NGLUNGGUHI KLASA GUMELAR
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti menduduki tikar tergelar. Tikar adalah alas duduk yang
terbuat dari sejenis rumput yang dinamakan mendong. Untuk membuat tikar,
rumput-rumput tersebut mesti dijemur, dipipihkan, dan kemudian dianyam. Anyaman
tikar ini pada masa lalu banyak diperjualbelikan karena memang sangat
dibutuhkan untuk alas duduk, terutama dalam pertemuan-pertemuan yang melibatkan
banyak orang.
Pepatah Jawa ini
sebenarnya ingin menyatakan tentang suatu keadaan atau peristiwa duduknya
orang/seseorang pada sebuah tikar yang sudah digelar dari gulungannya.
Peristiwa atau kejadian semacam itu menandaskan bahwa orang yang bersangkutan
hanya menemukan enaknya saja. Orang yang bersangkutan tidak perlu menanam
rumput mendong, tidak perlu memanen, memipihkan, dan menganyamnya. Dia tinggal
datang dan mendudukinya saja.
Pepatah tersebut
menggambarkan betapa beruntungnya orang tersebut karena hanya tinggal menduduki
tikar tergelar saja. Dia tidak merasakan jerih payahnya membuat dan menata
tikar. Oleh karena itu orang yang secara tiba-tiba mendapatkan kedudukan,
kekuasaan, kekayaan, atau warisan harta benda tanpa dirinya sendiri perlu
berusaha atau bekerja diibaratkan seperti nglungguhi klasa gumelar.
Pada banyak kasus
nglungguhi klasa gumelar sering mengakibatkan orang yang bersangkutan lupa
daratan, mabuk. Sehingga ia tidak sadar bahwa apa yang diterimanya merupakan
pemberian Tuhan melalui orang di sekitarnya. Pemberian semacam itu
mengakibatkan dia merasa memiliki sesuatu yang serba lebih dibandingkan dengan
orang lain. Kelebihan semacam itu membuat orang tersebut merasa jauh di atas
awan sehingga orang lain dianggapnya tidak perlu diberi kehormatan atau
perlakuan yang setara dengan dirinya. Orang lain dianggap lebih rendah daripada
dirinya. Orang lain dianggap tidak lebih bernilai daripada dirinya. Semua itu
diakibatkan oleh karena ia tidak pernah mengalami proses berkeringat,
berpayah-payah, berdarah-darah menuju kepada kesuksesan yang menjadi
keberuntungan mendadak itu.
Untuk itulah orang yang
mengalami nglungguhi klasa gumelar selalu diperingatkan untuk tidak lupa
daratan.***