ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI
ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI
HANDAYANI
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti di depan memberi teladan, di tengah membangun
kehendak/karya, mengikuti dari belakang memberikan daya.
Pepatah ini telah
menjadi pepatah atau semboyan yang digunakan di dunia pendidikan Indonesia.
Maksudnya, tentu sangat mulia agar murid atau siswa-siswa Indonesia bisa
berpedoman pada semboyan yang dipopulerkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu.
Maksud dari kalimat pertama
dari pepatah ini yakni di depan (maksudnya sebagai pemimpin) hendaknya
seseorang dapat memberikan teladan atau contoh. Jika seorang pemimpin tidak
dapat memberikan keteladanan baik dalam sikap profesionalnya, maupun dalam
sikap hidup secara keseluruhannya. Memang manusia tidaklah pernah akan
sempurna. Akan tetapi seorang pimpinan hendaknya selalu berusaha menjaga
dirinya agar ia benar-benar dapat menjadi teladan bagi bawahan, anak asuh,
ataupun anak buahnya.
Kita dapat membayangkan
sendiri jika seoang pemimpin dalam profesi maupun tindakannya tidak dapat
diteladani, maka sikap atau perilaku anak buahnya pun dapat dipastikan akan
lebih buruk daripadanya. Hal ini juga dapat dilihat dalam sebuah sekolah jika
guru-gurunya bertindak kurang baik, maka murid-muridnya pun tentu akan
bertindak lebih buruk dari gurunya itu. Tidak adanya keteladanan dari pimpinan
menyebabkan anak buah akan kehilangan kepercayaan, hormat, dan segala
respeknya.
Jika seorang pimpinan
berada di tengah-tengah anak buahnya hendaknya ia bisa membangkitkan kegairahan
agar anak buah atau anak asuhnya bisa bersemangat untuk berkarya atau bekerja.
Di tengah anak buahnya ia hendaknya juga bisa menjadi teman, sahabat, atau
partner yang baik.
Apabila seorang pimpinan
berada di belakang anak buahnya hendaknya ia bisa mendorong, memotivasi, bahkan
juga mencurahkan segala dayanya sehingga anak buahnya bisa benar-benar memiliki
daya untuk berkarya.***