saat kemudian orang yang dipinjami uang itu akan merasa kecewa
karena ia harus mengembalikannya berikut bunganya yang mencekik. Alih-alih
ditolong, dia malah justru dicelakakan. Dalam banyak kasus orang yang terlanjur
meminjam uang itu terpaksa melepaskan rumah, tanah, dan seluruh harta bendanya
karena tidak mampu mengembalikan pinjaman berikut bunganya.
Dapat juga dicontohkan,
ada orang yang kelihatannya getol menolong temannya dalam bekerja. Akan tetapi
ketika pekerjaan itu berjalan lancar dan sukses dengan tiba-tiba orang yang
menolong itu mengklaim bahwa itu semua adalah hasil kerjanya (peran temannya
dihapuskan). Sehingga orang yang ditolong bekerja itu tidak pernah dianggap
(dihargai) oleh atasan dan bahkan oleh teman yang lainnya.
Hal ini biasa terjadi
juga dengan penyerobotan ide atau gagasan. Misalnya A memmpunyai ide. Lalu B
berusaha membantu menyelenggarakan ide itu akan tetapi di tengah jalan ide itu
diklaim B sebagai idenya belaka.***