ORA BISA NGILO GITHOK
Peribahasa Jawa ini
secara harfiah berarti tidak bisa mengaca tengkuk. Secara luas peribahasa ini
ingin menyatakan perihal orang atau manusia yang tentu saja sangat sulit untuk
mengaca (i) tengkuknya sendiri karena umumnya orang bercermin hanya berdasarkan
satu buah cermin yang ada di hadapannya. Untuk itulah diperlukan orang lain
untuk dapat mengecek tengkuknya. Apakah pada tengkuknya itu terdapat panu,
kurap, kadas, kudis, jerawat, tembong, tahi lalat, dan sebagainya.
Secara konotatif pepatah
ini ingin menggambarkan bahwa orang atau manusia selalu kesulitan untuk melihat
keburukan atau kekurangan yang ada di dalam dirinya. Hampir semua orang
menganggap dirinya itu baik, benar, bijaksana, cerdas, suci, dan seterusnya.
Padahal orang lain dalam memandang dirinya mungkin akan menemukan banyak hal
yang justru sebaliknya. Untuk itulah manusia selalu cenderung dikatakan sebagai
ora bisa ngilo githok.
Dalam arti lain
peribahasa atau pepatah ora bisa ngilo githok ini juga sering digunakan untuk
mengkritik orang yang tidak tahu diri bahwa di dalam dirinya terdapat banyak
keburukan, kejahatan, keculasan, muslihat, dan segala macam tingkah laku yang
tidak bisa diterima dan mengenakkan/menyamankan orang pada umumnya. Orang yang
selalu mengatakan dirinya serba bagus, baik, dan hebat biasanya lupa bahwa di
dalam dirinya terdapat banyak kekurangan.***