BATHOK BULU ISI MADU
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti tempurung bolu (bolongane telu) berisi madu.
Batok adalah istilah
Jawa untuk menamai tempurung kelapa. Pada masa lalu tempurung kelapa sering
digunakan untuk membuat berbagai perkakas, terutama perkakas dapur. Entah itu
untuk dibuat irus (sendok sayur), siwur (gayung air), beruk (alat untuk menakar
beras), mangkuk, maupun celengan. Pendeknya, batok digunakan untuk membuat alat
yang fungsinya lebih pada menampung, mewadahi, atau menciduk.
Dalam kehidupan
masyarakat Jawa pada umumnya, alat-alat yang terbuat dari batok merupakan
alat-alat yang dianggap biasa atau sederhana. Lain halnya dengan alat-alat yang
terbuat dari logam. Melamin, plastik, maupun keramik. Alat-alat yang disebut
terakhir ini dianggap merupakan alat-alat yang lebih berkelas sosial tinggi
atau bergengsi. Batok bolu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa
diartikan sebagai batok yang bolong telu (bermata tiga), sebab pada
kenyataannya hampir semua batok atau tempurung kelapa memang memiliki tiga
titik (lekukan sebesar kelereng) di bagian pangkalnya.
Pepatah Jawa di atas
terbentuk atas rangkaian kata yang mengandung makna berkebalikan. Logikanya,
batok tidaklah mungkin digunakan untuk menyimpan barang mewah atau barang
berharga. Mustahil juga digunakan untuk menyimpan madu. Jadi, jika ada batok
berisi madu, hal itu adalah kekecualian yang dalam bahasa Jawa disebut nyolong
pethek.
Batok bolu isi madu secara luas ingin menyatakan bahwa orang yang
kelihatannya sederhana atau biasa-biasa saja tetapi ternyata memiliki kemampuan
yang luar biasa atau kaya akan segala pengetahuan dan keterampilan. Dapat juga
terjadi bahwa orang yang buruk rupa serta berpenampilan apa adanya tetapi
tingkah laku dan budi pekertinya sangat mulia. Inilah yang disebut dengan batok
bolu isi madu.***
Baca juga BĂRBUDI BAWA LAKSANA